BENTURAN ANTAR PERSPEKTIF

D. BENTURAN ANTAR PERSPEKTIF

Pekerjaan sosial juga harus memiliki perspektif atau pandangan yang tepat terhadap bagaimana sebenarnya masalah yang akan dihadapi dan diatasi. Dengan kemampuan memandang dan mengatasi masalah yang tepat maka akan semakin mempermudah mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Begitu juga sebaliknya, ketika tidak tepat dalam memandang masalah maka akan terjadi penanganan yang salah. Huda (2009:30) mencatat, dalam memandang masalah sosial setidaknya ada dua perspektif yang berkembang antara lain perpestik medis dan perpestik ecosystem.

1. Perpestif Medis . Dalam banyak literature pekerjaan sosial dikatakan bahwa, tokoh yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap perkembangan pendekatan medis dalam penanganan secara klinis adalah Singmund Freud. Sebagai seorang psikoanalisis, Freud menganggap seseorang yang bermasalah karena faktor internal. Sehingga Freud memandang seorang klien sebagai 1. Perpestif Medis . Dalam banyak literature pekerjaan sosial dikatakan bahwa, tokoh yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap perkembangan pendekatan medis dalam penanganan secara klinis adalah Singmund Freud. Sebagai seorang psikoanalisis, Freud menganggap seseorang yang bermasalah karena faktor internal. Sehingga Freud memandang seorang klien sebagai

Perspektif medis kemudian memberikan pengaruh dalam melakukan assessment (diagnosis) terhadap klien. Klien dipandang sebagai orang yang bermasalah ketimbang memiliki kekuatan. Ini yang kemudian membedakan perspektif medis dengan perspektif kekuatan (strength) dalam melakukan terapi klinis (Huda, 2009:32).

Aliran ini memandang bahwa kondisi seseorang sangat dipengaruh oleh faktor internal seperti; keturunan gen, konfilk batin, pertahanan diri yang lemah, tekanan emosional, dan trauma atas kejadian-kejadian yang pernah menimpa pada masa lampau dan menjadi penyebab utama masalah seseorang. Sehingga, pekerja sosial dalam konteks ini memerlukan bantuan dari profesi lain seperti psikolog atau dokter. Hal inilah yang kemudian membuat faktor-faktor eksternal (lingkungan sekitar) jarang diperhatikan sebagai suatu sumber masalah bagi klien.

Huda (2009:33) juga menambahkan, layaknya dokter, diagnosis sangat penting dilakukan untuk mendeteksi jenis penyimpangan Huda (2009:33) juga menambahkan, layaknya dokter, diagnosis sangat penting dilakukan untuk mendeteksi jenis penyimpangan

Menariknya, konsep diagnosis dalam model ini sudah berkembang sangat kuat dalam tradisi pekerjaan sosial (khususnya dalam level intervensi mikro/terapi klinis). Bahkan dalam terapi klinis ini pekerja sosial sudah memiliki semacam buku babon yang dijadikan sebagai panduan dalam melakukan diagnosis dan menerangkan jenis-jenis penyimpangan yang terjadi pada diri seseorang. Buku babon yang dimaksud adalah buku berjudul diagnosis And Statistical Manual of Mental Disorders

4 th edition, text revision yang lebih dikenal dengan DSM-IV-TR yang diterbitkan oleh The American Psychiatric Association.

2. Perspektif Ecosystem

Pada tahun 1960an, perpektif ini mulai muncul sebagai anti thesisnya perspektif medis yang pada masa itu mulai diper- tanyakan. Pada dasarnya perspektif ini merupakan gabungan dari perpektif system dengan perspektif ecology. Di mana, pers- pektif system yang dipengaruhi oleh teori sistem yang memiliki pandangan bahwa suatu sistem pada dasarnya merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar. Dengan kata lain dapat diisti- lahkan, suatu sistem adalah subsistem dari sistem lainya, sehing-

ga suatu sistem tidak dapat dipahami dengan tanpa memper- hatikan sistem lainnya.

