Dinamika Pengeluaran Rumah Tangga di Pulau Jawa

V. ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI RUMAH TANGGA DI PULAU JAWA

5.1 Hasil Estimasi Model

Model AIDS pada kelompok komoditi makanan, energi, dan non makanan lainnya merupakan sebuah sistem persamaan permintaan yang secara ekonometrik diestimasi dengan model SUR. Berdasarkan hasil pengolahan yang terlampir pada Lampiran 1, nilai adjusted R-square model AIDS adalah 79,86 persen. Hal ini berarti variabel penjelas yang digunakan bisa menjelaskan 79,86 persen keragaman data, sedangkan sisanya yakni sebesar 20,14 persen dijelaskan oleh faktor lain. Nilai Pr|t| menunjukkan bahwa semua variabel bebas harga masing-masing kelompok komoditi dan pengeluaran rumah tangga juga variabel dummy wilayah desa dan kota serta tren tahun, mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap variabel proporsi pengeluaran kelompok komoditi Pr|t| 0,01 Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil estimasi parameter sistem persamaan LA-AIDS Estimasi parameter Persamaan kelompok komoditi makanan listrik lpg, gas kota, dan batu bara minyak tanah bensin dan solar 1 2 3 4 5 6 konstanta 0,722165 0,0001 0,027757 0,0001 -0,01248 0,0001 0,009951 0,0001 -0,01497 0,0001 harga: makanan 0,085681 0,0001 0,003739 0,0001 0,003264 0,0001 0,004494 0,0001 0,007581 0,0001 listrik 0,003739 0,0001 0,000457 0,0001 1,51E-04 0,0001 0,000301 0,0001 0,000991 0,0001 lpg, gas kota, dan batu bara 0,003264 0,0001 1,51E-04 0,0001 -0,00252 0,0001 0,0012 0,0001 0,001218 0,0001 minyak tanah 0,004494 0,0001 0,000301 0,0001 0,0012 0,0001 -0,00255 0,0001 0,001609 0,0001 bensin dan solar 0,007581 0,0001 0,000991 0,0001 0,001218 0,0001 0,001609 0,0001 -0,00316 0,0001 non makanan lainnya -0,10476 0,0001 -0,00564 0,0001 -0,00331 0,0001 -0,00506 0,0001 -0,00824 0,0001 pengeluaran RT 0,004056 0,0001 0,012208 0,0001 0,005863 0,0001 0,011077 0,0001 0,030763 0,0001 dummy desa kota -0,03448 0,0001 0,003802 0,0001 0,001575 0,0001 0,003545 0,0001 -0,00351 0,0001 tren tahun 0,015687 0,0001 0,000542 0,0001 0,003495 0,0001 -0,00645 0,0001 -0,00159 0,0001 Angka di dalam kurung adalah p-value.

5.2 Elastisitas Harga

Pembahasan elastisitas permintaan, baik elastisitas harga sendiri, elastisitas silang, maupun elastisitas pendapatan dalam hal ini didekati dengan nilai pengeluaran berdasarkan estimasi parameter model yang diperoleh, dilakukan secara total menyeluruh untuk wilayah perdesaan dan perkotaan yang ada di Pulau Jawa dan juga terpisah. Tabel 5.2 berikut akan menunjukkan hasil penghitungan elastisitas permintaan rumah tangga karena perubahan harga sendiri di Pulau Jawa baik di perdesaan, perkotaan, maupun untuk total wilayah. Selain dibedakan menurut karakteristik wilayah, nilai elastisitas tersebut juga dihitung per tahun untuk melihat perkembangannya per tahun: Tabel 5.2 Elastisitas harga sendiri rumah tangga di Pulau Jawa menurut status wilayah dan komoditi tahun 2007 – 2010 Komoditi 2007 2008 2009 2010 2007- 2010 1 2 3 4 5 6 Perdesaan makanan -0,86 -0,87 -0,86 -0,87 -0,86 listrik -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 lpg, gas kota, dan batu bara -3,11 -3,30 -1,47 -1,19 -1,46 minyak tanah -1,14 -1,14 -1,20 -1,62 -1,19 bensin dan solar -1,20 -1,20 -1,20 -1,18 -1,19 non makanan lainnya -0,55 -0,53 -0,55 -0,53 -0,54 Perkotaan makanan -0,83 -0,84 -0,84 -0,84 -0,84 listrik -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 lpg, gas kota, dan batu bara -1,64 -1,55 -1,22 -1,15 -1,27 minyak tanah -1,11 -1,11 -1,20 -1,63 -1,16 bensin dan solar -1,15 -1,15 -1,15 -1,15 -1,15 non makanan lainnya -0,63 -0,61 -0,61 -0,61 -0,61 Perdesaan + Perkotaan makanan -0,85 -0,85 -0,85 -0,86 -0,85 listrik -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 -1,00 lpg, gas kota, dan batu bara -1,98 -1,91 -1,30 -1,17 -1,34 minyak tanah -1,12 -1,13 -1,20 -1,63 -1,18 bensin dan solar -1,17 -1,17 -1,17 -1,16 -1,17 non makanan lainnya -0,59 -0,57 -0,58 -0,57 -0,58 Sumber: hasil olahan data Susenas Panel 2007 – 2010. Baik di perdesaan, perkotaan, maupun total, hasil elastisitas permintaan harga sendiri untuk semua komoditi bernilai negatif. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan bahwa ketika harga meningkat, maka jumlah barang yang diminta untuk komoditi tersebut akan turun. Jika dilihat lebih lengkap, untuk tahun 2007 – 2010, nilai mutlak elastisitas untuk komoditi makanan dan non makanan lainnya nilainya kurang dari satu. Untuk komoditi makanan berturut-turut untuk perdesaan, perkotaan, dan total nilai mutlak elastisitasnya adalah 0,86; 0,84; dan 0,85. Sedangkan untuk komoditi non makanan lainnya nilai mutlak elastisitasnya adalah 0,54; 0,61; dan 0,58 berturut-turut untuk perdesaan, perkotaan, dan keduanya. Nilai ini menunjukkan bahwa bagi rumah tangga baik di perdesaan maupun perkotaan di Pulau Jawa, kelompok komoditi makanan dan non makanan lainnya selain energi adalah barang inelastis, yakni suatu barang yang proporsi perubahan jumlah barang yang diminta kurang dari proporsi perubahan harganya. Hal ini menggambarkan bahwa kelompok komoditi makanan dan non makanan lainnya merupakan kebutuhan pokok bagi rumah tangga di Pulau Jawa, sehingga perubahan harganya tidak banyak mengubah jumlah permintaannya. Untuk komoditi listrik, nilai elastisitasnya untuk semua kelompok wilayah adalah minus 1,00. Hal ini menunjukkan bahwa listrik merupakan barang yang bersifat elastis unit di semua wilayah di Pulau Jawa. Jika harga listrik berubah satu persen, maka jumlah listrik yang diminta akan berubah sebesar 1,00 persen, dengan perkataan lain, proporsi perubahan listrik yang diminta mengikuti atau sama dengan proporsi perubahan harganya. Sementara itu, untuk komoditi energi lainnya, seperti lpg, gas kota, dan batu bara; minyak tanah; dan bensin dan solar, nilai mutlak elastisitasnya lebih dari satu. Sehingga komoditi-komoditi tersebut termasuk barang elastis untuk rumah tangga di Pulau Jawa. Hal ini terkait dengan relatif masih rendahnya proporsi pengeluaran energi untuk rumah tangga di Pulau Jawa. Adapun komoditi lpg, gas kota, dan batu bara memiliki nilai mutlak elastisitas yang terbesar dari semua komoditas tersebut, artinya komoditi tersebut merupakan komoditas yang paling elastis. Jika dilihat berdasarkan karekteristik wilayah, nilai mutlak elastisitas harga sendiri di perdesaan di Pulau Jawa untuk ketiga komoditi energi yang lain lebih besar dibanding nilai mutlak elastisitas harga sendiri di perkotaan. Implikasinya, perubahan harga ketiga komoditi energi tersebut direspon lebih besar oleh rumah tangga di perdesaan dalam mengubah jumlah barang yang diminta. Begitu juga untuk komoditas makanan, meskipun nilainya tidak terlalu jauh berbeda. Sedangkan untuk kelompok komoditi non makanan lainnya selain energi, nilai mutlak elastisitas harga sendiri rumah tangga di perdesaan di Pulau Jawa lebih kecil dibanding dengan nilai mutlak elastisitas harga sendiri rumah tangga di perkotaan di Pulau Jawa, masing-masing nilainya adalah minus 0,54 dan minus 0,61. Jumlah barang yang diminta untuk komoditi non makanan lainnya bagi rumah tangga di perkotaan di Pulau Jawa mengalami perubahan proporsi yang lebih besar dibanding jumlah barang yang diminta bagi rumah tangga di perdesaan, pada proporsi perubahan harga yang sama. Jika dilihat perkembangannya selama tahun 2007 hingga tahun 2010, elastisitas permintaan karena perubahan harga sendiri untuk kelompok komoditi makanan, listrik, bensin dan solar, serta kelompok komoditi non makanan lainnya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, relatif tidak mengalami perubahan. Hal ini terkait dengan proporsi pengeluaran untuk komoditi tersebut relatif tidak mengalami perubahan yang berarti. Perbedaan nilai yang ada hanya sebesar 0,02. Nilainya berada pada kisaran minus 0,85 di perdesaan dan minus 0,86 di perkotaan untuk kelompok komoditi makanan, serta minus 0,96 secara total. Sedangkan nilai elastisitas non makanan lainnya nilainya antara minus 0,55 sampai dengan minus 0,53 di perdesaan, dan antara minus 0,63 sampai dengan minus 0,61 di perkotaan, secara total nilainya berkisar minus 0,59 hingga minus 0,57. Komoditi listrik, nilai elastisitasnya tetap sebesar minus 1,00, baik di perdesaan, perkotaan, maupun total untuk keduanya. Tetapnya elastisitas listrik ini dikaitkan dengan masih banyaknya rumah tangga di Indonesia, termasuk di pulau Jawa, yang belum mendapatkan akses listrik, sehingga rumah tangga tidak dapat serta merta menambah konsumsi listriknya dikarenakan pasokan listrik yang relatif terbatas. Selain itu, sebagian besar listrik yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Pulau Jawa adalah listrik yang didistribusikan langsung oleh Perusahaan Listrik Negara PLN dengan tingkat harga listrik yang ditetapkan oleh pemerintah tarif dasar listrik - TDL. Elastisitas harga untuk permintaan bensin dan solar di wilayah perkotaan selama tahun 2007 hingga tahun 2010, tetap pada angka minus 1,15, sedangkan untuk total kedua wilayah nilai elastisitasnya sebesar minus 1,17 hingga minus 1,16. Sedangkan komoditi bensin dan solar di daerah perdesaan sedikit mengalami perubahan pada tahun 2007 hingga tahun 2010, nilainya berada pada kisaran minus 1,20 hingga minus 1,18. Lain halnya dengan kelompok komoditi lpg, gas kota, dan batu bara. Nilai mutlak elastisitas harga sendiri untuk kelompok komoditi ini dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 cenderung menurun. Di perdesaan mulai dari minus 3,11 pada tahun 2007, sempat mencapai minus 3,30 pada tahun 2008, hingga menjadi minus 1,19 pada tahun 2010. Di perkotaan, dari minus 1,64 pada tahun 2007, menjadi minus 1,15 pada tahun 2010. Secara total, nilainya bergerak dari minus 1,98 menjadi minus 1,17. Sebaliknya untuk komoditi minyak tanah, nilai mutlak elastisitas harga sendiri-nya meningkat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Mulai dari minus 1,12 sampai dengan minus 1,63 untuk total, minus 1,11 hingga minus 1,63 di perkotaan, dan minus 1,14 hingga minus 1,62 di perdesaan. Hal ini disebabkan jumlah konsumsi untuk kelompok komoditi lpg, gas kota, dan batu bara pada jangka waktu tersebut cenderung mengalami peningkatan seiring program konversi minyak tanah ke gas yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga semakin lama perubahan harga lpg, gas kota, dan batu bara yang terjadi memberikan dampak yang lebih kecil pada perubahan konsumsi komoditi tersebut. Sebaliknya untuk komoditi minyak tanah besaran elastisitasnya terus mengalami peningkatan di kedua wilayah. Hal ini terjadi seiring semakin langka dan semakin mahalnya minyak tanah, setelah dicabutnya subsidi dan juga pembatasan pasokan minyak tanah.

