Analisis Proses Kejiwaan Damarwulan dalam Menghadapi Berbagai Tantangan yang terdapat dalam Serat Langendriya episode Damarwulan Ngatrit

B. Analisis Proses Kejiwaan Damarwulan dalam Menghadapi Berbagai Tantangan yang terdapat dalam Serat Langendriya episode Damarwulan Ngatrit

1. Pendekatan Psikologi Sastra Kisah dalam Serat Langendriya episode Damarwulan Ngarit karya R. M. H Tandakusuma, dalam Serat ini mengisahkan tentang perjalanan Damarwulan, seorang pemuda desa yang mengabdikan diri di kerajaan sebagai suatu respon manusia terhadap masalah pribadi yang dihadapinya. Pembahasan proses kejiwaan tokoh utama dalam menghadapi permasalahannya berpangkal dari pembahasan terhadap aspek penokohan yang terdapat dalam analisis struktural, sehingga dapat dikatakan bahwa analisis psikologi ini merupakan tindak lanjut dari analisis struktural.

Pembahasan aspek psikologi sastra atau proses kejiwaan dalam kajian ini akan di fokuskan pada tokoh Damarwulan sebagai tokoh utama dalam SeratLangendriya episode DamarwulanNgarit. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan dalam cerita tersbut yang mendominasi adalah Damarwulan sedangkan tokoh pendukungnya hanya sebgai pemanis tanpa memberi kontribusi (unsur psikologis) yang berarti dalam cerita ini. Berikut akan dijabarkan mengenai proses kejiwaan tokoh utama dalam menghadapi konflik internal maupun eksternal.

Damarwulan tokoh utama dalam cerita bersambung ini adalah seorang pemuda dari desa Paluamba yang tinggal bersama kakeknya. Di saat usiana kini telah beranjak dewasa Damarwulan di minta oleh kakeknya untuk mengabdikan diri pada sang raja dan belajar dari pamannya Patih Logender. Namun Damarwulan memiliki pemikian yang tak sejalan dengan kakeknya, dari sinilah permasalahan mulai muncul, seperti terlihat pada penggalan beikut ini:

Dhuh kulup Damarsasangka/ Ing rèbning sira kaki/ Wus putus liring wiweka/ Wikan ing guna kasêktin/ Ing mêngko luwih bêcik/ Sira suwita ing ratu/ Magang mring pamanira/ Logêndèr rêkyana patih/ Lah ing kono margane antuk nugraha//

Dhuh eyang nuwun sandika/ Ananging adrênging kapti/

mung nêdya nyantrik jêjanggan/ mring kajeng⁸ eyang sang yogi/ aja mangkono kaki/

iku panyipta kaliru/ wite dadi pandhita/ mung murih sampurnèng pati/ beda lawan ciptane para sarjana//

ing batin ambêk pandhita/ laire olah praja di/ anggayuha kawiryawan/ kautamaning dumadi/ mangkono kang wis-uwis/ lakaning janma pinunjul/ ringkêse tuduhingwang/ kudu sira anglakoni/ nuwun inggih jêng eyang mugi angsala//

pangèstuning yogiswara/ pangèstuning yogiswara/

Terjemahan:

aduh nak Damarsasangka/ dalam banyak hal kamu/ sudah hilang hati-hatinya/ mengetahui ilmu kesaktian/ nanti lebih baik/ kamu mengabdi pada raja/ berlajar pada pamannya/ sang patih logender/ disitulah jalan untuk mendapatkan anugrah//

aduh eyang minta restu/ namun keinginan yang kuat/ pada maksud eyang sang putra/ jangan begitu/ itu gagasan yang salah/ mulai menjadi resi/ hanya supaya sempurnanya kematian/ berbeda dengan cara para sarjana//

dalam batinnya berbudi baik bagi resi/ raganya bekerja untuk kerajaan/ untuk meraih kekuasaan/ keutamaan yang telah dititahkan/ demikian yang sudah-sudah/ jarang manusia utama/ singkatnya pada ajarannya/ kamu harus menjalani/ semoga sang eyang memperbolehkan//

atas restu sang resi/ iya nak saya doakan/ semoga mendapatkan anugrah/

eh kamu sapdapalon/ dan anakmu si melik/ ikutilah momonganmu/ eh kamu sapdapalon/ dan anakmu si melik/ ikutilah momonganmu/