Jadi, dalam pandangan sistem, kondisi eksternal seseorang juga merupakan faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah selain dari faktor internal. Jika perspektif medis cenderung mereduksi masalah-masalah kemanusiaan yang unik dan dinamis, maka lain halnya dengan perspektif system yang cenderung menghargai sifat-sifat kemanusiaan yang unik dan tidak bisa dijelaskan secara medis. Huda (2009:34) mencatat bahwa, Perspektif sistem menyumbang tentang adanya pandangan bahwa kehidupan manusia pada dasarnya memiliki prilaku dan lingkungan sosial yang kompleks. Selain itu, perspektif ini menekankan bagaimana suatu sistem berinteraksi satu sama lain. Sistem yang satu memerlukan sistem yang lain, begitu juga sebaliknya.

Sedangkan perspektif ecology cenderung berupaya untuk melakukan harmonisasi antara sistem yang berbeda. Ecology sendiri berasal dari istilah biologi yang merujuk pada pentingnya inter relasi antara organisme kehidupan dengan lingungan fisik dan biologis. Pandangan inilah yang akhirnya memberikan pengaruh dalam ilmu pekerjaan sosial bahwa seseorang akan memiliki keseimbangan hidup apabila dia mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya. Teori inilah yang menyumbang prinsip yang sangat penting dalam tradisi ilmu pekerjaan sosial yakni tentang person-in-enviorment (seseorang dalam lingkungan) (Huda, 2009:35).

Family

Educational Social System

Servis

Good and Political

Person

Services

Religious Employment system

Gambar 2.2. Konseptualisasi Person-in-Environment Sumber: Zastro dalam Suharto (2010:82)

Ini dapat mengambarkan jika seseorang, baik itu individu, keluarga, kelompok atau masyarakat mengalami suatu masalah, maka bisa jadi masalah tersebut bersumber atau berasal dari sistem yang ada di sekelilingnya baik itu berhubungan secara langsung maupun tidak.

Oleh karenanya, perspektif ecosystem pada dasarnya menegaskan tentang posisi pekerja sosial yang tidak hanya cukup memberikan terapi kepada individu, keluarga, komunitas, atau masyarakat dengan menganjurkan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan/sistem yang ada. Tetapi pada waktu bersamaan, sistem/lingkungan juga harus diciptakan sedemikian rupa agar cocok dan sesuai dengan kebutuhan manusia. Bahkan Oleh karenanya, perspektif ecosystem pada dasarnya menegaskan tentang posisi pekerja sosial yang tidak hanya cukup memberikan terapi kepada individu, keluarga, komunitas, atau masyarakat dengan menganjurkan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan/sistem yang ada. Tetapi pada waktu bersamaan, sistem/lingkungan juga harus diciptakan sedemikian rupa agar cocok dan sesuai dengan kebutuhan manusia. Bahkan

kali dijumpai satu sistem yang tidak relevan lagi dengan kebutuhan manusia. Dengan kata lain, kualitas sistem yang ada sudah tidak sebanding dengan kebutuhan manusia yang setiap

hari terus berkembang.

3. Bagaimana dengan Perspektif Kekuatan?

Perspektif ini memberikan uraian tentang setiap orang pada dasarnya memiliki kekuatan yang dapat dijadikan modal untuk berubah. Perubahan dianggap sebagai suatu aktifitas yang muncul dalam diri seseorang. dengan kata lain, pekerjaan sosial membantu kliennya agar dapat mengatasi masalah yang ada dengan mencari potensi kekuatan yang dapat digunakan klien agar dapat keluar dari masalah yang dihadapi.

Hal inilah yang membuat perspektif kekuatan bertentangan dengan perspektif medis. Di mana perspektif medis menganggap klien adalah seorang yang lemah dan memiliki

gangguan dalam hal psikis. Sehingga penanganan yang dilakukanpun hanya berfokus pada bagaimana menyembuhkan klien dari berbagai macam gangguan yang dialaminya. Untuk

lebih jelasnya, Huda (2009:39) mencatat perbedaan perspektif kekuatan dan medis.

PERSPEKTIF KEKUATAN PERSPEKTIF MEDIS

Ketidaksesuaian kondisi antara Individu cenderung diberikan lebel manusia dan lingkungan sehingga

sakit, menyimpang, sehingga perlu kebutuhan tidak terpenuhi.

untuk didiagnosis. Klien dan lingkungan menghadirkan

Klien mempunyai problem internal kekuatan atau peluang dan rintangan

dan membutuhkan bantuan dari atau risiko; membangun kekuatan

orang lain untuk mencapai dapat memotivasi klien untuk dapat