LANDASAN TEORI
F. Kearifan
Sebelum berlanjut, buku ini lebih dahulu membatasi pengertian
tentang ”kearifan”. Secara leksikal, seperti yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), arti kata “arif” adalah „bijaksana‟, „cerdik dan pandai‟,„berilmu‟,„paham‟,„memahami‟,„mengerti‟. Kearifan berarti (1) „kebijaksanaan‟ dan (2) „kecendekiaan‟. Berdasarkan pengertian makna dalam kamus tersebut, makna kata “arif” berkenaan dengan dua hal, yakni (1) karakter atau kepribadian (emosi) dan (2) kecerdasan (kognisi). Orang yang arif adalah orang yang memiliki kepribadian baik yang mampu membuat orang lain merasa dihargai keberadaanya. Selain itu, orang yang arif adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan hidup yang dialami dengan men ggunakan kecerdasanya. Kearifan merupakan “sesuatu” yang dihasilkan dari sebuah kecerdasan manusia yang dapat digunakan oleh sesamanya sebagai sarana pencerdasan pula. Kearifan dihasilkan dari proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang bijaksana, tidak merugikan semua pihak, serta bermanfaat bagi siapapun yang tersapa oleh kearifan itu. Kearifan dapat menjadi sarana pemelajaran bagi setiap manusia untuk menjadi orang yang cerdas, pandai, dan bijaksana. Segala hal yang tidak membuat manusia menjadi cendekia dan tentang ”kearifan”. Secara leksikal, seperti yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), arti kata “arif” adalah „bijaksana‟, „cerdik dan pandai‟,„berilmu‟,„paham‟,„memahami‟,„mengerti‟. Kearifan berarti (1) „kebijaksanaan‟ dan (2) „kecendekiaan‟. Berdasarkan pengertian makna dalam kamus tersebut, makna kata “arif” berkenaan dengan dua hal, yakni (1) karakter atau kepribadian (emosi) dan (2) kecerdasan (kognisi). Orang yang arif adalah orang yang memiliki kepribadian baik yang mampu membuat orang lain merasa dihargai keberadaanya. Selain itu, orang yang arif adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan hidup yang dialami dengan men ggunakan kecerdasanya. Kearifan merupakan “sesuatu” yang dihasilkan dari sebuah kecerdasan manusia yang dapat digunakan oleh sesamanya sebagai sarana pencerdasan pula. Kearifan dihasilkan dari proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang bijaksana, tidak merugikan semua pihak, serta bermanfaat bagi siapapun yang tersapa oleh kearifan itu. Kearifan dapat menjadi sarana pemelajaran bagi setiap manusia untuk menjadi orang yang cerdas, pandai, dan bijaksana. Segala hal yang tidak membuat manusia menjadi cendekia dan
Pemikiran dan sikap hidup manusia yang dilandasi kearifan mampu memberikan ketenteraman dan kebahagiaan hidup kepada sesama manusia dalam bermasyarakat. Sebagai sebuah pemikiran, kearifan akan menghasilkan nilai-nilai dan norma-norma yang luhur untuk kepentingan hidup bersama. Pada tahap penerapan, kearifan akan mengarahkan penerapan nilai-nilai dan norma-norma tersebut dalam wujut perilaku secara benar, bukan menyimpangkan atau membelokkan nilai ataupun norma tersebut untuk kepentingan individual. Berperilaku arif adalah berperilaku sesuai dengan etika dan etiket yang berlaku dimasyarakat. Berperilaku yang tidak arif adalah perilaku yang melanggar etika dan etiket. Keseluruhan norma dan nilai yang digunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya disebut etika (Soeseno, 1984: 6). Bertens (2001:8-11) menjelaskan bahwa etika berkenaan dengan norma-norma, sedangkan etiket berkenaan dengan sopan santun (lihat Rahyono, 2005: 49).