Dari kutiapan di atas terlihat ketidak sejalan pemikiran antara Damarwulan dan kakeknya. Inilah salah satu permasalahan hidup yang harus dilewati oleh Damarwulan.Sebagai seorang cucu yang baik, Damarwulan tidak terbawa emosi menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap pendapat kakeknya. Pada dasarnya Damarwulan maupun kakeknya memiliki keinginan yang sama yaitu menginginkan Damarwulan untuk mengabdikan diri pada raja. Namun, yang membuat bertolak belakang adalah tujuan dalam pengabdian diri. Proses kejiwaan ini dimulai dengan adanya dorongan id dari diri Damarwulan dimana ia ingin mengabdikan diri pada sang raja dengan adanya pertentangan pemikiran dari kakeknya. Damarwulan diminta kakeknya memulai pengabdiannya melalui belajar dari pamannya Patih Logender, karena menurut kakeknya inilah salah satu jalan untuk mendapatkan anugrah. Tetapi Damarwulan tidak setuju dengan apa yang menjadi pemikiran sang kakek. Ia menjelaskan bahwa pemikiran kakeknya itu salah, pemikirannya itu berbeda dengan para sarjana yang seharusnya memiliki budi pekerti yang baik bagai resi tetapi juga raganya juga bekerja untuk meraih kekuasaan atau kesuksesaan serta mengutamakan apa yang telah dititahkan, bukan seperti kakeknya yang berpikir untuk memulai pengabdiannya menjadi resi supaya sempurna dalam kematiannya. Penjelasan yang dilakukan oleh Damarwulan merupakan pembentukan reaksi-reksi dari Damarwulan berasal dari superego yang dapat dianggap sebagai sistem pembentukan-pembentukan reaksi yang telah dikembangkan untuk melindungi atau menangkal ego dari id dari dunia

timbulnya perbedaan pendapat antara dirinya dengan sang kakek. Bagi sebagian orang emosi lebih berpengaruh dalam mengambil sebuah keputusan, sementara ada orang lain yang lebih mengutamakan pikiran atau logika. Pada suatu ketika seseorang dipengaruhi oleh keadaan gejolak emosi yang kuat, pada kesempatan yang lain unsur kekuasaan, hukum dan hati nurani lebih diutamakan dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan menjelaskan kepada kekeknya bukan karena ia ingin menentang apa yang menjadi pemikiran kakekya itu, melainkan ia inginmendapatkan restu dari kakeknya selaku orang tua yang ia hormati dengan apa yang telah menjadi keinginan dan tujuanya.

Uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai proses kejiwaaan Damarwulan terhadap perbedaan pendapatnya dengan sang kakek. Dengan melihat fungsi id, ego dan superego yang saling mempengaruhi antara ketiga sistem kepribadian tersebut. Kondisi kejiwaan yang sangat dominan dalam diri Daamarwulan dalam situasi ini adalah superego. Superego dalam diri Damarwulan lebih kuat maka ego yang ada dalam dirinya akan bertindak sesuai dengan norma-norma masyarakat. Ego berfungsi untuk melaksaanakan kepribadian yang sesuai dengan kenyataan, beerfikir secara logis dan merencanakan tindakan bagi pemuasan keinginan Damarwulan dengan dominasi superego dalam dirinya. Dalam diri damarwulan telah terjadi keseimbangan antara ketiga fungsi dalam kepribadian. Dorongan id yang hanya mengejar kesenangan yang bersifat naluri berhasil dirintangi oleh superego. Sehingga Uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai proses kejiwaaan Damarwulan terhadap perbedaan pendapatnya dengan sang kakek. Dengan melihat fungsi id, ego dan superego yang saling mempengaruhi antara ketiga sistem kepribadian tersebut. Kondisi kejiwaan yang sangat dominan dalam diri Daamarwulan dalam situasi ini adalah superego. Superego dalam diri Damarwulan lebih kuat maka ego yang ada dalam dirinya akan bertindak sesuai dengan norma-norma masyarakat. Ego berfungsi untuk melaksaanakan kepribadian yang sesuai dengan kenyataan, beerfikir secara logis dan merencanakan tindakan bagi pemuasan keinginan Damarwulan dengan dominasi superego dalam dirinya. Dalam diri damarwulan telah terjadi keseimbangan antara ketiga fungsi dalam kepribadian. Dorongan id yang hanya mengejar kesenangan yang bersifat naluri berhasil dirintangi oleh superego. Sehingga

