Manajemen Pemberian Frekuensi pemberian pakan dihitung Pakan dalam waktu sehari (24 jam). Pada ikan

6.5 Manajemen Pemberian Frekuensi pemberian pakan dihitung Pakan dalam waktu sehari (24 jam). Pada ikan

air tawar misalnya ikan patin merupakan Dalam budi daya ikan pakan merupa- salah satu jenis ikan air tawar yang

kan salah satu faktor yang sangat mempunyai fase kritis pada saat berusia menentukan dalam keberhasilan suatu larva, yaitu 0–14 hari. Untuk meningkatkan budi daya ikan selain kualitas air. Pakan kelangsungan hidup larvanya salah satu dalam kegiatan budi daya ikan sangat solusinya adalah memberikan pakan alami dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh dan selama fase tersebut sebanyak 12 kali berkembang. Pemberian pakan dalam sehari di mana pakan alami tersebut suatu usaha budi daya sangat bergantung diberikan setiap dua jam sekali selama kepada beberapa faktor antara lain jenis sehari. Pada ikan laut frekuensi pemberian dan ukuran ikan, lingkungan di mana ikan pakan pada masa larva lebih banyak itu hidup dan teknik budi daya yang akan dibandingkan pada fase pembesaran. digunakan. Dalam subbab ini akan Oleh karena itu, frekuensi pemberian dibahas manajemen pemberian pakan pakan pada masa larva bagi ikan budi dilihat dari jenis dan ukuran ikan serta daya mempunyai jumlah yang lebih teknik budi daya. Pakan dan kualitas air banyak dibandingkan dengan fase lainnya

akan dibahas pada subbab selanjutnya. dan setiap jenis ikan mempunyai kekhasan Pemberian pakan adalah kegiatan dalam frekuensi pemberian pakan.

yang rutin dilakukan dalam suatu usaha Feeding time atau waktu pemberian budi daya ikan. Oleh karena itu, dalam pakan adalah waktu yang tepat untuk

manajemen pemberian pakan harus melakukan pemberian pakan pada setiap dipahami tentang beberapa pengertian jenis ikan. Waktu pemberian pakan ini juga dalam kegiatan budi daya ikan sehari-hari sangat khas untuk setiap jenis ikan. yang terkait dengan manajemen pemberian Berdasarkan kapasitas daya tampung pakan antara lain feeding frekuensi, feed- lambung setiap jenis ikan atau biasa ing time, feeding behaviour, feeding hab- disebut juga dengan feeding periodicity

its, feeding periodicity, dan feeding level. jenis ikan dapat dibedakan yaitu ikan Feeding frekuensi atau frekuensi pemakan malam hari atau aktivitas

pemberian pakan mempunyai makna makannya meningkat pada malam hari jumlah waktu ikan untuk makan dalam yang biasa disebut nocturnal misalnya ikan sehari. Setiap jenis ikan mempunyai kelompok catfish, dan ikan pemakan siang kebiasaan makan yang berbeda. Oleh hari atau aktivitas makannya lebih karena itu, dalam melakukan pemberian meningkat pada siang hari (diurnal). Oleh pakan kepada ikan setiap hari biasanya karena itu, pada kelompok ikan yang bergantung kepada jenis dan ukuran ikan, mempunyai aktivitas makan pada malam ketersediaan tenaga kerja, pakan dan hari maka dalam melakukan pemberian ukuran kolam budi daya. Biasanya makan, waktu pemberian pakannya semakin kecil ikan frekuensi pemberian sebaiknya lebih banyak pada malam hari pakannya semakin banyak, sedangkan agar pakan yang diberikan lebih efisien semakin besar ikan frekuensi pemberian dan efektif. pakannya setiap hari semakin berkurang.

Selain itu, dalam melakukan pemberi- an pakan juga harus diperhatikan tentang tingkah laku ikan dalam kehidupannya di dalam perairan di mana ikan berdasarkan tingkah lakunya dalam media hidupnya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu ikan yang hidupnya di atas permukaan air, ikan yang hidupnya lebih senang berada di tengah-tengah air, dan ikan yang hidupnya lebih senang di dasar perairan. Oleh karena dalam melakukan pemberian pakan terhadap jenis-jenis ikan tersebut harus disesuaikan dengan tingkah laku ikan tersebut.

