Langkah-Langkah Mengoptimalkan Pajak Hotel

D. Langkah-Langkah Mengoptimalkan Pajak Hotel

Pajak hotel merupakan salah satu sumber dari pendapatan asli daerah (PAD). Pajak hotel memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah kota Surakarta yang dapat diandalkan sebagai penunjang peningkatan pendapatan asli daerah, pajak hotel harus digali semaksimal mungkin agar potensi dari pajak hotel itu sendiri dapat dikelola dengan baik. Walaupun pendapatan dari pajak hotel tidak merupakan yang paling utama namun penerimaan dari pajak ini tiap tahun terus meningkat. Maka dari itu Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) sebagai instansi yang berwenang dalam pengelolaan kekayaan daerah serta bertanggung jawab dalam mengoptimalkan penerimaan pajak hotel tersebut.

berbagai hambatan dan mendorong peningkatan pajak daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai langkah-langkah mengoptimalkan penerimaan pajak hotel, langkah ini difokuskan pada sosialisasi, audit dan yustisi yang dilakukan oleh DPPKA Kota Surakarta serta faktor-faktor yang menghambat maupun yang mendukung.

1. Pelaksanaan Sosialisasi

Mengakomodasi pelaksanaan atau implementasi pembayaran pajak daerah, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Surakarta, menggelar sosialisasi pajak daerah. Kegiatan yang diikuti para pengusaha hotel, restoran dan tempat-tempat hiburan ini bertujuan mendorong peningkatan pajak daerah. Mengadakan sosialisasi pajak merupakan salah satu strategi yang terpenting dalam memasyarakatkan pengetahuan dan peran penting pajak. Jadi Sosialisasi dalam hubungan nya dengan pajak atau sosialisasi perpajakan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memasyarakatkan peraturan-peraturan tentang pajak daerah yang berlaku di suatu daerah tertentu. Jadi di setiap daerah kabupaten/kota mempunyai aturan-aturan sendiri yang mengatur sosialisasi. Pemerintah mencanangkan sosialisai pajak dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat tentang akan pentingnya pajak bagi pembangunan daerah.

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta melakukan sosialisasi kepada wajib pajak. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta melakukan sosialisasi kepada wajib pajak. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan

“Bahwa untuk sosialisasi tentang pajak hotel ini, kita lakukan apabila ada perubahan ketetapan dan apabila ada wajib pajak baru, pasti kita adakan sosialisasi. Kalau di hitung frekuensi dalam setahun, kita bisa mengadakan

sosialisasi 3 kali dalam setahun ya” (wawancara 11 April 2012)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Drs. AG Agung Hedratno M.Si selaku Kepala Bidang Dafda dan Dokumentasi berikut ini : “Berkaitan dengan sosialisasi kebetulan perda kita baru ya yaitu perda no

4 tahun 2011, selain kita memberikan sosialisasi kita juga memberika penjelasan mengenai perda baru yang berlaku yang berkaitan dengan pajak daerah, disitu ada aturan yang mengatur pajak hotel, kemudian berkaitan dengan ketentuan besarnya tarif. Sosialisasi dilakukan ya paling tidak 2-3 kali dalam setahun” (wawancara 18 April 2012).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi sangat penting, karena dengan adanya sosialisasi wajib pajak khususnya wajib pajak hotel bisa memahami peraturan-peraturan baru yang berlaku. Pada saat melakukan sosialisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset mengundang seluruh wajib pajak hotel yang ada di Kota Surakarta untuk memberikan penjelasan Perda tentang pajak hotel. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Drs. AG Agung Hendratno M.Si selaku Kepala Bidang Dafda dan Dokumentasi berikut ini :

“sosialisasi masalah pajak hotel ini kita mengundang para pengusaha hotel yang berada di wilayah Surakarta, kita undang ke DPPKA untuk di berikan

Sosialisasi dengan mengundang wajib pajak juga diungkapkan oleh Ibu Maya Pramita. SH. M.Hum selaku Kepala Sub Bagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan berikut ini :

“Sosialisasinya ya kita mengundang wajib pajak, kita undang wajib pajak hotel ke dinas, kita berikan sosialisasi” (wawancara 11 April 2012).