b. Konflik Damarwulan dengan Patih Logender Damarwulan telah mendapatkan restu dari sang kakek, ia pun segera berangakat ke kerajaan untuk bertemu dengan pamannya Patih Logender. Sesampainya di tempat tujuan Damarwulan tidak dapat segera masuk karena di pintu gerbang ada penjaganya, disana Damarwulan di tanyai siapa namanya, darimana dan apa keperluannya. Ia pun menyampaikan apa yang telah menjadi keinginannya sejak dari awal keberangkatannya kepada si penjaga pintu agar di sampaikan kepada tuannya yaitu Patih Logender. Semula Patih Logender ada keraguan untuk menerima pengabdian Damarwulan sehingga Patih Logender memperi tantangan yang harus disanggupi oleh Damarwulan sebagai keseriusannya dalam pengabdian. Beratnya tantangan dari patih Logender inilah tantangan yang harus di lewati Damarwulan dalam proses pencapaian kesuksesannya. Seperti pada kutipan sebagai berikut:

èh kalup Damarsasangka/ Bagya sira apa padha basuki/ Dhun paman sang manidu'⁰ nung/ mung pangèstu pa-|6|duka/ arsa apa sira sumewa maringsun/ paman kalamun sambada/ kawula nyuwun angabdi//

iya sun tanpani sira/ nanging sira dèn narima nglakoni/ manggona ing balemangu/ kêmita kori pisan/ saben dina saponana rêsikipun 11/ iya sun tanpani sira/ nanging sira dèn narima nglakoni/ manggona ing balemangu/ kêmita kori pisan/ saben dina saponana rêsikipun 11/

“Pangkur” adhuh rama kaya paran/ abot têmên gaweyan aku iki/ lah Mêlik wis 15 aja muwus/ puluh-puluh kapakna/ wus pinasthi saking kojure wong têlu/ tinitah kalara-lara/ bubut-bubut sabên enjing//

nyapu mènèk ing wiwitan 16/ angrêsiki nyêmpali pang kang garing/ tuga 17 lawan mêlêk dalu/ dhuh rama sapa baya/ kang mènèhi sêga iwak mring awakku/ gawene sadina-dina/ pangan nora dènwènèhi// (SL, ph IX Pngkr, bt 9-10)

Terjemahan:

eh nak damarsasangka/ berbahagialah kalian semua selamat/ aduh paman sang..../ hanya restu padduka/ ada apa kamu menghadap padaku/ paman andai coccok/ saya ingin mengabdi//

iya kamu saya terima/ namun kamu harus rela menjalani/ tinggalah di balemangu/ datangilah kori sesekali/ setiap hari sapu dan jaga kebersihannya/

........ duh paman keinginan paduka/ mohon restu untuk menjalani/ cepat datanglah nak/ tinggalah di lobang pintu/ ada dua jejaka ajaklah ikut/ apa yang saya perintahkan/ mohon restu untuk menjalani//

“Pangkur” Aduh ayah seperti tantangan/ Berat sekali pekerjaan ini/ Melik jangan berbicara/ Lubang-lubang itu akaan diapakan/ Sudah menjadi sengsaranya tiga orang/ Perintah yang membuat sengsara/ Mencabut-cabut tiap pagi//

Menyapu dan memanjat pepohonan/ Membersihkan dahan yang kering/ Dan terjaga di malam hari/ Duh ayah siapa yang menuduh/ yang memberikan nasi ikan padaku/ membuatnya sehari-hari/ tak diberi makan//