Berdasarkan kebiasaan makannya ikan yang dibudi dayakan dapat di- kelompokkan menjadi ikan herbivora, ikan omnivora dan ikan karnivora. Oleh karena itu, melakukan pemberian pakan untuk ikan herbivora, omnivora, dan karnivora harus berbeda. Jumlah pakan ikan yang diberikan setiap hari pada ikan yang dibudi dayakan dan biasanya diekspresikan dalam persen biomas ikan biasa disebut dengan feeding rate. Feeding rate pada pemberian pakan ikan berkisar antara 2 – 5% per hari atau bahkan lebih. Biomas adalah jumlah total ikan per unit area pada waktu tertentu dan diekspresikan dalam kg/ha atau kg/meter persegi. Biasanya dalam pemberian pakan pada ikan yang berukuran besar jumlah pakan yang diberikan setiap hari semakin berkurang dan semakin kecil ukuran ikan jumlah pakan yang diberikan semakin banyak. Hal ini dikarenakan ikan yang berukuran kecil mempunyai masa pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan ikan berukuran besar. Seperti yang diketahui bahwa pertumbuhan ikan mempunyai kurva pertumbuhan yang sigmoid yaitu ada masa dalam kurva tersebut adalah

masa pertumbuhan emas dan itu biasa terjadi pada ikan yang berukuran larva dan benih. Oleh karena itu, dibutuhkan jumlah pakan yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang berukuran dewasa.

Dalam melakukan pengelolaan pem- berian pakan pada suatu usaha budi daya sangat bergantung pada teknik budi daya yang diterapkan. Pada suatu usaha budi daya ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut.

1. Budi daya ikan secara ekstensif

Pada budi daya ikan ini yang menjadi ciri khasnya adalah dalam pemberian pakannya mengandalkan pakan alami. Oleh karena itu, dalam sistem budi daya ini pemupukan pada kolam budi daya harus kontinu dilakukan agar pakan alami tumbuh dengan subur pada kolam budi daya. Pengelolaan pemberian pakan pada sistem budi daya ekstensif lebih mengutamakan tumbuhnya plankkton baik phytoplankton maupun zooplank- ton di dalam wadah budi daya sebagai pakan alami ikan yang dibudi dayakan dan jenis ikan yang dibudi dayakan adalah ikan herbivora yaitu ikan yang senang mengkonsumsi tumbuhan atau nabati.

2. Budi daya ikan semiintensif

Pada budi daya ikan sistem semiintensif yang menjadi cirinya adalah dalam budi dayanya sangat mengandalkan pakan alami dan pakan tambahan. Pakan alami masih digunakan dalam sistem budi daya ini sehingga sistem pemupukan pada kolam budi daya masih dilakukan dan pemberian pakan tambahan yaitu Pada budi daya ikan sistem semiintensif yang menjadi cirinya adalah dalam budi dayanya sangat mengandalkan pakan alami dan pakan tambahan. Pakan alami masih digunakan dalam sistem budi daya ini sehingga sistem pemupukan pada kolam budi daya masih dilakukan dan pemberian pakan tambahan yaitu

3. Budi daya ikan secara intensif Pada budi daya ikan secara intensif yang menjadi ciri khasnya adalah dalam melakukan kegiatan budi daya mengandalkan pakan buatan sebagai sumber makanan utama ikan yang dibudi dayakan. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap. Karena pakan buatan ini sebagai sumber energi utama dan materi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Pakan buatan dalam usaha budi daya ikan intensif merupakan komponen terbesar dalam suatu usaha budi daya biasanya berkisar antara 40–70% dari total biaya produksi. Oleh karena itu, dalam mengelola pemberian pakan secara intensif harus benar-benar dilakukan secara benar agar efisiensi pakan dan efektivitas kegiatan budi daya dapat menguntungkan.

