Efek Substitusi dan Pendapatan

Petersen, 2002; Halvorsen dan Larsen, 2001; Yatchew dan No, 2001; Kayser, 2000; Vaage, 2000; Schmalensee dan Stoker, 1999; Puller dan Greening, 1999 dan Baker et al., 1989. Metode ini memungkinkan untuk beberapa variabel penjelas tambahan sebagai persediaan barang-barang tahan lama sistem pemanas, stok peralatan listrik, dll, perumahan ukuran, umur rumah, isolasi, dll dan karakteristik rumah tangga jumlah anggota, umur, pendapatan, dll. Penggunaan model AIDS almost ideal demand system model dilakukan oleh Filippini 1995 untuk memodelkan permintaan listrik rumah tangga berdasarkan waktu penggunaan peak dan off-peak di 19 kota di Swiss. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan pada saat beban puncak dan di luar beban puncak bersifat elastis, dan bahwa nilai elastisitas substitusinya adalah positif. Ia juga menggunakan karakteristik rumah tangga sebagai dummy dalam faktor penjelasnya, seperti jumlah anggota rumah tangga, status pekerjaan kepala rumah tangga, adanya ibu rumah tangga, keberadaan anak, karakteristik kota yang ditinggali, pertimbangan penggunaan peralatan listrik pada akhir minggu, dan kepemilikan alat-alat listrik. Penelitian yang dilakukan oleh Susan Olivia dan John Gibson, 2008, menggunakan data pengeluaran rumah tangga di Pulau Jawa pada Susenas modul 1999, mengungkapkan bahwa rumah tangga di perdesaan cenderung memiliki peningkatan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk bensin dan lpg ketika pendapatannya meningkat. Penelitian ini juga menunjukkan hasil estimasi elastisitas harga sendiri untuk listrik, lpg, minyak tanah, bensin, dan minyak berturut-turut adalah -1,04; -0,32; -0,96; -0,08, dan -0,38.

2.3 Kerangka Pemikiran

Energi adalah komoditi yang mempunyai peranan penting dan strategis energi dalam kehidupan perekonomian. Sayangnya, kita masih banyak bergantung pada energi yang tidak terbarukan yang cadangannya makin lama makin menipis dan akibatnya harganya juga semakin mahal. Pemerintah bertanggung jawab menentukan berbagai tindakan dan kebijakan dalam menjamin ketersediaan dan akses masyarakat terhadap energi, termasuk juga keberlangsungannya dalam jangka panjang. Salah satu bentuk intervensi tersebut adalah subsidi terhadap harga energi. Subsidi bertujuan untuk menjamin akses masyarakat yang tidak mampu menjangkau harga keekonomian energi dan juga mendorong aktivitas industri terutama industri pada skala kecil. Namun, subsidi mempunyai berbagai dampak negatif. Hal ini mendasari pemerintah untuk berupaya secara bertahap menghapus atau mengurangi subsidi. Penarikan subsidi akan mengakibatkan kenaikan harga energi sehingga memengaruhi tingkat konsumsi energi konsumen yang terdiri dari kelompok rumah tangga, industri, transportasi, komersial, dan lainnya. Kelompok rumah tangga dianggap sebagai kelompok yang cukup rentan terhadap kenaikan harga energi, karena masih banyak kelompok rumah tangga yang kurang mampu menjangkau harga energi yang relatif tinggi. Pemerintah perlu mengetahui informasi mengenai perilaku konsumsi energi, dalam hal ini rumah tangga dengan berbagai karakteristiknya. Berapa harga energi akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsinya elastisitas harga. berapa pengaruh perubahan pendapatan rumah tangga terhadap konsumsi energi elastisitas pendapatan, dan bagaimana pengaruh karakteristik rumah tangga terhadap permintaan energi rumah tangga. Gambar 2.2 Kerangka Penelitian Permasalahan energi kelangkaan, harga, akses belum menyeluruh, dan lain-lain Kebijakan energi Harga energi Makanan Pendapatan rumah tangga Karakteristik wilayah desa dan kota Permintaan rumah tangga Harga lainnya Energi listrik; lpg, gas kota, dan batu bara; minyak tanah; dan bensin dan solar Non makanan lainnya