35
3.8 Teknik Pengolahan Data Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan cara:
1. Editing
Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.
2. Coding
Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakuka dalam bentuk
memberikan simbol-simbol tertentu. 3.
Tabulasi Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang
dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian. 4.
Cleaning Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan
atau tidak saat memasukkan data ke komputer.
3.9 Teknik Analisis Data
Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Peternakan A
Peternakan A terletak di Dusun III Lau Gajah Desa Namorih Kec. Pancur Batu Kab. Deli Seradang, Sumut. Peternakan A memiliki 36 buah kandang ternak dengan
ukuran 1,5 x 1,5 m. Jumlah ternak kambing 40 ekor dan yang diperah saat ini 7 ekor. Proses pemerahan susu dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 06.00 dan 18.00
wib. Hasil produksi susu kambing perah ± 5 liter susu.
4.1.2 Peternakan B
Peternakan B terletak di jalan Bunga Rampai samping kebun binatang Kab. Deli Serdang. Peternakan B memiliki 75 buah kandang dengan ukuran 1,5 x 1,5 m.
Jumlah ternak kambing yang dimiliki 130 ekor dan jumlah kambing yang diperah saat ini 60 ekor. Proses pemerahan susu kambing dilkukan 2 kali sehari yaitu pada
pukul 08.00 dan pukul 17.00 wib. Hasil susu kambing perah setiap harinya ± 16 liter susu.
4.1.3 Peternakan C
Peternakan C terletak di Jalan Medan-Binjai Km 10,5 Kec.Sunggal Kab.Deli Serdang. Peternakan C ini memeliki 5 buah kandang dengan ukuran 10 x 4 m. Jumlah
ternak kambing yang dimiliki 80 ekor dan jumlah kambing yang diperah 20 ekor. Proses pemerahan susu kambing dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 dan
pukul 17.00 wib. Hasil produksi susu kambing perah setiap harinya ± 5 liter susu.
36
37
4.1.4 Peternakan D
Peternakan D terletak di Gang Bambu Desa Limau Manis Pasar 13 Kec. Tj Morawa Kab. Deli Serang. Peternakan D memiliki 7 buah kandang ternak dengan
ukuran 4 x 20 m. Jumlah ternak kambing yang dimiliki 500 ekor dengan 200 ekor ternak kambing yang sedang berproduksi. Proses pemerahan susu kambing perah
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 dan pukuk 17.00 wib. Hasil produksi susu kambing perah setiap harinya ± 48 liter.
4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur
Tabel.4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pemerah Susu Kambing di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
Umur tahun Jumlah orang
17 1 25
31 1 25
32 1 25
37 1 25
Jumlah 4 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden yang merupakan pemerah susu kambing yaitu umur 17 tahun 1 orang 25, umur 31 tahun 1 orang 25, umur 32
tahun 1 orang 25, umur 37 tahun 1 orang 25.
4.2.2 Jenis Kelamin
Tabel.4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pemerah Susu Kambing di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
Jenis Kelamin Jumlah orang
Laki-laki 3 75
Perempuan 1 25
Jumlah 4 100,0
38
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin responden pada umumnya berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang 75, dan perempuan 1 orang 25.
4.2.3 Pendidikan Tabel.4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pemerah Susu
Kambing di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 Pendidikan Jumlah
orang
SMP 2 50,
SMA 2 50
Jumlah 4 100,0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pendidikan responden adalah SMP 2 orang 50, SMA sebanyak 2 orang 50.
4.2.4 Lama Kerja
Tabel.4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja Pemerah Susu Kambing di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
Lama Kerja Jumlah
4 Tahun 1
25 1 Tahun
2 50
2 Bulan 1
25
Jumlah 4 100,0
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa berdasarkan lama kerja responden umumnya 1 tahun sebanyak 2 orang 50.
4.3 Higiene Sanitasi 4.3.1 Higiene Sanitasi Pemerah
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti diperoleh bahwa semua responden mencuci tangan hanya dengan menggunakan air saja tanpa menggunakan
sabun dan disikat. Semua responden juga tidak menggunakan sarung tangan dan masker pada saat pemerahan.
