Dampak Fisik Lingkungan Analisis Dampak Kegiatan Penambangan Pasir
Gambar 5.20. Tanah yang terbuang saat penggalian pasir
2. Hilangnya tanaman-tanaman penutup dan pelindung tanah, hal ini dapat menyebabkan aliran permukaan menjadi meningkat karena tidak adanya
tanaman pelindung, apalagi bila pada saat musim hujan. Lokasi penambangan pasir yang merupakan tanah dengan kemiringan landai – curam berpotensi
terjadinya aliran permukaan yang besar, apalagi bila tidak ada tanaman. 3. Adanya perubahan tata guna lahan yang dahulunya diperuntukkan bagi
pertanian tanaman pangan lahan kering menjadi lahan pasir dan batu Gambar 5.23. Lahan yang dulu hijau dan penuh dengan tanaman berubah menjadi
lahan tandus yang penuh dengan tumpukan pasir dan batu atau banthak.
Gambar 5.23. Perubahan tata guna lahan
4. Munculnya air tanah di permukaan karena terpotongnya alur tanah, hal ini disebabkan karena lokasi penggalian pasir termasuk dalam dengan kondisi
lahan yang kemiringannya curam. Apabila hal ini dibiarkan terus berlanjut maka persediaan air tanah bagi tempat lain yang berada di bagian lebih bawah
akan berkurang, terutama pada saat musim kemarau. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 5.24 sampai dengan Gambar 5.27.
Gambar 5.24. Kolam yang terbentuk karena munculnya air tanah
Gambar 5.25. Lokasi penggalian pasir yang memotong alur air tanah
Gambar 5.26. Air tanah yang muncul dan mengalir di lokasi panambangan pasir
Gambar 5.27. Lokasi penggalian pasir yang memotong alur air tanah
Gambar 5.28. Tanaman edelweis di lokasi penambangan pasir
5. Hilangnya flora khas di lokasi penambangan pasir, yaitu tanaman Edelweis. Seperti terlihat pada Gambar 5.28. tanaman edelweis penyusun dapatkan di
lokasi penambangan pasir namun jumlahnya hanya sedikit, bahkan hampir tidak kelihatan kalau ada tanaman edelweis. Tanaman edelweis merupakan
salah satu tanaman khas Kecamatan Kledung. 2. Rusaknya jalan desa yang dilalui truk-truk pengangkut pasirkerikilbatu
karena konstruksi jalan desa tidak dibuat khusus untuk truk-truk bermuatan pasir, perbaikan sudah dilakukan namun beberapa lama kemudian sudah
mengalami kerusakan yang sama Gambar 5.29. Truk-truk yang melebihi tonase jalan semakin memperparah kerusakan jalan desa.
3. Terjadinya polusi udara berupa debu di sekitar jalan yang dilalui truk pengangkut pasir sehingga apabila ada truk lewat maka pejalan kaki atau
pengguna sepeda motor memilih berhenti agar jauh dari truk serta menutup muka dan hidung untuk menghindari debu yang beterbangan.
Gambar 5.29 Jalan desa yang rusak
Gambar 5.30. Lahan yang rawan longsor 4.
Resiko terjadinya longsor karena tebing tidak berteras padahal struktur tanah adalah berpasir rawan longsor, para penambang tidak mau menggali
dengan sistem berteras karena alasan berkurangnya keuntungan secara ekonomi Gambar 5.30. Potensi daerah yang rawan longsor terlihat pada
Gambar 5.21.
