100 000
200 000
300 000
400 000
500 000
600 000
700 000
800 000
DKI JABAR
JATENG DIY
JATIM BANTEN
PDRB milyar rupiah
provinsi
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009.
Gambar 4.2 PDRB atas dasar harga berlaku menurut provinsi di Pulau Jawa tahun 2009
4.2 Dinamika Pengeluaran Rumah Tangga di Pulau Jawa
Berdasarkan hasil olahan data Susenas Panel 2007 – 2010, komposisi pengeluaran rumah tangga di Pulau Jawa bisa dilihat pada Tabel 4.1. Jika dilihat
menurut status wilayahnya, proporsi pengeluaran untuk kelompok komoditi makanan di wilayah perdesaan, masih di atas 50 persen, atau sekitar 55 – 56
persen. Hal ini berbeda dengan wilayah perkotaan yang proporsinya sudah di bawah 45 persen. Sesuai dengan hukum Engel, bahwa semakin tinggi tingkat
pendapatannya, maka proporsi pengeluaran untuk makanan akan semakin kecil. Tingkat pendapatan pengeluaran rata-rata ataupun tingkat kesejahteraan rata-rata
di wilayah perkotaan lebih tinggi dibanding dengan wilayah perdesaan. Hal yang menarik di sini adalah, bahwa selama tahun 2007 – 2010, proporsi pengeluaran
untuk kelompok komoditi makanan terus meningkat. Apakah selama periode tersebut terjadi penurunan tingkat pendapatan rata-rata atau tingkat kesejahteraan
rata-rata rumah tangga di Pulau Jawa, hal ini memerlukan pengkajian lebih lanjut. Sementara itu, pada Tabel 4.1 juga bisa dilihat bahwa kebutuhan energi rata-
rata rumah tangga di wilayah perkotaan lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan rumah tangga di wilayah perdesaan. Hal ini terlihat dari proporsi
pengeluaran rumah tangga rata-rata untuk kelompok komoditi energi di perdesaan yang lebih rendah dibanding dengan proporsi pengeluaran rumah tangga rata-rata
untuk kelompok komoditi energi di wilayah perkotaan. Adapun hal yang bisa diungkap di sini adalah bahwa proporsi pengeluaran komoditi energi cenderung
mengalami peningkatan, baik di wilayah perdesaan maupun wilayah perkotaan selama tahun 2007 – 2010. Hal ini bisa mengindikasikan tingkat kebutuhan energi
yang mengalami peningkatan ataupun tingkat harga kelompok komoditi energi yang mengalami peningkatan.
Tabel 4.1 Proporsi pengeluaran sebulan rumah tangga menurut kelompok komoditi dan status wilayah di Pulau Jawa tahun 2007 – 2010
persen
Tahun Kelompokkomoditi persen
Total ribu rupiah
makanan listrik lpg, gas kota,
dan batu bara minyak
tanah bensin
dan solar non makanan
lainnya
1 2 3 4
5 6 7
8
Perdesaan 2007
55,71 2,62 0,28
2,01 3,78 35,60
100 614
2008 56,34 2,46
0,29 1,87 4,39
34,64 100
567 2009
55,49 2,46 1,10
1,20 4,50 35,25
100 638
2010 55,87 2,51
2,42 0,32 4,94
33,93 100
706 Perkotaan
2007 41,13
3,32 0,84
1,90 5,28
47,52 100 1 279
2008 42,82
3,11 0,98
1,65 6,11
45,33 100 1 159
2009 42,90
2,93 1,95
0,75 5,91
45,58 100 1 265
2010 44,04
3,10 2,52
0,25 6,32
43,77 100 1 346
Perdesaan dan Perkotaan 2007
45,96 3,09
0,66 1,94
4,78 43,57
100 1 279 2008
47,41 2,89
0,75 1,73
5,52 41,70
100 1 159 2009
47,25 2,76
1,65 0,90
5,42 42,01
100 1 265 2010
47,45 2,93
2,49 0,27
5,93 40,94
100 1 346 Sumber: Susenas Panel 2007 – 2010, diolah.
Tabel 4.1 juga menunjukkan bahwa baik di wilayah perdesaan, perkotaan, maupun secara total, proporsi pengeluaran yang terbesar adalah untuk sub
kelompok komoditi bensin dan solar. Adapun penggunaan bensin dan solar pada data ini adalah selain untuk kebutuhan transportasi juga untuk bahan bakar
generator, namun proporsi penggunaan bensin dan solar untuk bahan bakar