Penjaga pintu yang tadi telah meenghadap patih Logender pun segera keluar dan menyampaikan apa yang di perintahkan sang patih untuk mempersilahkan Damarwulan untuk masuk. Sesampai Damarwulan di hadapan pamannya, ia menyampaikan keinginannya untuk meengabdikan diri kepada sang paman. Patih Logenderpun menyampaikan kesediaanya menerima Damarwulan serta menyampaikan persyaratan yang harus dilaksanakan Damarwulan sebagai pengabdiannya yaitu ia harus tinggal di balemangu, menjaga pintu, menyapu dan menjaga kebersihan, ia juga harus mengawasi setiap orang yang bejalan serta menjaga perilakunya. Karena dorongan id yang kuat (keinginan untuk Penjaga pintu yang tadi telah meenghadap patih Logender pun segera keluar dan menyampaikan apa yang di perintahkan sang patih untuk mempersilahkan Damarwulan untuk masuk. Sesampai Damarwulan di hadapan pamannya, ia menyampaikan keinginannya untuk meengabdikan diri kepada sang paman. Patih Logenderpun menyampaikan kesediaanya menerima Damarwulan serta menyampaikan persyaratan yang harus dilaksanakan Damarwulan sebagai pengabdiannya yaitu ia harus tinggal di balemangu, menjaga pintu, menyapu dan menjaga kebersihan, ia juga harus mengawasi setiap orang yang bejalan serta menjaga perilakunya. Karena dorongan id yang kuat (keinginan untuk

Damarwulan telah menerima tantangan dari pamannya dan ia pun mengerjakan apa yang menjadi perintah pamannya, mencabuti rumput setiap pagi, membersihkan dahan yang kering dan berjaga setiap malam. Damarwulan kini merasakan betapa berat bekerjaannya. Apa yang di kerjakan oleh Damarwulan beserta segala perasaan yang menghinggapinya saat itu merupakan peran dari superego. Superego ini merupakan hasil internalisasi yang berasal dari luar diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam, superego merupakan dari dasar hati nurani moril. Semua pekerjaan yang dilakukan Damarwulan merupakan sebuah pertanggung jawaban moral atas sebuah tugas yang telah ia terima dari pamannya.

Demikianlah proses kejiwaan damarwulan dalam menghadapi permasalahan dengan pamannya Patih Logender, yang dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam proses kejiwaannya, Damarwulan mengambil sebuah keputusan dengan mempertahankan prinsip realitas yang seluruhnya dikuasai oleh ego. Id dalam diri Damarwulan sangat dominan, namun permasalahan terselesaikan

Hingga kemudian super egonya begitu kuat, yaitu kenyataan yang harus dihadapinya ketika Damarwulan telah merasakan betapa berat tugas yang dijalankannya. Hal tersebut menjadikan Damarwwulan bersikp realistis, bahwa untuk mencapai keinginannya tidaklah mudah. Damarwulan tidak ingin menyerah begitu saja justru itu dijadikan motivasi untuk Damarwulan untuk bertahan. Yang berarti ego dari Damarwulan berfungsi dengan baik sehingga kepribadiannya menjadi semakin mantap.

Uraian-uraian yang disampaikan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Damarwulan memiliki kepribadian yang gigih dalam mewujudkan keinginannya dengan merima segala konsekuensinya. Sampai pada akhirnya ia harus terus bertahan dalam beratnya kehidupan yang harus ia lewati untuk mencapai sebuah kesuksesan.

c. Pertengkaran dengan Layang seta dan Layang Kumitir Menjaga pintu dan bersih-bersih adalah tugas harian yang harus dikerjakan Damarwulan. Suatu ketika Damarwulan terlibat pertengkaran dengan saudara- saudaranya yang tidak lain adalah putra Pamannya Patih Logender. Seperti dalam kutipan berikut ini:

Pupuh XI “Durma” kowè sapa aranmu wong apa sira/ pinangkanira ing ngêndi/ tan wruh ing dèduga/ tinggal krama dêgsura/ rasakna ganjaran mami/ mara sambata/ ngakua mumpung urip// Pupuh XI “Durma” kowè sapa aranmu wong apa sira/ pinangkanira ing ngêndi/ tan wruh ing dèduga/ tinggal krama dêgsura/ rasakna ganjaran mami/ mara sambata/ ngakua mumpung urip//

botên priksa rawuhe dyan sakaliyan/ sèwu lêpating dasih/ nyuwun pangaksama/ sangsaya doracara/ ngaku nora amiyarsi/ kokehan swara/ ulungna krismu nali//

radèn-radèn yèn kaphundhut dhuwung kula/ nuwun kiwala 20 yêkti/ kula suka lila/ lamun pinêjahana/ mangsa tan kalakoni mati/ èh para wadya/ kroyokan wae sami//