Manajemen pemberian pakan pada suatu usaha budi daya ikan yang intensif harus dilakukan . Hal ini dikarenakan pada pengelolaan pemberian pakan dalam suatu usaha budi daya ada beberapa

elemen kritis yang harus diperhatikan antara lain adalah jumlah pakan per hari yang diberikan dalam pemeliharaan ikan (feeding rate), frekuensi pemberian pakan dalam satu hari (feeding frekuensi), waktu pemberian pakan yang tepat (feeding time) dan konversi pakan yang ditargetkan dalam suatu usaha budi daya ikan. Jumlah pakan yang akan diberikan setiap hari pada budi daya ikan secara intensif sangat bergantung pada faktor biotik dan faktor lingkungan di mana ikan itu hidup. Jumlah pakan yang akan diberikan setiap hari ini juga ditentukan pada perbandingan jumlah pakan yang akan diberikan. Pada suatu usaha budi daya ikan di mana terdapat beberapa fase kegiatan budi daya sehingga pakan yang akan diberikan pada setiap fase akan berbeda. Berdasarkan jumlah pakan yang harus diberikan dalam suatu usaha budi daya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berikut.

1. Pemberian pakan secara berlebihan (excess) Pemberian pakan secara berlebihan atau biasa disebut

a d l i b i tum merupakan salah satu cara pemberian pakan yang biasa diberikan pada fase pemberian pakan untuk larva ikan sampai ukuran benih ikan pada suatu hatchery. Pada sta- dia tersebut tingkat konsumsi pakan masih tinggi hal ini berkaitan dengan kapasitas tampung lambung larva atau benih ikan masih sangat terbatas, struktur alat pencernaan yang masih belum sempurna dan ukuran bukaan mulut larva yang masih sangat kecil, sehingga dengan memberikan pakan dengan sekenyangnya atau ad libitum di mana pakan selalu tersedia dalam jumlah yang tidak dibatasai maka larva atau benih ikan ini dapat makan kapan pun juga sesuai dengan keinginan a d l i b i tum merupakan salah satu cara pemberian pakan yang biasa diberikan pada fase pemberian pakan untuk larva ikan sampai ukuran benih ikan pada suatu hatchery. Pada sta- dia tersebut tingkat konsumsi pakan masih tinggi hal ini berkaitan dengan kapasitas tampung lambung larva atau benih ikan masih sangat terbatas, struktur alat pencernaan yang masih belum sempurna dan ukuran bukaan mulut larva yang masih sangat kecil, sehingga dengan memberikan pakan dengan sekenyangnya atau ad libitum di mana pakan selalu tersedia dalam jumlah yang tidak dibatasai maka larva atau benih ikan ini dapat makan kapan pun juga sesuai dengan keinginan

jumlah yang maksimal. Hal ini dapat atau nebih akan membawa dampak

dilakukan pada ikan budi daya yang yang merugikan bagi sistem perairan

benar-benar sudah diketahui daya dalam suatu usaha budi daya. Di

tampung lambungnya secara mana pakan ikan yang berlebihan

maksimal dalam setiap pemberian akan berpengaruh langsung terhadap

pakan, sehingga pakan ikan yang organisme akuatik (ikan) yang hidup

diberikan semuanya dikonsumsi oleh dalam wadah budi daya dan kondisi

ikan. Dalam kenyataannya sangat lingkungan budi daya tersebut. Pakan sulit bagi para pembudi daya untuk

ikan yang berlebihan tidak akan menerapkan sistem pemberian pakan dimakan oleh ikan dan akan terjadi

ini karena untuk menghindari pakan penumpukan pakan pada wadah budi

yang terbuang itu sangat sulit. Oleh daya di dasar perairan. Penumpukan

karena itu dalam pemberian pakan pakan ikan di dasar budi daya akan

secara maksimal akan mudah tercampur dengan hasil buangan ikan

diterapkan jika ikan yang dibudi daya- seperti feses, urine yang nantinya

kan sudah terbiasa dengan jumlah akan menghasilkan bahan-bahan

pemberian pakan tersebut setiap toksik seperti amoniak, H 2 S, dan hari berdasarkan pengalaman di sebagainya yang dihasilkan dari lapangan.

