Elastisitas Pendapatan Pengeluaran Permintaan energi rumah tangga di pulau Jawa

Peningkatan pengeluaran rumah tangga sebesar 4 persen ketika harga komoditi selain listrik serta bensin dan solar tetap, meningkatkan jumlah lpg, gas kota, dan batu bara serta minyak tanah yang diminta lebih dari 7 persen. Peningkatan konsumsi kedua komoditi tersebut di perdesaan lebih besar dibandingkan dengan peningkatan konsumsi komoditi yang sama di perkotaan. Jumlah minyak tanah yang diminta di perkotaan meningkat 7,40 persen sedangkan di perdesaan meningkat 8,26 persen. Peningkatan jumlah lpg, gas kota, dan batu bara yang diminta di perkotaan adalah 7,60 persen, sedangkan di perdesaan mencapai 10,45 persen. Komoditi makanan dan non makanan lainnya juga mengalami peningkatan jumlah barang yang diminta namun peningkatannya tidak sebesar kedua kelompok komoditi tersebut. Simulasi skenario II menghasilkan penurunan jumlah listrik serta bensin dan solar yang diminta. Penurunan konsumsi listrik di perdesaan lebih rendah dibandingkan dengan penurunan konsumsi listrik di perkotaan, begitu juga dengan penurunan konsumsi bensin dan solar. Hasil simulasi pada kedua skenario menyatakan bahwa pada tingkat pendapatan rumah tangga yang diprediksi masih akan meningkat, peningkatan harga memang bisa menekan tingkat konsumsi energi. Akan tetapi, hal ini bukanlah satu-satunya cara yang efektif dan belum tentu yang terbaik, mengingat energi sudah merupakan komoditi yang penting dalam konsumsi rumah tangga dan kebutuhannya pun semakin meningkat. VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Harga komoditi dan pendapatan pengeluaran memengaruhi secara signifikan proporsi pengeluaran setiap kelompok komoditi, 2. Komoditi energi selain listrik bersifat elastis, sehingga peningkatan harga komoditi energi akan cukup efektif untuk menurunkan tingkat konsumsi energi, 3. Komoditi-komoditi energi, baik di perdesaan maupun di perkotaan saling bersubstitusi, namun dengan tingkat substitusi yang tidak terlalu besar, 4. Baik di perdesaan maupun di perkotaan, komoditi energi masih merupakan barang mewah, artinya adanya peningkatan pendapatan suatu rumah tangga akan meningkatkan konsumsi energi rumah tangga tersebut lebih dari proporsi peningkatan pendapatannya, 5. Semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin kecil nilai elastisitas harga sendiri dan elastisitas pendapatan untuk permintaan komoditi bensin dan solar, sedangkan untuk komoditi listrik elastisitas harga dan pengeluaran menurut kelompok pendapatan relatif tidak berbeda 6. Respon perubahan proporsi jumlah komoditi energi yang diminta di perdesaan akibat persentase perubahan harga yang sama ataupun perubahan pendapatan, lebih besar dibanding perubahan proporsi jumlah komoditi energi yang diminta di perkotaan, hal ini menunjukkan secara umum rumah tangga di perkotaan mempunyai akseskemampuan lebih besar dibanding rumah tangga di perdesaan, 7. Selama kurun waktu 2007 hingga 2010, elastisitas permintaan komoditi- komoditi tersebut tidak banyak mengalami perubahan, kecuali untuk komoditi lpg, gas kota, dan batu bara dan komoditi minyak tanah, 8. Program konversi minyak tanah ke gas telah menggeser konsumsi minyak tanah rumah tangga di Pulau Jawa ke komoditi lpg, gas kota, dan batu bara, sehingga elastisitas permintaan untuk komoditi lpg, gas kota, dan batu bara, besarannya terus mengalami penurunan semakin inelastis, sedangkan elastisitas permintaan untuk minyak tanah, semakin elastis.

6.2 Saran Penelitian dan Kebijakan

Beberapa saran dari hasil penelitian ini secara teknis dan kebijakan adalah: 1. Penelitian dapat dilanjutkan dengan melihat dampak perubahan harga komoditi-komoditi energi misalnya bensin, listrik, dan lain-lain terhadap variabel-variabel makro seperti inflasi, tingkat pengangguran, dan sebagainya atau mengganti dengan model permintaan lain yang dianggap bisa lebih mencerminkan pola permintaan rumah tangga di Pulau Jawa, ataupun memperluas cakupan wilayah dan rentang waktu penelitian ataupun kelompok konsumen industri, komersial, dan lainya, serta melakukan perbandingan- perbandingan yang terkait dengan perbedaan kawasan, misalnya Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan timur Indonesia, dan lain-lain, 2. Terkait dengan sifat permintaan komoditi yang elastis kecuali listrik, elastisitas pendapatan komoditi energi yang lebih dari satu untuk bensin dan solar 2, dan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang positif, pemerintah perlu melakukan penyesuaian harga energi untuk menekan lonjakan permintaan energi yang terjadi, 3. Meskipun komoditi-komoditi energi tersebut saling bersubstitusi, namun tingkat substitusinya tidak begitu besar, hal ini disebabkan komoditi-komoditi energi tersebut memang digunakan untuk keperluan yang berbeda-beda, untuk itu perlu dikembangkan alternatif energi yang bisa memenuhi keperluan rumah tangga baik dari sumber energi yang lain terbarukan maupun dari sumber energi yang sama namun dengan cara penggunaan berbeda yang lebih mudah, lebih hemat, dan lebih aman, 4. Untuk menekan konsumsi bensin dan solar pada tingkat rumah tangga, penyesuaianpeningkatan harga bensin dan solar perlu dilakukan seiring tingkat pertumbuhan pendapatan rumah tangga yang diperkirakan akan terus meningkat sejalan pertumbuhan ekonomi yang positif. Alternatif kebijakan pembatasan pemakaian bbm bersubsidi untuk rumah tangga pada golongan pendapatan tinggi juga tepat untuk mengurangi besarnya subsidi, 5. Penekanan konsumsi listrik memerlukan peningkatan harga lebih dari penurunan konsumsi yang ditargetkan, tentunya hal ini memerlukan kajian dampaknya terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dan variabel lainnya.