39
4.3.2 Proses Pemerahan Susu
Hasil pengamatan peneliti di keempat lokasi peternakan kambing, di lokasi peternakan A ada mesin perah tapi tidak digunakan karena kambing yang sedang
produksi jumlahnya sedikit jadi pemerahan menggunakan tangan. Sedangkan di lokasi peternakan B, C, dan D tidak ada yang menggunakan mesin dengan alasan
mahal dan dapat merusak ambing susu kambing.
4.3.3 Keadaan Sanitasi Tempat Pemerahan Susu 4.3.3.1 Sanitasi Tempat Pemerahan Susu Peternakan A
Bangunan kandang ternak kambing perah di peternakan A terdiri dari 36 buah kandang dimana masing-masing berukuran 1,5 x 1,5 m. Konstruksi kandang tidak
permanen terbuat dari kayu dan atap rumbia terlihat cukup kokoh dan mampu melindungi ternak kambing dari hujann dan matahari. Lantai kandang terbuat dari
kayu dengan permukaan lantai yang rata dan tidak licin. Bangunan kandang memiliki dinding. Kandang kambing di peternakan A memiliki tempat makan dan minum
kambing. Pembersihan kandang dilakukan 1 kali sehari yaitu pagi hari. Selain itu kandang di lengkapi dengan parit disekitar bangunan kandang yang berfungsi sebagai
saluran pembuangan. Jarak kandang terhadap pembuangan kotoran lebih dari 10 meter, sumber air yang digunakan untuk aktifitas berasal dari sumur bor dimana letak
sumber air ini sekitar 10 meter dari kandang. Pada peternakan ini ruang pemerahan susu kambing bersebelahan langsung dengan kandang kambing. Pencucian peralatan
yang dipakai menggunakan cairan Veta Qual dengan cara mencampurkannya denga air hangat.
40
Pada peternakan ini sebelum melakukan pemerahan susu, petugas pemerah terlebih dahulu mandi, kemudian setelah memerah susu petugas kembali mandi
sebelum melakukan pengemasan susu ke dalam botol serta menggunakan sarung tangan, masker dan penutup kepala. Ini tidak terlihat pada peternakan lain. Susu yang
telah diperah terlebih dahulu disaring sebelum dimasukkan ke milkcan. Botol yang akan di gunakan terlebih dahulu di bersihkan denga air hangat. Pemerahan susu
dilakukan 2 kali sehari dengan minimal jarak pemerahan adalah 12 jam. Hasil penelitian memang menunjukkan bahwa sampel susu kambing perah yang berasal
dari peternakan A tidak mengandung Salmonella sp. tapi tidak menutup kemungkinan adanya kuman patogen lain.
4.3.3.2 Sanitasi Tempat Pemerahan Susu Peternakan B
Pada peternak kambing perah di peternakan B terdiri dari 75 buah kandang dimana masing-masing berukuran 1,5 x 1,5 m. Konstruksi kandang tidak permanen
terbuat dari kayu broti dan atap rumbia terlihat cukup kokoh dan mampu melindungi ternak kambing. Lantai kandang terbuat dari kayu dengan permukaan
lantai yang rata dan tidak licin. Bangunan kandang memiliki dinding. Setiap kandang kambing di peternakan B memiliki tempat makan dan minum kambing. Pembersihan
kandang dilakukan 1 kali sehari yaitu pagi hari.. Pada peternakan ini ruang tempat pemerahan susu kambing berdampingan langsung dengan kandang kambing, setelah
pemerahan selesai ruangan dibersihkan dengan antiseptik. Hasil pengamatan langsung peneliti di peternakan B diketahui bahwa kondisi
higiene dan sanitasi di peternakan B sudah bersih karena sumber air terdapat disetiap kandang sehingga memudahkan untuk membersihkan kandang yang dilakukan 1 kali
41
sehari. Hanya saja kambing tidak dimandikan setiap hari. Sumber air yang digunakan dari sumur bor yang jaraknya kurang lebih 10 meter dari kandang. Saluran air pada
kandang terlihat lancar. Jarak kandang terhadap pembuangan kotoran lebih dari 10 meter. Pada waktu pemerahan susu kambing, petugas pemerah susu mencuci tangan
namun pemerah melap tangannya pada kain lap yang sama yang digunakan untuk melap ambing kambing dan petugas pemerah juga tidak menggunakan sarung tangan.