perombakan bahan-bahan organik

3. Pemberian pakan yang dibatasi (re- tersebut. Kandungan toksik yang

stricted)

tinggi dalam wadah budi daya akan Pemberian pakan tipe ini adalah menyebabkan aktivitas ikan dan pemberian pakan buatan yang biasa terganggu. Oleh karena itu, manajemen dilakukan dalam suatu usaha budi pemberian pakan pada ikan harus daya ikan di mana para pembudi daya

dilakukan dengan benar disesuaikan melakukan pembatasan jumlah pakan dengan melihat jenis dan umur ikan,

yang diberikan setiap hari. Jumlah lingkungan perairan, serta teknik budi

pakan yang aka diberikan setiap hari daya yang digunakan. Pemberian ini dibatasi berdasarkan hasil suatu pakan secara ad libitum dengan penelitian dengan jumlah pakan menggunakan pakan buatan akan tertentu akan diperoleh pertumbuhan memberikan dampak negatif karena

ikan yang optimal. Pemberian pakan mengakibatkan meningkatnya biaya

dalam budi daya ikan secara intensif produksi. biasanya jumlah pakan yang diberikan

2. Pemberian pakan sekenyangnya (sa- dibatasi jumlahnya berdasarkan hasil tiation) penelitian dan pengalaman di lapangan.

Pada sistem pemberian pakan Berdasarkan pengalaman petani seknyangnya adalah suatu usaha

ikan mas di Jawa Barat dalam melaku- para pembudi daya ikan untuk

kan manajemen pemberian pakan melakukan pemberian pakan pada dapat dilihat pada Tabel 6.10.

Tabel 6.10 Skedul Pemberian Pakan dalam Usaha Budi Daya Ikan Mas

Stadia

Ikan

Umur

Ikan

Ukuran

Ikan

Bobot

Ikan

Jenis

Pakan

Dosis

Pakan

Feeding

Frekuensi

Larva Kebul Burayak Putihan Benih Induk

1–4 hr 5 hr

5–10 10–15 hr 3 bl

6 bl

>12 cm

0,18–20 mg

15–20 mg

0,1–0,5 g 0,5–2,5 g

100 g

0,5 kg

Kuning telur Pakan alami

& Emulsi Emulsi Emulsi Remah Pelet

Pelet

Adlibitum Adlibitum

1 g/1000 2 g/1000 3 g/1000

4% biomas 3% biomas 3% biomas

6–8 kali 6–8 kali 6–8 kali

5 kali 4 kali

3 kali

Dalam membuat skedul pemberian pakan ikan mas ini dibuat suatu asumsi berdasarkan stadia dan ukuran ikan. Frekuensi pemberian pakan pada suatu usaha budi daya ikan mas harus disesuaikan dengan kebutuhan pakan berdasarkan stadia ikan mas itu sendiri. Skedul pemberian pakan ikan mas ini tidaklah mutlak seperti tabel di atas tetapi harus disesuaikan dengan kondisi lahan di mana ikan mas tersebut dibudi dayakan. Hal ini dikembalikan kepada sifat alamiah ikan yang mulai dari larva yang baru menetas dengan sumber pakannya masih disediakan oleh kantung kuning telur, sehingga pada stadia ini larva tidak perlu diberi pakan tambahan, kecuali untuk paka alami di mana proses penyiapannya sudah dilakukan pada saat persiapan kolam mulai dari pengeringan dasar kolam, pengapuran dan pemupukan. Setelah kantung kuning telur habis maka larva akan mulai mengkonsumsi pakan alami yang tumbuh di kolam, baik dari jenis phy- toplankton maupun zooplankton dengan ukuran pakan alami yang dikonsumsi disesuaikan dengan bukaan mulut larva dan setelah beberapa hari kemudian larva siap dipindah ke kolam pendederan. Jenis pakan yang diberikan pada stadia kebul

