Tata cara Pemungutan Pajak Hotel

C. Tata cara Pemungutan Pajak Hotel

Saat ini banyak sekali pengusaha-pengusaha yang berbisnis dibidang jasa penginapan, walaupun dengan modal yang tidak sedikit, karena memang bisnis dibidang ini memerlukan dana yang cukup besar. Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Olehkarena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah atau kota, Pemerintah Daerah harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pajak Hotel. Pajak hotel dilaksanakan dengan mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009. Yang kemudian di implementasikan oleh pemerintah daerah masing-masing. Untuk peraturan daerah di Kota Surakarta yang mengatur tentang pajak hotel adalah Perda Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Perda tentang pajak daerah ini relatif masih baru.

dan melaporkan sendiri Pajak Hotel yang terutang dengan menggunakan SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah). Ketentuan ini menunjukkan sistem pemungutan Pajak Hotel dan dasarnya merupakan self assessment, yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Jumlah wajib pajak terutang ditetapkan dengan menerbitkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama tiga puluh hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh bupati atau walikota. Apabila setelah lewat waktu yang ditentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam SKPD, wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar dua persen (2%) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD).

Gambar 4.2 Alur pembayaran pajak hotel

Sumber : DPPKA Kota Surakarta Penjelasan singkat dari alur tersebut diatas adalah wajib pajak disini

merupakan pengelola atau pun pengusaha hotel datang ke DPPKA, kemudian mengisi blangko karena pemungutan pajak hotel ini menggunakan sistem self

Wajib pajak datang ke DPPKA

Wajib pajak mengisi blangko SPTPD Pajak Hotel

dan menentukan

sendiri jumlah pajak terutangnya

Menyetor pajak terutang ke kas

daerah melalui DPPKA sebagai pengelola daerah melalui DPPKA sebagai pengelola

Gambar 4.3 Blangko SPTPD Pajak Hotel

hotel dapat menghitung pajak terutangnya sendiri, maka diperlukan kejujuran dari wajib pajak.

Tatacara pelaksanaan pembayaran dan pemungutan pajak berdasarkan Peraturan Daerah No 4 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :

a. Pemungutan pajak dilarang diborongkan, yang dimaksud dengan pemungutan pajak tidak dapat diborongkan adalah tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga/lain yaitu kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, kegiatan pengawasan, penyetoran pajak dan penagihan.

b. Setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan penetapan Walikota atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan. Ketentuan ini mengatur tata cara pengenaan pajak yaitu ditetapkan oleh walikota atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Cara pertama, pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh walikota melalui SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) atau dokumen lain yang dipersamakan. Cara kedua, pajak dibayar sendiri adalah pengenaan yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah).

Walikota dibayar dengan menggunakan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) atau dokumen lain yang dipersamakan.

d. Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan

e. Wajib pajak yang yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD/SKPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah /Surat ketetapan Pajak Daerah), SKPDKB dan/atau SKPDKBT (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar/ (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan). Wajib pajak yang memenuhi kewajibannya dengan cara membayar sendiri diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Jika wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya, dapat diterbitkan SKPDKB, dan/atau SKPDKBT yang menjadi sarana penagihan. Mengenai tatacara pemungutan pajak hotel, sesuai dengan Perda No 4

tahun 2011 tersebut dijelaskan mengenai tatacara pembayaran pajak hotel oleh wajib pajak, dengan menggunakan self assassement, dengan menggunakan self assassment ini wajib pajak datang sendiri ke dinas untuk membayarkan jumlah besaran pajak yang terutang, hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Sinto Retno Wandyastuti. SE. MM selaku Kasi Dokumentasi dan pengolahan data sebagai berikut :

“untuk tatacara pemungutan sudah diatur dalam perda no 4 tahun 2011, “untuk tatacara pemungutan sudah diatur dalam perda no 4 tahun 2011,

Pernyataan tersebut di atas dibenarkan oleh Bapak Budi Waluyo selaku Staf Laweyan Hotel sebagai berikut :

“ya kita ada petugas yang ke dinas, setelah itu kita mengisi blangko ya seperti itu, tanpa ada pihak ketiga. Pembayaran pajak itu paling lambat tanggal 10 di tiap bulannya, jadi sebelum tanggal 10 di usahakan sudah membayar pajak hotel tersebut, biasanya kita membayar pada tanggal 7, nanti kalau lebih dari tanggal 10 dikenai denda administrasi sebesar 2%

dari jumlah pajak yang akan dibayar” (wawancara 26 Juni 2012)

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tatacara pemungutan pajak sudah sesuai dengan perda yang ada, yaitu tidak melalui pihak ketiga atau diborongkan. Para wajib pajak datang sendiri dan mengisi SPTPD, serta menghitung sendiri pajak terutangnya. Pajak tersebut dibayarkan paling lambat tanggal 10 di setiap bulannya, apabila wajib pajak mengalami keterlambatan dalam pembayaran, pembayaran pajak tersebut dilakukan setelah lewat waktu yang telah ditentukan, maka akan dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dihitung dari pajak hotel tang terutang dengan menerbitkan STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah).

Dalam Perda No 4 Tahun 2011 pada Bab XXV pasal 78 ayat 1 dan 2 mengatur tentang ketentuan pidana, ayat tersebut adalah :

a. Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah a. Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah

b. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

Aturan dalam pengisian SPTPD sudah jelas diatur oleh Perda Kota Surakarta tersebut, apabila ditemui pelanggaran-pelanggaran maka upaya penegakan perda diperlukan. Apabila pengisian SPTPD ini tidak benar akan merugikan keuangan daerah.