Pada waktu pemerahan susu bersamaan dengan pekerja lain yang sedang membersihkan kandang. Pemerahan susu dilakukan 2 kali sehari dengan jarak 12 jam.
Susu yang telah diperah kemudian dimasukkan ke dalam botol kemasan tapi sebagian lagi dimasukkan dalam kemasan plastik tanpa menggunakan sarung tangan, masker
dan penutup kepala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel susu kambing perah yang berasal dari peternakan B mengandung Salmonella sp. Terdapatnya
Salmonella sp. pada sampel susu perah yang berasal dari peternakan B kemungkinan karena kondisi peternakan B yang kurang saniter, baik sanitasi kandang, higiene
penjamah maupun kebersihan kambing.
4.3.3.3 Sanitasi Tempat Pemerahan Susu Peternakan C
Jumlah kandang kambing di peternakan ini 5 dengan ukuran masing-masing 10 x 4 m. Lantai kandang terbuatdari kayu dan permukaan lantai yang rata dan tidak licin.
Tapi bangunannya terlihat kurang kokoh dan saat ini sedang dalam perbaikan. Kondisi sanitasi kandang di peternakan C terlihat sangat jorok dimana kambing
banyak terlihat di luar kandang sehingga kotorannya berserakan. Tempat makan dan minum kambing tidak dibersihkan setiap hari. Untuk pemerahan susu kambing
42
dilakukan langsung di dalam kandang dimana di dalam kandang itu banyak terdapat kambing-kambing yang tidak diperah.
Pengamatan peneliti langsung di peternakan C diketahui bahwa kondisi higiene sanitasi di peternakan C ini lebih buruk dibandingkan dengan peternakan lain.
Dimana pada peternakan C ini kotoran kambing berserakan karena banyak kambing yang dilepaskan, kemudian pembersihan kandang dan tempat minum tidak dilakukan
setiap hari. Sumber air yang digunakan untuk aktifitas peternakan berasal dari sumur bor yang jaraknya kurang dari 10 meter dari kandang. Pemerahan susu dilakukan 1
kali sehari. Pada waktu pemerahan susu pemerah mencuci tangan tidak menggunakan sarung tangan dan pemerahan susu dilakukan di dalam kandang. Susu yang telah
diperah kemudian dimasukkan kedalam milkcan yang terlebih dahulu disaring. Hasil penelitian memang menunjukkan bahwa sampel susu kambing perah dari peternakan
C tidak mengandung Salmonella sp. tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan susu kambing perah yang berasal dari peternakan C mengandung bakteri patogen lainnya.
4.3.3.4 Sanitasi Tempat Pemerahan Susu Peternakan D
Konstruksi bangunan pada peternakan D ini terlihat kokoh, permukaan lantai rata dan tidak licin. Kandang dibersihkan 1 kali sehari dimana bahan lantai kandang
terbuat dari kayu. Jarak kandang terhadap tempat pembuangan kotoran lebih dari 10 meter. Sumber air untuk aktifitas peternakan berasal dari sumur bor, saluran air dalam
kandang terlihat lancar. Letak sumber air dari kandang kurang lebih 10 meter. Kambing-kambing yang sedang sakit kulit diletakkan jauh dari kambing-kiambing
lain. Pada peternakan ini juga terlihat kambing-kambing yang sedang produksiuntuk diperah dipisahkan dengan kambing-kambing lain dan mendapat perlakuan khusus
43
yaitu dimandikan minimal 1 kali seminggu dan kandang dibersihkan dengan desinfektan. Petugas mengatakan bahwa dengan memandikan kambing minimal 3
kali seminggu dapat mengurangi bau pada susu. Kandang tempat makan dan minum dibersihkan setiap hari. Tersedia tempat khusus untuk pemerahan yang jaraknya 5 m
dari kandang kambing. Hasil pengamatan langsung peneliti di peternakan D terlihat bahwa Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sampel susu kambing yang berasal dari peternakan D mengandung Salmonella sp. hal ini mungkin disebabkan karena higiene dan sanitasi
yang kurang serta wadahbotol yang akan digunakan untuk kemasan susu tidak terlebih dahulu di sterilkan, sehingga kotoran yang menempel pada botol dapat
mencemari susu tersebut.