5.3 Elastisitas Silang

Berikutnya adalah elastisitas silang kelompok komoditi seperti yang tersaji dalam Tabel 5.3. Secara umum baik di perdesaan, perkotaan, dan keseluruhan, dampak perubahan jumlah barang yang diminta untuk suatu komoditi akibat satu persen perubahan harga komoditi lainnya tidak terlalu besar kurang dari satu persen. Hal ini diduga disebabkan dengan tingkat hubungan baik sebagai barang substitusi maupun komplementer relatif rendah. Tabel 5.3 Elastisitas silang rumah tangga di Pulau Jawa menurut status wilayah dan komoditi tahun 2007 – 2010 Permintaan komoditi Harga komoditi 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 Perdesaan 1 - 0,01 0,01 0,01 0,01 -0,17 2 -0,14 - 0,00 0,00 0,03 -0,35 3 -0,06 0,00 - 0,20 0,20 -0,94 4 -0,16 0,00 0,08 - 0,10 -0,61 5 -0,58 0,01 0,05 0,06 - -0,92 6 -0,20 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 - Perkotaan 1 - 0,01 0,01 0,01 0,01 -0,20 2 -0,08 - 0,00 0,00 0,02 -0,32 3 0,02 0,00 - 0,11 0,11 -0,59 4 -0,07 0,00 0,06 - 0,08 -0,55 5 -0,31 0,00 0,03 0,04 - -0,76 6 -0,18 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 - Perdesaan + Perkotaan 1 - 0,01 0,01 0,01 0,01 -0,19 2 -0,11 - 0,00 0,00 0,02 -0,34 3 -0,01 0,00 - 0,15 0,14 -0,72 4 -0,12 0,00 0,07 - 0,09 -0,59 5 -0,43 0,00 0,04 0,05 - -0,83 6 -0,19 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 - keterangan: 1 = makanan 2 = listrik 3 = lpg, gas kota, dan batu bara 4 = minyak tanah 5 = bensin dan solar 6 = non makanan lainnya 0,01 Sumber: hasil olahan data Susenas Panel 2007 – 2010. Selain itu, bisa dilihat bahwa peningkatan harga makanan dan non makanan lainnya menurunkan jumlah barang yang diminta untuk komoditi