Pernyataan mengenai bagaimana sosialisasi bagi wajib pajak tersebut dibenarkan oleh pengelolan hotel, seperti pernyataan Bapak Suroso selaku Accounting Kusuma Kartika Sari Hotel berikut ini :

“mengenai sosialisasi ya memang dinas mengundang pihak hotel untuk diadakan sosialisasi ya disitu dijelaskan bagaimana ketentuan-ketentuan

terkait pajak hotel, mulai dari tarifnya yang sesuai perda kan 10%.” (wawancara 21 Juni 2012)

Sosialisasi untuk wajib pajak hotel tidak hanya dengan cara Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset mengundang wajib pajak hotel tetapi juga dapat dilakukan dengan cara para pegawai DPPKA diundang oleh PHRI Surakarta (Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia) pada saat ada perkumpulan. Seperti pernyataan Ibu Maya Pramita. SH. M.Hum selaku Kepala Sub Bagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan berikut ini :

“Namanya sosialisasi bisa saja pada saat perkumpulan, kalau hotel itu namanya PHRI (Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia) kalau sedang ada pertemuan kita diundang, kita terlibat disana, kita memberikan

sosialisasi diperkumpulan tersebut” (wawancara 11 April 2012).

Sosialisasi dengan cara pegawai DPPKA diundang oleh PHRI juga diungkapkan oleh bapak Drs. AG Agung Hendratno M.Si selaku Kepala Bidang Dafda dan Dokumentasi berikut ini :

“Selain kita mengundang wajib pajak, kita juga diundang oleh perkumpulan wajib pajak hotel ya, namanya PHRI pada saat mereka mengadakan perkumpulan kita diundang, untuk terlibat dan memberikan

sosialisasi” (wawancara 18 April 2012). Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Suroso selaku Accounting

Kusuma Kartika Sari Hotel berikut ini :

“pengusaha hotel tergabung dalam PHRI, perkumpulan pengusaha hotel, yang namanya perkumpulan pasti ada saatnya untuk berkumpul dan pada saat PHRI mengadakan perkumpulan dari pihak PHRI juga dapat mengundang dinas dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan Daerah yang sekarang ganti nama menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

dan Aset atau DPPKA, pada saat itu sosialisasi juga biasanya dilakukan” (wawancara 21 Juni 2012)

Dari pernyataan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi dilakukan dengan cara DPPKA Kota Surakarta mengundang wajib pajak hotel, untuk kemudian diberikan sosialisasi, disini dinas yang mengundang wajib pajaknya. Namun tidak hanya dengan cara tersebut, para wajib pajak hotel yang tergabung dalam PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) pada saat PHRI mengadakan perkumpulan mereka juga dapat mengundang pagawai dari DPPKA untuk dapat memberikan sosialisasi terkait pajak hotel. Dengan adanya paguyuban semacam PHRI ini akan lebih memudahkan bagi kedua belah pihak, sehingga komunikasi antar pihak hotel itu sendiri dan pihak dinas dapat terjalin dengan baik.

Selain dengan adanya dua cara tersebut diatas, sosialisasi dapat juga dilakukan dengan cara menggunakan media seperti melalui tayangan TATV (televisi lokal di Surakarta), melalui surat edaran, melalui media cetak , dan melalui baliho atau spanduk-spanduk yang terpasang di tempat-tempat strategis.

Dafda dan Dokumentasi berikut ini : “Sosialisasi bukan saja kita harus mengundang para wajib pajaknya, tetapi

kita dapat juga memberikan surat edaran dari kepala dinas, kemudian kita ada kerjasama dengan TATV Surakarta, kita memberikan penjelasan- penjelasan di televisi dalam acara pajak dan juga dilakukan dengan media koran” (wawancara 18 April 2012).

Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Maya Pramita. SH. M.Hum selaku Kepala Sub Bagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan berikut ini :

“Kita juga ada kerjasama dengan TATV ya, selain itu sosialisasi juga dapat dilakukan melalui media cetak, spanduk dan baliho. Surat edaran

kepala dinas pun juga dapat dikatakan sebagai bentuk sosialisasi” (wawancara 11 April 2012).

Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara tidak hanya dengan mengundang wajib pajak hotel namun juga dapat dilakukan dengan cara yang lainnya seperti kerjasama dengan televisi lokal di Surakarta, melalui media cetak seperti koran, juga dapat dilakukan melalui spanduk-spanduk ataupun baliho yang terpasang ditempat- tempat strategis. Bahwa sosialisasi sifatnya untuk memberi kejelasan informasi, memberi pengumuman kepada orang banyak agar orang tersebut yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Bahwa dengan sosialisasi ini dapat memberikan pemahaman yang baik teristimewa bagi para wajib pajak (para pengusaha) guna lebih meningkatkan ekonomi usaha masing-masing yang pada gilirannya memberikan sumbangsih untuk membangun Kota Surakarta. Berikut contoh spanduk sosialisasi :

Spanduk sosialisasi pajak

Sumber : DPPKA Kota Surakarta

Sosialisasi bukan saja ditujukan untuk para wajib pajak saja tetapi juga untuk para petugas pemungut pajak dan pengelola pajak daerah, dalam melakukan sosialisasi petugas hendaknya sudah menguasai materi yang akan disosialisasikan, hal ini di karenakan agar pertanyaan dari para wajib pajak dapat terjawab. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Sunarwan Selaku Staf Dafda dan Dokumentasi sebagai berikut :

“petugas yang melaksanakan sosialisasi itu kan sudah menguasai persoalan, ya selama ini pertanyaan dari wajib pajak dapat terjawab oleh

petugas.” (wawancara 26 Juni 2012)

Dalam melakukan sosialisasi para petugas dituntut untuk dapat menguasai persoalan terkait dengan persoalan-persoalan yang sering muncul terkait pajak hotel ini, maka dari itu petugas-petugas tersebut harus dibekali oleh penguasaan materi melalui diklat-diklat maupun adanya pembinaan.

Saat ini sistem pemungutan pajak hotel menggunakan self assessment system , dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk mencatat, menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Agar self assessment system tersebut berjalan dengan baik maka perlu adanya penegakkan hukum, salah satunya yaitu dengan melakukan audit/pemeriksaan pajak. Audit adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang berkepentingan.

Pemeriksaan pajak didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data, dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan. Sedangkan pengertian dari Pemeriksaan Pajak Daerah adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan daerah.

Audit pajak dilakukan dengan cara observasi lapangan, menurunkan personil untuk terjun langsung ke lapangan. Dilihat pembukuannya mulai dari jumlah kamar, jumlah tamu yang menginap, berapa tarif kamarnya. Seperti pernyataan ibu Maya Pramita. SH. M.Hum selaku Kepala Sub Bagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan berikut ini :

“Kalau audit ya kita ada observasi lapangan, di sana ternyata pada tingkat “Kalau audit ya kita ada observasi lapangan, di sana ternyata pada tingkat

dari pembukuannya.” (wawancara 11 April 2012).

Pernyataan yang sama juga di ungkapkan oleh bapak Drs. AG Agung Hendratno M.Si selaku Kepala Bidang Dafda dan Dokumentasi berikut ini :

“yang namanya audit ya kita menurunkan tim untuk terjun ke sana, audit itukan kita memeriksa pembukuan- pembukuan hotel itu sendiri.”

(wawancara 18 April 2012).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Sunarwan Selaku Staf Dafda dan Dokumentasi berikut ini :

“untuk audit kita melihat omsetnya ke tempat wajib pajak, kita lihat setorannya lalu kita hitung omsetnya, kita datangi wajib pajak dan ditanyakan omsetnya berapa, jumlah kamarnya berapa, tarif kamarnya berapa, tamu rata- rata tiap hari berapa” (wawancara 19 Juni 2012).

Hal yang sama juga diperjelas oleh Bapak Suroso selaku Accounting Kusuma Kartika Sari Hotel berikut ini : “petugas pajak datang ke hotel, disini mereka memeriksa pembukuan,

pembukuan dari jumlah tamu, penerimaan dan segala jenis pengeluaran diperiksa” (wawancara 21 Juni 2012)

Menurut pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa audit merupakan proses pemeriksaan pajak, pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pemeriksaan melalui pembukuan wajib pajaknya, dari segala macam jenis pembukuan dari jumlah tamu yang datang, jumlah kamar yang ada, dari tarifnya dan dari penerimaan maupun pengeluaran hotel-hotel yang bersangkutan dan dari pembukuan tersebut tim pemeriksa dapat mengetahui omset dari hotel-hotel Menurut pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa audit merupakan proses pemeriksaan pajak, pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pemeriksaan melalui pembukuan wajib pajaknya, dari segala macam jenis pembukuan dari jumlah tamu yang datang, jumlah kamar yang ada, dari tarifnya dan dari penerimaan maupun pengeluaran hotel-hotel yang bersangkutan dan dari pembukuan tersebut tim pemeriksa dapat mengetahui omset dari hotel-hotel

a. Tahap Persiapan ini terbagi menjadi 5 ( lima ) kegiatan, dimana masing- masing kegiatan memiliki peranan yang penting dalam menyiapkan segala sesuatu demi kelancaran pelaksanaan proses pemeriksaan :

1) Mempelajari realisasi setoran pajak hotel tiap bulan dari wajib pajak : Apabila ditemukan ketidakwajaran atas setoran dari wajib pajak tersebut maka wajib pajak tersebut akan dilakukan pemeriksaan. Selain itu langkah ini juga dilakukan untuk menemukan realisasi pajak hotel yang tidak dibayar pada bulan-bulan tertentu kemudian mencatat hasilnya.

2) Melakukan peninjauan secara langsung : Melakukan peninjauan secara langsung kondisi usaha wajib pajak dan melakukan perbandingan dengan realisasi setoran pajak hotel dari wajib pajak.Apabila dari hasil pengamatan dari pihak DPPKA ternyata kondisi usaha wajib pajak tidak sesuai dengan realisasi setoran pajak, maka akan ditindak lanjuti dengan pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh tim khusus yaitu Tim Audit. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta tentang Pembentukan Tim Audit Pemeriksa Pajak Daerah pada kegiatan peningkatan dan 2) Melakukan peninjauan secara langsung : Melakukan peninjauan secara langsung kondisi usaha wajib pajak dan melakukan perbandingan dengan realisasi setoran pajak hotel dari wajib pajak.Apabila dari hasil pengamatan dari pihak DPPKA ternyata kondisi usaha wajib pajak tidak sesuai dengan realisasi setoran pajak, maka akan ditindak lanjuti dengan pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh tim khusus yaitu Tim Audit. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta tentang Pembentukan Tim Audit Pemeriksa Pajak Daerah pada kegiatan peningkatan dan

Tabel 4.7

Susunan Jabatan dalam Tim Audit

No Jabatan Dalam Tim

Nama

Jabatan Dalam Dinas

Penanggung Jawab Ketua Sekretaris Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa

Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Pemeriksa Administrasi Administrasi

Ir. Budi Yulistianto Drs. AG Agung Hendratno M.Si Drs. Triyana. MM Drs. Hery Mulyono. MM RR. Wahyu Widayati. SE. M.Si Maya Pramita. SH. M.HUM

Taufik Surya Darmawan SE MM Ir. Endang Dwiati Setyaningsih Dra. Victoria Heny Sulistyarini Supartono SE Puguhno Mersiyanto. SE. MM Sinto Retno Wandyastuti SE. MM Widiyanto S.Sos Effendi Kusnanto SE Kris Pujianingtyas, SE. M.Si Muhammad Natsir. SH Sumitro, S.Sos Sunarwan Mahendro Wiseno, S.Sos Siswoko Santoso, S.Sos Agus Wiryadi, SE Slamet Agus Yulianto Sri Widyaningsih, SE Narimo, SE

Kepala Dinas Ka.Bid Dafda & Dokumentasi Sekretaris Dinas Ka. Bid Penagihan Ka. Bid Penetapan Ka. Sub.Bag. Perencanaan Evaluasi & Pelaporan Kasie Penagihan Kasie Pengurangan Pajak Daerah Kasie Penerbitan Surat Ketetapan Kasie Perhitungan Kasie Pendaftaran & Pendataan Kasie Dok & Pengolahan Data Staf Sekretariat Staf Sekretariat Staf Sekretariat Staf Bidang Dafda Staf Bidang Dafda Staf Bidang Dafda Staf Bidang Penagihan Staf Bidang Penagihan Staf Bidang Penagihan Staff Bidang Aset Ka. Sub. Bag Keuangan Staf Sekretariat

Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi

Keni Yalesti Purnawansari, SE Agung Haris Pradityo Atik Kadarwati, SE Rahmaningsih

