15.000,- meter sekarang menjadi Rp. 200.000,- - Rp. 250.000,-meter. Uang yang mereka peroleh dari menjual atau menyewakan tanah untuk
diambil pasirnya Rp. 100.000.000 sd Rp. 500.000.000,- ada yang digunakan untuk membangun rumah, membeli tanah di lain tempat,
menyekolahkan anak dan sebagai modal usaha. Saat ini kesejahteraan mereka masih terjamin karena sebagian uang masih di tangan, namun
entah beberapa tahun ke depan. 2. Peningkatan pemasukan bagi kas desa sehingga dapat mendapatkan dana
dalam jumlah cukup banyak yaitu sebesar Rp. 913.000.000,- sebagai hasil dari penjualan tanah bengkok desa dan pendapatan dari retribusi jalan
sejak tahun 2004 – 2006 sebesar Rp. 70.000.000,-. Dana tersebut digunakan untuk kepentingan publik sebagaimana terinci pada halaman
63. Tumbuhnya kegiatan rutin dan pemasukan uang bagi pemuda karang taruna untuk mengelola keuangan retribusi jalan dari truk-truk pasir, akan
tetapi tidak ada administrasi keuangan yang rapi sehingga tidak terpantau kepastian jumlah uang yang masuk. Uang yang diperoleh dipergunakan
untuk kegiatan pertemuan dan pertandingan olah raga sepak bola dan olah raga bola voly.
3. Adanya pendapatan dari sektor informal, seperti tumbuhnya warung makan sejumlah 7 buah dan adanya penjual makanan keliling sejumlah 10
orang. 4. Adanya bantuan dana bagi pembangunan untuk kepentingan umum seperti
telah diuraikan di halaman 65, yaitu untuk pembangunan kantor desa, balai desa, masjid, gapuro, penerangan jalan, papan pengumuman dan lain
sebagainya.
1.1.1.2. Dampak Negatif
Dampak negatif pada aspek sosial ekonomi karena adanya kegiatan penambangan pasir dirasakan oleh masyarakat penambang dan juga masyarakat
umum di luar lokasi penambangan, yaitu sebagai berikut :
a. Dampak pada masyarakat penambang
1. Kurangnya keamanan saat bekerja sering mengakibatkan adanya kecelakaan kecil pada sebagian tenaga kerja sehingga mereka
mengeluarkan biaya tambahan untuk mengobati luka. Apabila luka yang mereka derita termasuk berat, misalnya harus diamputasi bagian
kakitangan atau mengalami patah tulang maka mereka tidak bisa bekerja kembali dan menjadi pengangguran, secara ekonomi tidak
menguntungkan bagi mereka. Secara sosial, timbul adanya perasaan kurang berharga di mata keluarga dan mengalami patah semangat karena
dengan kecacatan yang mereka alami membuat mereka tidak bisa bekerja lagi seperti semula.
2. Sebagian pekerja tidak menggunakan penutup mata dan hidung saat bekerja sehingga apabila tanah dan pasir disertai debu jatuh dari bagian
atas sering mengakibatkan mata mereka kotor dan menjadi sakit, serta adanya gangguan pernafasan walau tidak berat.
b. Dampak bagi masyarakat bukan penambang
1. Pada tahun 2004 saat ramai-ramainya kegiatan menambang dengan alat berat, ada beberapa orang perempuan dari luar desa yang dibawa oleh para
sopir truk dan bekerja di lokasi penambangan sebagai wanita tuna susila. Hal ini sangat meresahkan masyarakat dan menimbulkan
ketidaknyamanan. Kaum perempuan setempat pada saat itu tidak ada yang berani mendekati lokasi penambangan karena kawatir disangka
sebagai wanita tuna susila. Akhirnya dengan adanya keresahan masyarakat, para wanita tuna susial tersebut kemudian disuruh pergi dari
lokasi penambangan. Sampai saat ini, walaupun situasi dan kondisi sudah