èh putrèngsun kulup aja wis sapiha/ wèha ngapura kaki/ marang kakangira/ kadangmu Damarsangka/ apa sira padha pangling/ wis ta mrenea/ ayo gunêm sing bêcik// (SL, ph XI Drm, bt 1-5)

Terjemahan:

kamu siapa kamu orang apa/ kamu berasal dari mana/ tidak tahu tata krama/ meninggalkjan sopan santun/ terimalah hukumanku/ minta tolonglah/ mengakulah selagi hidup//

aduh raden saya penduduk paluombo/ nama saya damarsasi/ saya seorang abdi/ aduh raden saya penduduk paluombo/ nama saya damarsasi/ saya seorang abdi/

tak melihat kedatangan raden sekalian/ seribu maaf saya(pembantu)/ mohon ampun/ semakin berbuat buruk/ mengaku tak mendengar/ kebanyakan bicara/ berikan kerismu padaku//

raden –raden jika diambil keris saya/ sungguh silakan saja/ saya sangat ikhlas/ jika dibunuh/ waktu tak merasakan kematian/

eh para prajurit/ kroyoklah bersamaan//

eh anakku belum saya sapih/ berilah ampunan pada saya/ kepada kakakmu/ saudaramu damarsasangka/ apa kalian semua terrkesima/ sudah mendekatlah/ ayo kita bicarakan dengan baik-baik//

Permasalahan dengan Layang Seta dan Layang Kumitir putra Patih Logender dimulai saat kedua bersaudara ini ingin masuk kedalam kediamannya namun Damarwulan yang berjaga pintu waktu itu tak segera membukakan pintu, sehingga memancing amarah dari putra-putra Patih Logender. Mereka merasa Damarwulan berlaku tidak sopan kepada Layang Seto dan Layang Kumitir. Terlebih lagi mereka belum mengenal siapa Damarwulan karena Damarwulan belum lama mengabdikan diri kepada ayahnya. Damarwulan memperkenalkan siapa dirinya kepada kedua putra sang patih tersebut ia menjelaskan bahwa ia

Kumitir karena tidak mrndengar kedatangan mereka sehingga tidak segera membukakan pintu untuk mereka. Namun, mereka hanya menganggap Damarwulan hanya beralasan saja. Layang Seto dan Layang Kumitir tetap pada kemarahannya, mereka memaksa Damarwulan untuk menyerahkan kerisnya. Damarwulan berusaha mengajak bicara mereka agar emosinya reda. Damarwulan mengatakan, ia mau memberikn kerisnya bahkan ia ikhlas jika memang mau di bunuh. Namun sebelum melakukan itu Damarwulan meminta ampun dan menjelaskan kalau Damarwulan adalah saudara sepupu mereka dan meminta semua untuk dibicarakan secara baik-baik.

Dari uraian di atas fungsi superegoyang ada dalam diri Damarwulan mampu mengatasi id. Fungsi superego yaitu menentukan tindakan yang akan dilakukan benar atau salah, pantas atau tidak yang pada akhirnya mampu bertindak sesuai dengan tata moral masyarakat. Kekerasan yang dilakukan oleh Layang Seto dan Layang Kumitir tidak membuat rasa hormatnya berkurang kepada saudaranya itu. Hal ini id dari dalam diri Damarwulan sangat besar dan mendominasi dalam kepribadian. Tekanan itu semakin kuat karena dia menyadari bahwa saudaranya berbuat kasar karena Layang Seto dan Layang Kumitir tidak tahu kalau mereka bersaudara dan kemarahanya karena kelalian Damarwulan juga.

Uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai proses kejiwaan

dari Damarwulan. Dengan melihat fungsi id, ego dan superego yang saling mempengaruhi di antara ketiga sistem kepridian tersebut. Kondisi kejiwaan yang

dalam diri Damarwulan, maka ego yang ada dalam dirinya akan bertindak sesuai dengan norma-norma masyarakat. Ego berfungsi untuk melaksanakan kepribadian yang sesuai dengan kenyataan, berfikir secara logis dan merencanakan tindakan bagi pemuasan kebutuhan naluri. Damarwulan berhasil menghalangi id dengan dominasi superego dalam dirinya. Dalam diri Damarwulan telah terjadi keseimbangan antara ketiga fungsi dalam kepribadian. Dorongan id yang hanya mengejar kesenagan yang bersifat naluri berhasil dirintangi oleh superego. Sehingga ego dapat berfungsi dengan baik dan dapat mengendalikan tindakan sesuai dengan norma-norma yan ada dalam masyarakat.

d. Pertemuan dengan Perempuan Penjual Emas Setelah Damarwulan berhasil melaksanakan tugasnya sebagai penjaga pintu dan bersih-besih, Damarwulan diberhentikan dari tugasnya itu dan menggantikan dengan tugas baru yaitu, membersihkan kandang kuda dan mencarikan rumput untuk keduabelas kuda milik Patih Logender. Dengan tugasnya yang baru, Damarwulan diminta untuk melepaskan jamang kalung, keris dan pakaiannya. Damarwulan diminta untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian yang kusut. Selain itu, jika Damarwulan telah berganti pakaian ia telah berganti pakaian dan membungkus kerisnya, Damarwulan diminta untuk pindah, tinggal di gedhongan (kandang kuda) dan pesan dari sang Paman adalah agar Damarwulan memberikan kesetiaan serarta selalu patuh dengan perintah Patih Logender. Semenjak hari itu bergantilah tugas Damarwulan dan mendapatkan cobaan-cobaan dalam kehidupannya. Seperti dalam kutipan berikut:

Pupuh XIV “Ladrang Asmaradana” sintên sinambat kiyai/ têka dahat kawlasarsa/ mikul kongsi ambêntoyong/ lah mugi sami kèndêla/ kula badhe rêtanya/ yèn mbok anak yanya mring sun/ Sabdaparon nami kula//

anak kula nami Mêlik/ niki bêndara kawula/ saweg nglampahi sapakon/ pinrih ngarit dina-dina/ nami Dyah Damarsangka/ putrane suwargènipun/ rêkyana Patih Udara//

dhuh jagat dewa linuwih/ mbak adhi kapasangyoga/ dene kêpanggih ing kene/ gusti pangabêkti kula/ gusti ngabêkti kula/ gusti pangabêki ulun/ gusti pangabêkti kula//

ya mbok ngantèn sun tampani/ bêktimu marang manira/ nanging jarwanana ingong/ sawadine ing karsanta/ gusti sêjatosira/ kula ngampahi tuduh/ wêlinge biyang 24 kawula//

pinrih nèmuniung malês sih/ mring trahe Patih Udara/ ingkang awit jalarane/ pun biyung cêkap tinêdha/ saking Patih Udara/ praptèng kawula tumurun/ cêkape biyung kawula//

mila kula angulari/ mangke kapanggih paduka/ kalêksanan sêdyaningong/ kula ngaturi busana/ mila kula angulari/ mangke kapanggih paduka/ kalêksanan sêdyaningong/ kula ngaturi busana/

Pupuh XV “Wèni parijatha” mbok ngantèn pisungsungira/ dahat ing panrima mami/ nanging ywa dadi tyasira/ ingsun lagya asêsirih/ dene busana adi/ besuk wae ingsun pundhut/ yèn wus rucat cintraka/ kanggo ing sarira mami/ adhuh nyawa ulun tan sagêd umiyat//

mring lêlampahan paduka/ tobat-tobat priye iki/ kiyai dika kewala/ dika tampani sih mami/ inggih |10| nggèr trimakasih/ dhuh gusti lamun pinuju/ nêmbadani ing karsa/ rumpute kula kang nyanggi/ lah ta iya sakarsanta sun trima//

mbok adhi bakul Parada/ nyanggaa abdi kêkalih/ pangane lan sandhangira/ dene kula lan Sumampir/ Sapanjang samya nyanggi/ rumput kalihwêlas pikul/ gusti nuntên tindaka/ mring wisma ulun amampir/ sumrambaha bakul sakwan punika//