Staf Sekretariat Staf Sekretariat Staf Sekretariat Staf Sekretariat

3) Mengusulkan kepada Ketua Tim Pemeriksa Sesuai dengan penjelasan poin 1 dan 2 di atas, apabila wajib pajak memenuhi kriteria akan dilaksanakan pemeriksaan, maka Tim Audit mengusulkan kepada Tim Pemeriksa untuk dilakukan pemeriksaan dengan mengajukan daftar wajib pajak yang akan diperiksa beserta data-data wajib pajak tersebut. Kemudian Ketua Tim Pemeriksa menyusun jadwal pelaksanaan audit dan menyampaikan kepada Kepala DPPKA agar diterbitkan Surat Tugas yang biasa disebut Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemberitahuan tentang Pemeriksaan Pajak. Surat tugas dan Surat Pemberitahuan ini nantinya digunakan sebagai sarana pemeriksaan bagi tim pemeriksa.

4) Menyusun program pelaksanaaan audit sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan Program

pemeriksaan merupakan daftar prosedur-prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dalam suatu pemeriksaan.

5) Menyediakan Sarana Pemeriksaan Apabila jadwal pelaksanaan audit telah ditetapkan, tim audit segera menyiapkan sarana pemeriksaan, antara lain sebagai berikut :

a) Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa a) Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa

d) Surat Permintaan Peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan

dokumen lainnya.

b. Tahap Pelaksanaan :

1) Memeriksa di tempat Wajib Pajak Ditempat wajib pajak hak-hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Melakukan peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen pendukung yang diperlukan. Dalam hal ini termasuk juga pembukuan pembukuan hotel, besarnya omset hotel, keuntungan-keuntungan hotel, pengeluaran, pemasukan serta kerugian yang pernah dialami oleh hotel tersebut.

b) Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen lainnya yang berhasil dipinjam.

c) Melakukan pemeriksaan pada bagian-bagian / fungsi-fungsi tertentu yang ada di lokasi wajib Pajak.

d) Melakukan interview atau wawancara dengan wajib pajak, wawancara ini dapat dilakukan dengan orang yang memegang peranan penting dalam hotel dan haruslah orang yang mengerti betul kondisi hotel tersebut, misalnya saja Manager Hotel.

2) Mencari tambahan informasi dari pihak ketiga 2) Mencari tambahan informasi dari pihak ketiga

3) Membuat resume hasil pemeriksaan atau kertas kerja pemeriksaan Resume hasil pemeriksaan merupakan rekaman selama proses pemeriksaan yang berisi mengenai temuan selama hasil pemeriksaan dilakukan. Semua data atau informasi yang berhasil ditemukan kemudian dituangkan ke dalam resume hasil pemeriksaan ini. Data- data atau informasi yang berhasil ditemukan tersebut, selanjutnya digunakan untuk menghitung omset sebenarnya wajib pajak dan pajak yang terutang. Nantinya resume hasil pemeriksaan ini digunakan sebagai dasar pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak atau LPP.

4) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak yang dperiksa Hasil pemeriksaan Tim Audit selanjutnya diberitahukan kepada wajib pajak yang diperiksa melalaui Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.Apabila wajib pajak menyetujui hasil pemeriksaan Tim Audit, maka kepada wajib pajak akan dibuatkan Surat Pernyataan Persetujuan Atas Hasil pemeriksaan.Selain itu pada tahap ini Tim Audit juga memberikan petunjuk tentang penyelenggaraan pembukuan dan pemenuhan kewajiban yang benar agar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Sidang Penutup merupakan pembahasan yang dilakukan antara pemeriksa dengan wajib pajak atas hasil pemeriksaan.Tentang hasil pemeriksaan, tidak semua wajib pajak yang telah diperiksa menyetujui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Tim audit.Tidak jarang mereka tidak mau membayar pajak terutang sesuai hasil pemeriksaan.Oleh karena itu, pihak DPPKA mengambil tindakan antisipasi yaitu dengan melakukan negosiasi dengan wajib pajak. Hal ini dilakukan agar lebih mendekatkan potensi penerimaan dari sektor Pajak Hotel. Dengan dilakukannya negosiasi, wajib pajak yang sebelumnya tidak mau membayar pajak terutang sesuai hasil pemeriksaan pada akhirnya mereka bersedia membayar pajak terutangnya.