adalah pakan alami yang tumbuh di kolam ditambah dengan emulsi kuning telur dengan jumlah pakannya 1 gram kuning telur untuk 1000 ekor kebul dan diberikan sebanyak 6–8 kali dalam sehari. Pada sta- dia burayak ukuran sudah mulai bertambah sehingga jumlah emulsi pakannya ditingkatkan menjadi 2 gram untuk 1000 ekor kebul dengan frekuensi pemberian pakan 6–8 kali sehari. Pada stadia putihan menjadi 3 gram untuk 1000 ekor, sedangkan pada tahap benih mencapai ukuran gelondongan atau ukuran 3 bulan pakannya berubah menggunakan pakan buatan di mulai dari bentuk remahan kemudian pelet berukuran 2 mm dengan jumlah pakan remahan sebanyak 4% dari total biomas sedangkan untuk pakan pelet 2 mm jumlah pakan yang diberikan 3% dari biomas. Frekuensi pemberian pakan untuk pakan remahan adalah 5 kali sehari pada minggu pertama sedangkan pada minggu selanjutnya diberikan pakan buatan bentuk pelet 2 mm sebanyak 4 kali sehari. Hal ini dilakukan karena pada stadia ini ikan mas sangat rakus memakan makanannya dan sifat alami ikan mas sebagai pemakan segala/omnivora akan muncul. Aktivitas makan ikan mas akan meningkat pada adalah pakan alami yang tumbuh di kolam ditambah dengan emulsi kuning telur dengan jumlah pakannya 1 gram kuning telur untuk 1000 ekor kebul dan diberikan sebanyak 6–8 kali dalam sehari. Pada sta- dia burayak ukuran sudah mulai bertambah sehingga jumlah emulsi pakannya ditingkatkan menjadi 2 gram untuk 1000 ekor kebul dengan frekuensi pemberian pakan 6–8 kali sehari. Pada stadia putihan menjadi 3 gram untuk 1000 ekor, sedangkan pada tahap benih mencapai ukuran gelondongan atau ukuran 3 bulan pakannya berubah menggunakan pakan buatan di mulai dari bentuk remahan kemudian pelet berukuran 2 mm dengan jumlah pakan remahan sebanyak 4% dari total biomas sedangkan untuk pakan pelet 2 mm jumlah pakan yang diberikan 3% dari biomas. Frekuensi pemberian pakan untuk pakan remahan adalah 5 kali sehari pada minggu pertama sedangkan pada minggu selanjutnya diberikan pakan buatan bentuk pelet 2 mm sebanyak 4 kali sehari. Hal ini dilakukan karena pada stadia ini ikan mas sangat rakus memakan makanannya dan sifat alami ikan mas sebagai pemakan segala/omnivora akan muncul. Aktivitas makan ikan mas akan meningkat pada

Selain itu, dalam melakukan pengelola- dipelihara mempunyai pertumbuhan yang an pemberian pakan pada udang yang

sudah lebih lambat sehingga jumlah pakan telah dilakukan oleh Akiyama dalam yang diberikan berkurang menjadi 3% dari Goddart (1996) merupakan salah satu biomas dengan frekuensi pemberian komoditas organisma air yang mempunyai pakan sebanyak 3 kali sehari. Pada sta- kebiasaan makan pada malam hari dapat dia ini ikan sudah akan mengalami dilihat pada Tabel 6.11. pertumbuhan gonadik sehingga pakan

Tabel 6.11 Skedul Pemberian Pakan pada Udang

Tipe Pakan Berat Udang Feeding Time

Starter <3g 30% – 35% – 35% Grower

3-15 g 20% 15% 15% 30% 20%

Finisher > 15 g 20% 15% 15% 30% 20%

Tabel di atas memperlihatkan pakan sehingga menjelang sore jumlah pakan udang yang diberikan bervariasi pada relatif lebih banyak. Untuk lebih jelasnya setiap stadia udang dan waktu pemberian dapat diperhatikan Tabel 6.12, yang pakannya disesuaikan dengan kebiasaan memperlihatkan jumlah pemberian pakan udang yang mempunyai aktivitas dari larva sampai ukuran siap panen

makannya meningkat pada hari gelap semakin berkurang.

Tabel 6.12 Jumlah Pakan Harian pada Udang dengan Kelangsungan Hidup 80%

Berat Udang Biomas Feed Rate Jumlah Pakan

(gram) (kg) (%) Harian (kg)

< 10 hari – – 4 10 – 20 hari – – 8

20 – 30 hari – – 12 3 240 5,7 14 4 320 5,4 17 5 400 5,1 20 6 480 4,8 23 7 560 4,6 26 8 640 4,4 28 9 720 4,21 30

Berat Udang Biomas Feed Rate Jumlah Pakan

(gram) (kg) (%) Harian (kg)

Pada beberapa negara yang sudah

maju jika akan memberikan pakan pada

suatu usaha budi daya ikan menggunakan

beberapa alat yang dapat membantu proses pemberian pakan. Berdasarkan

peralatan yang digunakan dalam melaku-

kan pemberian pakan pada usaha budi daya ikan, ada beberapa metode

pemberian pakan yang dapat dilakukan

seperti berikut.

1. Pemberian pakan dengan tangan

Pemberian pakan dengan cara metode pemberian pakannya meng-

Gambar 6.13. Metode pemberian pakan gunakan tangan (disebar). Metode

dengan tangan pemberian pakan dengan tangan ini

biasanya disesuaikan dengan stadia dan umur ikan yang dibudi dayakan.

2. Pemberian pakan secara mekanik Dengan membuat suatu catatan tentang pemberian pakan pada setiap

kolam budi daya akan memudahkan untuk memantau perkembangan setiap kolam budi daya. Adapun data

yang sebaiknya dicatat pada setiap kolam dalam manajemen pemberian pakan sebagai berikut.

1. Berat rata-rata ikan yang ditebar pada waktu tertentu (W) dalam Gambar 6.14. Metode pemberian

gram.

2. Jumlah ikan yang ditebar dalam Pemberian pakan dengan cara

pakan dengan demand feeder

satu kolam (N). menggunakan alat bantu pakan yang

3. Perkiraan kelangsungan hidup/ digerakkan oleh tenaga mekanik,

sintasan selama periode waktu seperti demand feeder dan automati-

pemeliharaan (SR) dalam %. cally feeder yang biasa digunakan

4. Jumlah pakan yang diberikan pada budi daya ikan di kolam air deras. setiap hari (FR) dalam %.

3. Pemberian pakan di Hatchery 5. Jumlah pakan harian yang diberikan pada setiap kolam

Pada beberapa unit hatchery ikan

(DFA).

air laut atau ikan air tawar biasanya Nilai DFA dapat dihitung dengan dibutuhkan suatu alat bantu untuk menggunakan rumus sebagai memudahkan proses pemberian pakan.

berikut:

Pada stadia larva ikan merupakan fase DFA = W x N x SR x FR kritis di mana pada fase tersebut Misalnya dalam suatu kolam budi dibutuhkan pakan yang tepat jenis, daya jumlah ikan yang ditebar ukuran dan jumlah di mana yang adalah 50.000 ekor, dengan berat dimasukkan ke dalam pipa- pipa adalah rata-rata ikan pada waktu tebar pakan alami yang telah dibuat adalah 5g, dengan perkiraan sedemikian rupa sehingga pipa yang kelangsungan hidup adalah 90% berisi pakan alami ini masuk ke dalam

dan jumlah pakan harian adalah wadah pemeliharaan secara otomatis. 8%, maka jumlah pakan harian

Selain itu yang perlu diperhatikan yang harus diberikan pada setiap dalam melakukan pengelolaan pem-

kolam adalah : 5 x 50.000 x 0,9 x berian pakan adalah melakukan

0,08 = 18 kg per hari. pencatatan pemberian pakan yang

biasa disebut dengan feeding record.