ya mbok ngantèn dèn saranta/ pasthi sira sun têkani/ mangsa nora kalakona/ sun rumangsa kok bêciki/ wajibe sun malês sih/ lah wis padhaum rahayu/ wus suwe nggonku lunga/ manawi dènarsi-arsi/ dhuh rahadèn nyuwun pangèstu paduka 25// (SL, ph XV Snm, bt1-4) ya mbok ngantèn dèn saranta/ pasthi sira sun têkani/ mangsa nora kalakona/ sun rumangsa kok bêciki/ wajibe sun malês sih/ lah wis padhaum rahayu/ wus suwe nggonku lunga/ manawi dènarsi-arsi/ dhuh rahadèn nyuwun pangèstu paduka 25// (SL, ph XV Snm, bt1-4)

anakku bernama melik/ ini majikan saya/ sedang menjalankan perintah/ disuruh merrumput setiap hari/ namanya dyah damarsasangka/ putra almarhum/ sang patih udara//

duh alam dewa penguasa/ mbak adi kapan putraku/ akan bertemu disisni/ pengabdianku pada paduka/ pengabdianku padda paduka/ pengabdianku pada paduka/ pengabdianku pada paduka//

ya mbok saya terima/ pengabdianmu padaku/ namun jelaskan paddaku/ sejatinya pada keinginanmu/ paduka sebenarnya/ saya menjalnkan perintah/ pesan dari ibu saya//

diarahkan untuk menemukan belas kasih/ kepada keturunan patih udara/ yang memulainya/ sehingga ibu saya kecukupan pangan/ dari patih uudara/ hingg menurun ke saya/ kecukupannya ibu saya/ maka saya nasehati/ nanti bertemu paduka/ terlaksana semuanya/ saya menyiapkan pakian/ diarahkan untuk menemukan belas kasih/ kepada keturunan patih udara/ yang memulainya/ sehingga ibu saya kecukupan pangan/ dari patih uudara/ hingg menurun ke saya/ kecukupannya ibu saya/ maka saya nasehati/ nanti bertemu paduka/ terlaksana semuanya/ saya menyiapkan pakian/

Pupuh XV mbok pengantin menjemputnya/ sangat menerima saya/ namun jangan dimasukkan hati/ saya sedang mengurangi makan dan minum/ sedangkan busana yang bagus/ besok saja saya beli/ jika sudah terlepas dari sengsara/ untuk sesama manusia/ aduh saya tidak bisa melihat//

padda perjalanan paduka/ tobat-tobat bagaimana ini/ kyi hanya kamu saja/ kamu menerima kasih saya/ ya nak terima kasih/ aduh paduka jika tiba saatnya/ menunjang keinginan/ rumputnya saya yang bawa/ ya semua keinginanmu saya terima//

mbok adi penjual bubuk emas/ tanggunglah kedua abdi/ makan dan pakaiannya/ sedangkan saya dan sumampir/ sama-sama menanggung dengan selendang/ umput dua belas pikul/ paduka lalu bergegaslah/ mampir di rumah saya/ ratalah empat pedagang ini//

ya mbok yang sabar/ kamu pasti akan saya datangi/ jika tak terlaksana/ saya merasakan kebaikanmu/ kewajiban saya membalas belas kasih/ dan sudah membagi keselamatan/ sudah lama saya pergi/ jika diharap-harap/ aduh raden saya minta restu paduka//

pun segera melaksanakan apa yang menjadi perintah Patih Logender yaitu mencari rumput untuk kuda-kuda yang kini menjadi tanggung jawab Damarwulan. Dalam perjalannya mencari rumput, Damarwulan bertemu dengan seorang perempun penjual emas. Ia meminta tolong untuk diijinkan mencari ruput di tempat penjual emas itu karena Damarwulan sudah kelelahan memikul rumput banyak sekali. Merekapun berbincang-bincang, hingga pada akhirnya penjual emas itupun mengetahui bahwa Damarwulan adalah putra dari Patih Udara. Batapa terkejutnya perempuan itu mengetahui kenyataan bahwa Damarwulan adalah putra dari almarhum Patih Udara. Perempuan itu sangat senang karena dengan bertemunya dengan Damarwulan ia mendapat kesempatan untuk membalas budi Patih Udara yang telah membantu ibunya sehingga ibunya hidup berkecukupan, ia ingin menjalankan pesan dari ibunya untuk membalas budi kepada keturunan Patih Udara. Perempuan itupun menyiapkan pakaian dan makanan beserta lauk pauknya untuk Damarwulan.

