Hasil Estimasi Model Permintaan energi rumah tangga di pulau Jawa

keseluruhan, dampak perubahan jumlah barang yang diminta untuk suatu komoditi akibat satu persen perubahan harga komoditi lainnya tidak terlalu besar kurang dari satu persen. Hal ini diduga disebabkan dengan tingkat hubungan baik sebagai barang substitusi maupun komplementer relatif rendah. Tabel 5.3 Elastisitas silang rumah tangga di Pulau Jawa menurut status wilayah dan komoditi tahun 2007 – 2010 Permintaan komoditi Harga komoditi 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 Perdesaan 1 - 0,01 0,01 0,01 0,01 -0,17 2 -0,14 - 0,00 0,00 0,03 -0,35 3 -0,06 0,00 - 0,20 0,20 -0,94 4 -0,16 0,00 0,08 - 0,10 -0,61 5 -0,58 0,01 0,05 0,06 - -0,92 6 -0,20 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 - Perkotaan 1 - 0,01 0,01 0,01 0,01 -0,20 2 -0,08 - 0,00 0,00 0,02 -0,32 3 0,02 0,00 - 0,11 0,11 -0,59 4 -0,07 0,00 0,06 - 0,08 -0,55 5 -0,31 0,00 0,03 0,04 - -0,76 6 -0,18 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 - Perdesaan + Perkotaan 1 - 0,01 0,01 0,01 0,01 -0,19 2 -0,11 - 0,00 0,00 0,02 -0,34 3 -0,01 0,00 - 0,15 0,14 -0,72 4 -0,12 0,00 0,07 - 0,09 -0,59 5 -0,43 0,00 0,04 0,05 - -0,83 6 -0,19 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 - keterangan: 1 = makanan 2 = listrik 3 = lpg, gas kota, dan batu bara 4 = minyak tanah 5 = bensin dan solar 6 = non makanan lainnya 0,01 Sumber: hasil olahan data Susenas Panel 2007 – 2010. Selain itu, bisa dilihat bahwa peningkatan harga makanan dan non makanan lainnya menurunkan jumlah barang yang diminta untuk komoditi lainnya. Hal ini terlihat dari nilai elastisitas silang yang negatif, yang menunjukkan bahwa komoditi makanan dan non makanan lainnya berkomplementer dengan komoditi-komoditi yang lain. Adapun jika dilihat dari besaran angkanya elastisitas silang akibat perubahan harga komoditi makanan dan komoditi non makanan lainnya di perdesaan lebih besar dibanding proporsi perubahan jumlah barang yang diminta di perkotaan. Hal ini mungkin disebabkan secara rata-rata pengeluaran per kelompok komoditi di perdesaan lebih rendah dibanding di perkotaan. Sementara itu, untuk elastisitas silang antar sub kelompok dalam kelompok komoditi energi, nilainya relatif tidak terlalu besar e ij ≤ 0,20. Bahkan untuk komoditi listrik, perubahan harganya hanya mengubah proporsi jumlah yang diminta untuk komoditi lainnya sampai 0,01 persen. Seluruh elastisitas silang bernilai positif, yang artinya komoditi-komoditi energi tersebut saling bersubstitusi. Dilihat dari besarannya, tingkat substitusi listrik dengan komoditi lainnya sangat kecil. Bisa dikatakan bahwa antar komoditi energi tersebut belum bisa sepenuhnya saling mensubstitusi, karena memang fungsi dan kegunaannya relatif berbeda. Perkembangan nilai elastisitas silang semua kelompok komoditi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 disajikan pada Tabel 5.4. Perubahan nilai elastisitas silang semua kelompok komoditi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 pada umumnya tidaklah besar, kecuali elastisitas yang terkait dengan komoditi lpg, gas kota, dan batu bara serta minyak tanah. Hal ini disebabkan proporsi pengeluaran untuk komoditi-komoditi tersebut tidak mengalami perubahan yang berarti kecuali untuk komoditi lpg, gas kota, dan batu bara serta minyak tanah. Berkenaan dengan program konversi minyak tanah ke gas yang dijalankan oleh pemerintah, nilai elastisitas silang permintaan komoditi minyak tanah akibat perubahan harga komoditi lpg, gas kota, dan batu bara cenderung meningkat. Sebaliknya, nilai elastisitas silang permintaan komoditi lpg, gas kota, dan batu bara akibat perubahan harga komoditi minyak tanah cenderung turun. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran konsumsi komoditi minyak tanah ke komoditi lpg, gas kota, dan batu bara. Sementara itu, dari tahun 2007