PROSES INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTISME

E. PROSES INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTISME

Dalam hal ini interaksi sosial sendiri dapat diartikan proses yang menunjukkan orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti diketahui bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu sama lain. Menurut H. Booner dalam bukunya, social psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa; “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki Dalam hal ini interaksi sosial sendiri dapat diartikan proses yang menunjukkan orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti diketahui bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu sama lain. Menurut H. Booner dalam bukunya, social psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa; “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki

Interaksi sosial merupakan kesulitan yang nyata bagi anak autisme untuk menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang dan lingkungan disekitarnya. Tanda-tanda ini mulai tampak ketika anak suka mengasingkan diri/menyendiri, meskipun anak berada di antara teman sebaya atau keluarganya. Sebagian orang tua anak ketika diwawancarai mengatakan anak mereka suka cuek dan terkadang suka menyendiri, namun ada juga orang tua anak yang mengatakan ketika anaknya sudah mampu berkomunikasi, anaknya menunjukkan perkembangan yang baik dalam berhu- bungan dengan orang lain serta sudah mudah untuk diatur.

Selain menyendiri, ketika orang tua mengajak anak bermain seperti main bola, bernyanyi, mobil-mobilan, boneka-bonekaan dan lain-lain, anak autisme kesulitan untuk bergabung di dalamnya walaupun pada umumnya hal tersebut sering dilakukan oleh kebanyakan anak bersama kedua orang tua mereka. Ketidak mampuan bermain ini kemudian membuat anak tidak memiliki hubungan pertemanan yang baik dengan teman sebayanya. Ini adalah hal yang paling mencolok yang dapat dilihat pada anak autisme, dimana ketika anak digabungkan dengan teman sebayanya maka akan ada beberapa kemungkinan prilaku sosial yang salah atau ganjil karena mereka akan memilih terpisah dari kelompok temannya, kalaupun anak tetap pada kelompok Selain menyendiri, ketika orang tua mengajak anak bermain seperti main bola, bernyanyi, mobil-mobilan, boneka-bonekaan dan lain-lain, anak autisme kesulitan untuk bergabung di dalamnya walaupun pada umumnya hal tersebut sering dilakukan oleh kebanyakan anak bersama kedua orang tua mereka. Ketidak mampuan bermain ini kemudian membuat anak tidak memiliki hubungan pertemanan yang baik dengan teman sebayanya. Ini adalah hal yang paling mencolok yang dapat dilihat pada anak autisme, dimana ketika anak digabungkan dengan teman sebayanya maka akan ada beberapa kemungkinan prilaku sosial yang salah atau ganjil karena mereka akan memilih terpisah dari kelompok temannya, kalaupun anak tetap pada kelompok

Hal ini diakui sendiri oleh orang tua Rion (bukan nama sebenarnya) ketika ditanya beliau mengaku kalau anaknya sangat sulit bermain dengan teman sebaya dan kalaupun dapat bermain biasanya tanpa komunikasi dan terkesan mengikut- ikut saja belakangan ia tampak lebih respek terhadap orang yang usianya jauh diatasnya.

Hilangnya kontak mata juga merupakan hal dapat diperhatikan dari proses interaksi sosial anak dengan autisme ini. Yuwono (2009:84) menuliskan sebagian besar dari orang tua cenderung melaporkan bahwa tanda-tanda penolakan dalam menatap orang lain/kontak mata, disadarinya ketika pada masa anak mulai belajar berjalan. Para orang tua menjelaskan bahwa anaknya menolak kontak mata saat bersalaman, dipanggil tidak menoleh, menolak kontak mata saat diajak berbicara dengan orang lain atau saat bermain (cilukba, bernyanyi bersama).

Jordan dan Powell (1995) mencontohkan bagaimana kontak mata merupakan persoalan mendasar bagi anak autisme. Dalam video rekaman seorang ibu dengan dua anaknya, di mana satu anak didiagnosis sebagai anak autisme dan yang satunya memiliki perkembangan yang normal. Dalam video itu menunjukkan bagaimana ibu mencoba untuk bermain dengan kedua anaknya dengan cara yang sama. Anak autisme terlihat Jordan dan Powell (1995) mencontohkan bagaimana kontak mata merupakan persoalan mendasar bagi anak autisme. Dalam video rekaman seorang ibu dengan dua anaknya, di mana satu anak didiagnosis sebagai anak autisme dan yang satunya memiliki perkembangan yang normal. Dalam video itu menunjukkan bagaimana ibu mencoba untuk bermain dengan kedua anaknya dengan cara yang sama. Anak autisme terlihat

Kontak mata diartikan bukan saja menatap pada lawan bicara tetapi kontak mata selayaknya dilakukan untuk menunjukkan muatan pesan yang jelas. Ini menjadi bukti untuk membedakan kualitas kontak mata anak autisme dengan anak-anak pada umumnya. Karena apa? sebagian anak pada autisme dapat berkontak mata dengan baik (lama tatapan dan arah tatapan) tetapi ternyata anak autisme tidak dapat menggunakan kontak matanya sebagai pengirim pesan.

Kesulitan selanjutnya dari anak dengan autisme dalam proses interaksi adalah kesulitan mereka untuk meniru tindakan, karena mereka memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap model orang. Mungkin ini memiliki keterkaitan dengan sulitnya anak autisme untuk melakukan kontak mata, walaupun butuh penelitian lebih mendalam lagi untuk mengaitkan kedua hal ini. meniru merupakan hal terpenting bagi anak untuk memulai belajar tentang sesuatu. Oleh karena dalam sebuah terapi dengan metode lovas atau lebih dikenal dengan metode Applied Behavioral Analysis (ABA), dimana salah satu isi program intervensi dini di dalammnya adalah dengan proses peniruan. Karena hanya dengan proses meniru kita dapat mengajarkan banyak hal kepada anak misalnya cara memakai baju, memakai sandal/sepatu, menggunakan ekspresi Kesulitan selanjutnya dari anak dengan autisme dalam proses interaksi adalah kesulitan mereka untuk meniru tindakan, karena mereka memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi terhadap model orang. Mungkin ini memiliki keterkaitan dengan sulitnya anak autisme untuk melakukan kontak mata, walaupun butuh penelitian lebih mendalam lagi untuk mengaitkan kedua hal ini. meniru merupakan hal terpenting bagi anak untuk memulai belajar tentang sesuatu. Oleh karena dalam sebuah terapi dengan metode lovas atau lebih dikenal dengan metode Applied Behavioral Analysis (ABA), dimana salah satu isi program intervensi dini di dalammnya adalah dengan proses peniruan. Karena hanya dengan proses meniru kita dapat mengajarkan banyak hal kepada anak misalnya cara memakai baju, memakai sandal/sepatu, menggunakan ekspresi

Memang dalam perkembangan dunia pendidikan atau terapi bagi anak autisme telah ditemukan banyak metode atau cara dalam menyelesaikan beberapa kasus keterlambatan anak diberbagai bidang seperti keterlambatan dalam berinteraksi, komunikasi dan berprilaku. Penting memang untuk mengetahui berbagai jenis terapi yang ada dalam mendidik anak dengan autisme karena hanya dengan jalan terapi sedini mungkin dan seintensif mungkin gejala atau sindrom pada autisme dapat dikurangi seminimal mungkin.