4.3.4 Sanitasi Peralatan yang Digunakan
Tabel 4.6. Distribusi Sanitasi Peralatan yang Digunakan Untuk Wadah Susu Kambing di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
No Higiene Sanitasi Peralatan yang
Digunakan Jum
lah
1 Bahan wadah penampung susu
Milkcan 4 100,0
Jumlah 4 100,0
2 Pencucian alat pemerahan dilakukan
Sebelum dan setelah pemerahan 4
100,0
Jumlah 4 100,0
3 Cara pembersihan alat pemerahan
Air dan air hangat Air hangat dan pembersih khusus
2 2
50,0 50,0
Jumlah 4 100,0
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa wadah penampungan susu yang digunakan oleh pemerah semua menggunakan milkcan sebanyak 100, pencucian alat digunakan
sebelum dan sesudah pemerahan sebanyak 100, dimana cara pembersihan
44
peralatan pemerahan mayoritas dilakukan dengan air dan air hangat sebanyak 50, air hangat dan pembersih khusus 50. Hasil pengamatan pada keempat peternakan
tidak semua peternakan menjual susu kambing dalam kemasan botol, ada juga yang menjual susu yang dimasukkan kedalam plastik kiloan. Sebelum susu dimasukkan ke
dalam botol terlebih dahulu botol di sterilkan dengan cara membilas botol susu dengan air panas kemudian botol di telungkupkan sampai kering lalu diisi susu.
4.4 Hasil Pemeriksaan Kandungan Salmonella Sp.
Pemeriksaan kandungan Salmonella sp pada susu kambing segar yang siap dikonsumsi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU Medan selama ± 2
minggu dimulai dari penyiapan media, sterilisasi alat, dan pengambilan sampel sampai diperoleh hasil pemeriksaan yaitu tanggal 16 Nov 2013-25 Nov 2013.
Sampel susu kambing segar yang dapat dikonsumsi langsung diperiksa kandungan Salmonella-nya kemudian hasil yang diperoleh dibandingkan dengan
Standar Nasional Indonesia SNI 7388:2009 tentang Batas maksimum cemaran mikroba dalam bahan makanan hasil hewan dan tentang syarat mutu susu segar
dimana angka bakteri Salmonella sp dalam susu segar adalah 0 atau negatif. Hasil pemeriksaan kandungan Salmonella sp. pada susu kambing segar yang siap
dikonsumsi dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7. Hasil Pemeriksaan Kandungan Salmonella sp. Pada Susu Kambing
Segar yang Berasal dari Beberapa Lokasi Peternakan Kambing di Medan
No Sampel Hasil
Standar Keterangan
1 A Negatif Negatif
Memenuhi Syarat
2 B
Positif Negatif
Tidak Memenuhi Syarat 3 C
Negatif Negatif Memenuhi
Syarat 4
D Positif
Negatif Tidak Memenuhi Syarat
45
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa kandungan Salmonela sp. padasusu kambing segar yang siap dikonsumsi berasal dari peternakan positif Salmonella sp.
mengandung Salmonella sp. yang berarti tidak memenuhi syarat SNI 7388:2009 tentang BatasMaksimum Cemaran Mikroba dalam Bahan Makanan Asal Hewan.
4.5 Peralatan yang Digunakan Dalam Proses Pemerahan