Damarwulan sangat berterimakasih atas pemberian makan serta pakaian itu. Namun, Damarwulan meminta maaf karena tidak dapat menerima segela pemberiaan itu. Damarwuwlan tidak dapat memakai pakaian bagus serata mengurangi makan dan minumnya sampai suatu saat ia telah teerlepas dari kesengasaraanya. Kemudian Damarwulan meminta perempuan itu untuk menunggu dua orang yang mengikutinya dan memberi makan mereka. Perempuan itu meminta Damarwulan untuk singgah di rumahnya. Tetapi ia tidak bisa melakukannya karena ia harus segera bergegas membawa duabelas pikul rumput Damarwulan sangat berterimakasih atas pemberian makan serta pakaian itu. Namun, Damarwulan meminta maaf karena tidak dapat menerima segela pemberiaan itu. Damarwuwlan tidak dapat memakai pakaian bagus serata mengurangi makan dan minumnya sampai suatu saat ia telah teerlepas dari kesengasaraanya. Kemudian Damarwulan meminta perempuan itu untuk menunggu dua orang yang mengikutinya dan memberi makan mereka. Perempuan itu meminta Damarwulan untuk singgah di rumahnya. Tetapi ia tidak bisa melakukannya karena ia harus segera bergegas membawa duabelas pikul rumput

Demikianlah proses kejiwaan Damarwulan dalam menjalankan kewajibannya. Damarwulan yang ketika itu sedang kelelahan ketika mencari rumput secara kebetulan bertemu dengan seorang perempuan penjual emas yang dahulu keluarganya pernah ditolong oleh Patih Udara ayah dari Damarwulan. Sebagai wujud balas budi perempuan itu menyiapkan pakaian yang bagus serta makanan enak. Dorongan id untuk memperthankan kesetiaanya kepada Patih Logender untuk selalu mematuhi setiap perintahnya menimbulkan adanya pertahanan ego. Ia menolak dengan pemberian perempuan itu karena Damarwulan memegang teguh apa yang diperintahkan oleh Patih Logender. Hingga akhirnya superegonya begitu kuat. Melihat kebaikan perempuan itu Damarwulan kemudian meminta perempuan itu untuk memberi makan kedua orang yang mengikutinya dan ia berjanji akan kembali menemui perempuan itu sebagai balas budi atas kebaikan yang dilakukannya untuk Damarwulan. Dorongan id yang kuat menimbulkan pertahanan ego dalam dalam diri Damarwulan sehingga superego dalam diri Damarwulan menjadi begitu kuat yang membuat Damarwulan mengambil suatu tindakan yang bijaksana.

Damarwulan mengalami proses kejiwaan yang matang. Setiap apa yang

dilakukan berdasarkan pemikiran yang matang. Dorongan id dalam diri Damarwulan begitu mendominasi yang membuat dia selalu patuh dan setia.

agar id tak tergoyahkan dari segala godaan.

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1.1 Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 54

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

0 0 98

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui In-House Training dengan Pendekatan Andragogi di SMP Kristen 1 Salatiga

0 0 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui In-House Training de

0 1 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Melalui In-House Training dengan Pendekatan Andragogi di SMP Kristen 1 Salatiga

0 0 31

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DI DESA GURUBENUA 2.1. Letak dan Luas Desa Gurubenua - Strategi Adaptasi Petani Jeruk dalam Pememenuhan Kebutuhan Hidup Pasca Serangan Hama Lalat Buah (Studi di Desa Gurubenua, Kecamatan. Munthe, Kabupaten. Karo)

0 0 25

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK A. Pengertian Hukum Kontrak - Tinjauan Yuridis Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct (Studi Pada PT. Mujur Timber)

0 0 46

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Kontrak Penjualan Plywood Antara PT. Mujur Timber Sibolga Dengan Sustainable Timber Direct (Studi Pada PT. Mujur Timber)

0 1 11