Gambar 5.31 Terjadinya sedimentasi pasir di sungai
5. Terjadinya sedimentasi pasir di Sungai Sigandul sehingga beresiko adanya banjir di daerah bagian bawah Gambar 5.31. Sejak ada penambangan pasir
memang belum ada kejadian banjir yang sangat besar, namun kondisi air Sungai Galeh debit airnya mengalami peningkatan pada saat hujan deras di
Desa Kwadungan Gunung berdasarkan penuturan petugas Hutbun dan KSDA Kecamatan Kledung yang memantau keadaan kuantitas dan kualitas air
Sungai Galeh pada saat terjadi hujan deras di Desa Kwadungan Gunung . Sedimentasi pasir merupakan akibat dari adanya longsoran pasir dari lokasi
penambangan dan mengakibatkan pengendapan material pasir di sungai sehingga dasar sungai naik, hal ini menyebabkan tingginya muka air sehingga
dapat menyebabkan banjir pada waktu hujan. Sungai Sigandul adalah merupakan hulu dari Sungai Galeh yang melintas di tengah-tengah Kota
Parakan dan sering banjir serta longsor Gambar 5.32, di sisi kanan dan kiri Sungai Galeh padat dengan pemukiman penduduk sehingga apabila terjadi
banjir dapat menyebabkan kerugian dan malapetaka bagi sebagian masyarakat 100 KK. Jalan masuknya pasir ke sungai dapat dilihat pada gambar 5.34
Gambar 5.32. Sungai Galeh di Kota Parakan
6. Hilangnya sebagian pemandangan yang indah dan sejuk di lereng Gunung Sumbing karena sebagian bukan merupakan hamparan hijau lagi tetapi
hamparan bebatuanbanthak yang tandus dan panas. 7. Adanya lahan yang tidak teratur karena adanya lubang-lubang bekas galian
pasir yang ditinggalkan begitu saja tanpa diadakan reklamasi lahan, lahan yang berlubang-lubang ini dan penuh dengan bebatuan tidak dapat
dipergunakan untuk pertanian maupun perkebunan, sehingga dibiarkan begitu
saja oleh pemiliknya. Adanya bebatuan pada lahan bekas galian pasir mempersulit pelaksaan kegiatan reklamasi karena lahan yang tertutup banthak
tidak dapat digunakan untuk tumbuhnya tanaman. 12. Keadaan lahan bekas penambangan pasir yang tidak teratur dan berlubang-
lubang menyulitkan masyarakat untuk jalan ke lahan pertanian mereka. Jalan yang dulu arahnya sudah tidak menentu karena sebagian menjadi lokasi
penambangan pasir, bahkan ada jalan yang terputus sehingga sebagian petani membuat lagi jalan baru.
11. Kegiatan penambangan pasir di Desa Kwadungan Gunung meninggalkan kubangan-kubangan besar di bekas lokasi penambangan pasir dan
menghasilkan limbah bantak yang bertumpuk di berbagai lokasi. Banthak merupakan kerakal dan batu berukuran kecil sampai besar yang merupakan
sisa kegiatan penambangan. Sebagian besar lokasi bekas galian pasir ditutup oleh tumpukan bantak yang tingginya mencapai beberapa meter. Limbah
banthak tersebut sampai saat ini belum dimanfaatkan oleh penambang Gambar 5.33.
Gambar 5.33. Lahan Penuh Tumpukan Banthak
1. Adanya kekawatiran sebagian masyarakat yang lahan pertaniannya dekat dengan lokasi penambangan pasir , adanya tebing tanpa berteras dan tanpa
penahan menimbulkan ketakutan adanya longsor sehingga sebagian ada yang terpaksa menjual lahan pertaniannya tegalan karena ketakutan dan ada yang
meninggalkan rumahnya seperti tampak pada Gambar 5.35.
Gambar 5.35. Rumah yang ditinggalkan penghuninya
2. Berkurangnya kenyamanan masyarakat pengguna jalan karena jalan desa rusak dan debu beterbangan apabila ada truk lewat, tiap kali diperbaiki maka
beberapa waktu kemudian kembali lagi rusak. 3. Mengeluhnya sebagian masyarakat karena air kolam yang biasa dipergunakan
masyarakat untuk mandi dan cuci makin berkurang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
4. Sebagian masyarakat merasa takut apabila nanti penambangan pasir dibiarkan sampai bagian atas Gunung Sumbing maka gunung tersebut akan runtuh dan
terjadi malapetaka pada diri mereka 5. Adanya ketakutan kekhawatiran sebagian masyarakat tentang terjadinya
longsor dan banjir di sekitar lokasi penambangan pasir akan mengenai lahan dan pemukiman mereka, apalagi bila turun hujan deras disertai angin kencang.
Dampak positif terhadap fisik lingkungan dengan adanya kegiatan penambangan pasir di Desa Kwadungan sama sekali tidak ada.