Tahap Persiapan Kegiatan inarni nur dyahwanti

- Apabila sesuai dengan konsep agrowisata maka selanjutnya mengadakan sosialisasi awal dan mengajak masyarakat untuk merencanakan kegiatan dan pembangunan yang berkaitan dengan agrowisata di Desa Kwadungan Gunung - Mengadakan pendekatan pada masyarakat melalui lembaga-lembaga yang ada, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita dan tokoh pemuda. - Mengajak masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam semua tahap pelaksanaan kegiatan agrowisata di Desa Kwadungan Gunung

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Tahap pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu : a. Kegiatan mewujudkan budaya sadar dan kepedulian lingkungan pada segenap stakeholders yang terlibat dalam kegiatan agrowisata Kegiatan ini dilaksanakan berupa kegiatan sosialisasi, penyuluhan, seminar, curah pendapat, penyebaran leaflet dan brosur pada semua stakeholders yang terlibat seperti aparat pemerintah kabupaten, aparat kecamatan, pemerintah desa, pengurus lembaga-lembaga desa seperti LKMD, BPD, TP.PKK, UED, Karang Taruna, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama, para pemuda, kaum perempuan, kaum miskin dan terpinggirkan, pekerja di penambangan pasir, pemilik tanah, penyewa tanah, dan pengusaha. Kegiatan ini dilaksanakan oleh sebuah Tim yang diketuai oleh Bappedalda. Kegiatan ini diharapkan akan mewujudkan persamaan persepsi di semua pihak tentang pemahaman lingkungan hidup dan menumbuhkan budaya sadar dan peduli lingkungan dalam setiap bidang kehidupan mereka. Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dan tempatnya di tempat yang mendekati lokasi stakeholders berada. Misalnya untuk aparat pemerintah kabupaten tempatnya di kabupaten, sedangkan untuk masyarakat desa di balai desa atau rumah penduduk setempat. Biaya dibebankan pada antuan pemerintah kabupaten serta swadaya masyarakat. Materi dan metode yang dilaksanakan menyesuaikan dengan situasi kondisi dan latar belakang sumber daya manusia yang ada sehingga mudah ditangkap dan diterima materi yang diberikan guna mewujudkan tujuan sesuai yang diharapkan. b. Kegiatan melokalisasi dan menghentikan kegiatan penambangan Kegiatan ini dilakukan secara tegas oleh Bupati melalui Bappedalda dan Dinas Hutbun dan KSDA namun pelaksanaannya dengan pendekatan kemanusiaan sehingga tidak menimbulkan masalah baru dan gejolak sosial. Diharapkan dengan tumbuhnya budaya sadar dan peduli lingkungan maka kegiatan ini akan mudah untuk dilaksanakan. Pemerintah juga memberikan alternatif mata pencaharian lain sehingga masyarakat yang bekerja di penambangan pasir tidak akan terlunta-lunta nasibnya karena kehilangan pekerjaan, yaitu dengan ikut ambil bagian menjadi tenaga kerja yang berkaitan dengan kegiatan agrowisata. Sebelum kegiatan penambangan dinyatakan ditutup secara resmi dan dilaksanakan penertiban oleh aparat, terlebih dahulu dilakukan pendekatan dan pemahaman pada para penambang pasir melalui kepala desa setempat dan tokoh-tokoh yang dianut dan disegani oleh mereka. Kegiatan melokalisasi dilakukan dengan tujuan untuh mencegah meluasnya lahan pertanian yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya. Dibakukan dan ditetapkan peraturan yang ketat oleh Pemerintah Desa, Kecamatan dan Kabupaten tentang aturan penyewaan atau penjualan tanah untuk kegiatan penambangan pasir, sehingga ada kecenderungan masyarakat untuk enggan menyewakanmenjual tanahnya. Diberlakukannya sanksi secara tegas dan nyata pada pihak-pihak yang melanggar ketentuan penutupan penambangan pasir, pengawasan secara ketat di lapangan juga dilaksanakan dengan dibantu oleh masyarakat setempat. Dengan adanya pengawasan dari masyarakat maka akan lebih memudahkan pengawasan dan lebih efektif. c. Kegiatan pengelolaan tanaman dan konservasi tanah berbasis masyarakat. Hal pertama yang harus ditempuh dalam perencanaan konservasi tanah adalah mengetahui tingkat bahaya erosi yang terjadi serta faktor- faktor penyebab erosi telah diuraikan pada bab di bagian depan. Pengelolaan tanaman dan konservasi tanah yang tepat akan dapat mengendalikan erosi yang terjadi di lokasi penambangan pasir. Kemudian dicari ketepatan penggunaan lahan dengan menggunakan skor dan klasifikasi karakteristik suatu lahan yang ditetapkan oleh Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Departemen Kehutanan Asdak, 2004. Desa Kwadungan Gunung termasuk daerah dengan skor 195 kawasan lindung dan skor 165 kawasan penyangga. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan Khadiyanto, 2005. Di antara komponen USLE, faktor yang dapat dikendalikan untuk mencegah erosi adalah faktor pengelolaan tanaman, konservasi tanah dan topografi. Hal prinsip yang harus diberikan pada petani Desa Kwadungan Gunung adalah bahwa kerusakan tanah akibat erosi yang terjadi pada lahan-lahan mereka akan menurunkan produktivitas per satuan luas. Dengan pengertian ini diharapkan lebih mudah mengarahkan petani untuk selalu bertindak dalam perspektif usaha konservasi tanah dan air. Kendala yang sering dihadapi adalah bahwa sebagian masyarakat petani enggan untuk melakukan proses perubahan. Pengendalian erosi melalui teknik konservasi sering tidak langsung diterima karena rendahnya pendidikan petani, biasanya mereka pada tahap awal acuh tak acuh meski didatangi penyuluh. Untuk itu pemberdayaan masyarakat harus selalu dikedepankan dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan