Pekerjaan Sosial dan Keberfungsian Sosial

C. Pekerjaan Sosial dan Keberfungsian Sosial

Dari uraian tujuan dan peran pekerjaan sosial dapat ditarik kesimpulan bahwa, fokus utama pekerjaan sosial adalah meningkatkan keberfungsian sosial melalui intervensi yang bertujuan dan bermakna. Keberfungsian sosial ini merupakan konsepsi terpenting bagi pekerjaan sosial. Inilah kemudian yang membedakan antara pekerjaan sosial dengan profesi lainya.

Suharto (2009:28) mendefinisikan keberfungsian sosial sebagai kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masya- rakat) dan sistem sosial (lembaga dan jaringan sosial) dalam me- menuhi kebutuhan dasar, menjalankan peranan sosial, serta menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and streses).

• Memenuhi merespon

kebutuhan dasarnya Orang

(pendapatan, pendidikan,

kesehatan) Keberfungsian

Memiliki

• Melaksanakan peran sosial

kemampuan

Sosial

atau kapasitas

sesuai dengan status dan

tugasnya. Sistem

dalam

• Menghadapi goncangan dan

sosial tekanan (masalah psikososial, dan krisis ekonomi).

Gambar 2.1 : konsepsi tentang keberfungsian sosial Sumber, Suharto (2009:28)

Sedangkan, Dubois dan Miley dalam Huda (2009:27) mengatakan bahwa ada tiga jenis keberfungsian sosial, antara lain: (1) keberfungsian sosial efektif (effective social functioning); (2) keberfungsian sosial berisiko (at-risk social functioning); dan (3) kesulitan dalam fungsi sosial (difficulties in social functioning).

1. Keberfungsian sosial efektif disebut juga keberfungsian sosial adaptif. Kerena sistem-sistem sumber yang ada relatif mampu memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Jadi secara efektif individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya melalui sistem-sistem sumber yang tersedia.

2. Keberfungsian sosial beresiko ditunjukkan dengan adanya sekelompok masyarakat yang memiliki resiko untuk tidak dapat memenuhi keberfungsian sosial secara efektif. Resiko gagal untuk dapat berfungsi sosial 2. Keberfungsian sosial beresiko ditunjukkan dengan adanya sekelompok masyarakat yang memiliki resiko untuk tidak dapat memenuhi keberfungsian sosial secara efektif. Resiko gagal untuk dapat berfungsi sosial

3. Jenis terakhir disebut juga keberfungsian sosial yang tidak mampu beradaptasi (maladaptive). Dalam kondisi tertentu sistem seperti ini tidak mampu beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan manusia, karena masalah begitu sangat parah (exacerbated). Sistem gagal memenuhi kebutuhan manusia sehingga manusia dapat mengalami depresi dan teralienasi dari sistemnya itu sendiri.

Pada kasus ini, autisme yang “nota bene” merupakan anak dengan kesulitan dalam berinteraksi, berkomunikasi dan berbahasa, serta memiliki prilaku yang tidak terarah, yang di mana kesemuanya ini berimbas pada sulitnya anak dengan autisme untuk dapat memenuhi kebutuhan mendasarnya, dan menjalankan peranan sosialnya. Sebab, keberfungsian sosial berarti seorang individu, keluarga, kelompok dan masyarakat Pada kasus ini, autisme yang “nota bene” merupakan anak dengan kesulitan dalam berinteraksi, berkomunikasi dan berbahasa, serta memiliki prilaku yang tidak terarah, yang di mana kesemuanya ini berimbas pada sulitnya anak dengan autisme untuk dapat memenuhi kebutuhan mendasarnya, dan menjalankan peranan sosialnya. Sebab, keberfungsian sosial berarti seorang individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

Maka untuk itu meningkatkan keberfungsian sosial anak dengan spektrum autisme ini, pekerja sosial harus fokus pada dua hal; yaitu; 1). Fokus pada interaksi anak autisme dengan keluarga dan lingkungannya. 2). Fokus kepada pencarian kemampuan atau minat yang dimiliki anak autisme serta meminimalisir masalah yang akan dihadapinya. Dengan cara; 1). Mempengaruhi lingkungan anak untuk dapat selalu mendukung dan memberikan perhatian kepada anak dalam jangka waktu yang terus menerus, baik dalam bentuk latihan-latihan komunikasi serta memperbaiki tingkah laku anak yang tidak terarah dan berulang-ulang. 2). Mengurangi dampak negative dari sters yang dialami oleh pihak keluarga (biasanya Ibu dan Bapak) dengan cara terus-menerus berkonsultasi akan perkembangan anak dan selalu mengingatkan tujuan yang ingin dicapai dalam mendidik anak dengan autisme, sehingga terapi tidak berhenti di pertegahan perjalanan. 3). Mengarahkan anak dengan autisme pada minat dan bakat yang dimilikinya kepada sumber-sumber yang dapat menampung minat tersebut. 4). Selalu memegang teguh nilai-nilai, etika dan prinsip-prinsip pekerjaan sosial, terutama prinsip individualisasi.

Tentulah untuk melakukan intervensi seperti ini bukan suatu perkara yang gampang, karena harus melewati proses yang panjang, mulai dari diagnosis, assessment sampai kepada teriminasi dan evaluasi yang terkadang pada tiap prosesnya selalu membenturkan beberapa pandangan (perspektif) baik medis, ecosystem dan kekuatan.