c. Tahap Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak ( LPP ) Semua data atau informasi yang telah dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan digunakan untuk menghitung omset sebenarnya wajib pajak. Sedangkan pajak yang terutang digunakan sebagai bahan untuk menyusun Laporan Pemeriksaan Pajak atau LPP. Laporan Pemeriksaan Laporan Pajak tersebut antara lain berisi tentang :

a) Identitas Wajib Pajak

b) Identitas petugas Pemeriksa Pajak

c) Temuan selama hasil penelitian c) Temuan selama hasil penelitian

f) Tanda tangan petugas pemeriksa Laporan Hasil Penelitian yang telah disusun oleh Tim Audit, kemudian disampaikan kepada Kepala DPPKA melalui Ketua Tim Audit. Selanjutnya berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah ( SKPD ) dan Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD ). Mengenai proses bagaimana pemeriksaan di lapangan, berikut pernytaan

dari Bapak Suroso selaku Staf Accounting Kusuma Kartika Sari Hotel menyatakan :

“pada saat petugas dari dinas itu melakukan pemeriksaan, ya kita harus mempersiapkan segala sesuatunya, pembukuan-pembukuan dari hotel ini

di minta untuk kemudian di periksa, bukan hanya pembukuannya namun juga omsetnya, juga, keuntungannya, pengeluaran, pemasukan juga masalah kerugian yang pernah di alami hotel ini.” (wawancara 21 Juni 2012 )

Pernyataan tersebut diatas juga dibenarkan oleh bapak Budi Waluyo salah satu staf di Laweyan Hotel yang menyatakan : “ tentang pemeriksaan dari pegawai DPPKA ya mbak, iya pegawai

tersebut datang kesini, dan meminjam pembukuan-pembukuan dari hotel ini. Segala macam pembukuan pokoknya, mulai dari jumlah tamu yang datang, pemasukan, dan pengeluaran-pengeluaran yang begitu banyaknya, kan ada pengeluaran buat perawatan, pengeluaran untuk air, listrik, gaji karyawan. Iya catatan- catatan seperti itu yang di minta.” (wawancara 26 Juni 2012)

Proses pemeriksaan pajak memang memerlukan ketelitian, dengan banyaknya buku-buku yang harus diperiksa, dan jumlahnya hotel yang harus di Proses pemeriksaan pajak memang memerlukan ketelitian, dengan banyaknya buku-buku yang harus diperiksa, dan jumlahnya hotel yang harus di

“Audit itu pemeriksaan yang sifatnya bisa kapan saja ya, maksudnya seperti tadi, ini hotel tingkat huniannya tinggi kok bayar pajaknya tetap,

dari situ kita adakan audit, ya minimal setahun sekali lah kita adakan audit di tiap- tiap hotel.” (wawancara 11 April 2012)

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Ibu Sinto Retno Wandyastuti. SE. MM selaku Kasi Dokumentasi dan pengolahan data sebagai berikut :

“Kita mengadakan pemeriksaan itu sebelumnya kita melihat setoran dari wajib pajaknya, apabila ditemukan ketidakwajaran atas setoran dari wajib

pajak tersebut maka wajib pajak tersebut akan kita lakukan pemeriksaan, kalau di lapangan kita menemukan hotel tersebut ramai tapi membayar pajaknya tetap, itu kan namanya tidak wajar, pemeriksaan ini tergantung wajib pajaknya patuh apa enggak, ya pokoknya pemeriksaan ini harus kita upayakan walaupun tidak setiap bulan kita lakukan. Dalam setahun harus kita lakukan walau hanya sekali.” (wawancara 18 April 2012)

Pernyataan diatas dibenarkan oleh Bapak Suroso selaku Staf Accounting Kusuma Kartika Sari Hotel sebagai berikut :

“kapan pegawai DPPKA melakukan pemeriksaan ya, kalau pemeriksaan itu diperlukan, ya pokoknya pemeriksaan itu bisa dilakukan setahun 2 kali pemeriksaan itu. Petugas datang dan melihat pembukuan kita, bukan rutin tiap bulannya diperiksa bukan tapi ya audit itu dilakukan berjangka, tapi pasti dalam setahun dilakukan minimal dalam setahun itu dari dinas sekali

melakukan audit.” (wawancara 21 Juni 2012)

Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

3. Pelaksanaan Yustisi

Dala m Kamus Besar Bahasa Indonesia “Yustisi” adalah kehakiman atau peradilan. Dalam hubungannya dengan langkaha dalam mengoptimalkan penerimaan pajak hotel, yustisi merupakan langkah untuk menegakan peraturan daerah, melalui yustisi ini diharapkan wajib pajak yang melakukan penunggakan pembayaran pajak dan yang melakukan pelanggaran-pelanggaran lain dapat diatasi, guna untuk menegakan peraturan daerah yang berlaku di wilayah tersebut.

Yustisi ini dilakukan jika wajib pajak menunggak pembayaran pajaknya, tetapi sebelum DPPKA melakukan tindakan yustisi dilakukan pemanggilan wajib pajak yang bermasalah tersebut.

Pernyataan Bapak Drs. AG Agung Hendratno M.Si selaku Kepala Bidang Dafda dan Dokumentasi sebagai berikut :

“saya menjabat di sini sudah 2 tahun, tapi belum pernah ditemui kasus penunggakan yang sampai kita terjunkan tim yustisi, kalau masalah keterlambatan pembayaran pajak kan sudah ada dendannya, operasi yustisi ini kita adakan jika penunggak pajak tidak mengindahkam surat teguran pertama, kedua, maupun ketiga. Setelah surat teguran ketiga tidak ada iktikat baik dari wajib pajak ya kita lakukan yustisi, bisa saja meyegel

hotel yang bersangkutan dan bisa juga dengan mencabut ijin usaha.” (wawancara 18 April 2012)

Pernyataan tersebut juga di benarkan oleh Bapak Sunarwan Selaku Staf Dafda dan Dokumentasi sebagai berikut : “2 tahun terakhir ini belum kita adakan operasi yustisi bagi para

penunggak pajak hotel. Yustisi itu dilakukan apabila wajib pajak tidak penunggak pajak hotel. Yustisi itu dilakukan apabila wajib pajak tidak

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Bapak Suroso selaku Staf Accounting Kusuma Kartika Sari Hotel sebagai berikut : “sampai saat ini kita belum pernah sampai mengalami di datangi tim

yustisi untuk menyegel maupun mencabut ijin usaha, paling hanya mengelami keterlambatan pembayran dan di denda 2%. Pajak hotel itu kan pajaknya pengunjung hotel, kita hanya istilahnya makelar ya mbak, jadi kalau sudah saatnya di setorkan kita setorkan.” (wawancara 21 Juni 2012)

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Bapak Cipto Budiono selaku staff di Satpol PP yang menyatakan bahwa : “Kami dari tim yustisi sampai saat ini belum pernah melakukan tindakan

tegas kepada wajib pajak hotel, wajib pajak hotel di Surakarta kalau pun ada yang menyimpang dari Perda masih sebatas keterlambatan dalam pembayarannya saja, selebihnya belum ada yang keterlambatannya melebihi jangka waktu yang sudah diatur oleh perda.”(wawancara 26 Juni

Jadi diadakannya yustisi tidak semata-mata apabila ada wajib pajak yang menunggak langsung di ambil tindakan menyegel tempat usaha maupun mencabut perijinan, tetapi dengan prosedur yang sudah ada, yakni melalui beberapa tahapan pemanggilan, ada 3 (tiga tahap) pemanggilan apabila wajip pajak bersedia datang dan menjelaskan persoalan atau pun kendala-kendala yang dihadapinya sehingga pembayaran pajaknya menunggak dari dinas memberi jangka waktu pembayaran. Wajib pajak hotel di Surakarta belum pernah dikenai operasi gabungan ini, hal ini dapat disimpulkan bahwa wajib pajak hotel di Surakarta termasuk wajib pajak yang taat membayar pajak kalau pun ada yang menyimpang dari perda hanya sebagian kecil saja. Penyimpangan yang dilakukan hanya sebatas pada

Tahun 2011 sudah diatur bahwa pembayaran paling lambat tanggal 10 disetiap bulannya, kalau ada keterlambatan masih pada bulan-bulan tersebut.

Gambar 4.5 Mekanisme Proses Operasi Yustisi

Sumber : DPPKA Kota Surakarta