6. Jumlah pakan selama pemelihara- Hal ini berarti pakan yang diolah menjadi an. daging tidak seratus persen ada bagian

Dari contoh di atas maka jumlah dari pakan yang digunakan sebagai energi pakan yang dibutuhkan selama untuk feses dan lainnya. Menurut Calow pemeliharaan 15 hari adalah 18 kg/ (1986) dalam Harris (2005) energi pakan

hari x 15 hari = 270 kg. yang dimakan ikan (C) sama dengan

7. Frekuensi pemberian pakan dan produksi daging ikan (P) + energi waktu pemberian pakan metabolisme (R) + energi urine (U) dan

Dalam contoh di atas jumlah pakan energi feses (F) atau dengan rumus ditulis per hari adalah 18 kg, pakan tersebut sebagai berikut: C = P + R + U + F. Berapa akan diberikan kepada larva ikan banyak pakan yang dikonsumsi (C) akan

sebanyak 4 kali pada waktu pukul menjadi daging tergantung dari berapa

06.00, 10.00, 14.00, dan 19.00. banyak yang terbuang sebagai limbah Jumlah pakan setiap kali pemberian feses dan sisa metabolisme berupa urin, adalah 18 kg : 4 = 4,5 kg. amoniak, karbondioksida, air, dan Dengan melakukan pencatatan hidrogen sulfida. Seberapa banyak pakan

akan jumlah pakan yang dihabiskan akan menjadi feses tergantung pada selama kegiatan budi daya dan dapat seberapa sesuai komponen pakan dengan diprediksi hasil produksi dengan kemampuan enzimatik di saluran memperkirakan nilai konversi pakan pencernaan ikan (daya cerna). Pakan dan efisiensi pakan dari kegiatan yang dicerna selanjutnya diabsorbsi ke selama budi daya ikan.

dalam darah dan seberapa banyak pakan yang diabsorbsi akan menjadi daging ikan

6.6 Pakan dan Kualitas Air bergantung pada pola asam amino, asam lemak, keseimbangan energi antarnutrien,

Pakan yang diberikan kepada ikan vitamin, mineral, dan lain-lain. Kalau dilihat sebagai organisme air akan selalu dari sisi praktis, pakan yang diberikan (P) berhubungan dengan air sebagai media = pakan yang dikonsumsi (C) + pakan yang budi daya ikan. Pada budi daya ikan tidak termakan (PT). Untuk ikan bagian secara intensif penggunaan pakan buatan yang tidak termakan ini bisa 0–10%, sangat mendominasi biaya produksi. sementara untuk udang dapat mencapai Seperti kita ketahui pakan ikan yang 15% (Goddard, 1996). Perbedaan itu diberikan selama kegiatan budi daya tidak terjadi karena ikan makannya jauh lebih seratus persen dikonsumsi oleh ikan. Jika cepat daripada udang, ransum udang konversi pakan pada ikan mas mencapai biasanya habis dimakan selama 0,5–2 jam 1,5 berarti dalam 1,5 kilogram pakan akan dan selama proses tersebut terjadi memberikan konstribusi penambahan pencucian pakan (leaching). berat daging ikan sebanyak 1 kilogram.

Dalam budi daya ikan secara intensif di mana 40–70% komponen biaya produksi adalah pakan ikan maka efisiensi pakan atau konversi pakan sangat penting diperhatikan. Dari sekian banyak pakan yang dikonsumsi oleh ikan maka akan banyak terjadi pelepasan bahan organik dan anorganik yang berasal dari pakan yang akan mempengaruhi kualitas air dalam wadah budi daya. Oleh karena itu, antara pemberian pakan dengan kualitas air di dalam budi daya ikan secara intensif sangat kompleks. Ada beberapa param- eter kualitas air yang sangat mem- pengaruhi aktivitas makan, metabolisme dan pertumbuhan ikan di antaranya adalah suhu air dan tingkat kelarutan oksigen. Pakan yang diberikan dalam budi daya ikan intensif akan dikonsumsi oleh ikan dan ikan akan mengeluarkan buangan berupa limbah organik dan organik ke dalam wadah budi daya. Salah satu limbah nitrogen yang sebagian besar berupa amoniak terlarut dan feses merupakan bahan yang akan banyak dibuang ke dalam peraiaran. Amoniak dikeluarkan oleh ikan melalui insang, urine, dan feses. Amoniak dapat mempengaruhi secara langsung pada ikan budi daya, sedangkan bahan limbah lainnya seperti phosphor dan nitrogen dalam bentuk lainnya secara tidak langsung akan mempengaruhi ikan juga. Karena amoniak dalam bentuk belum terionisasi sangat berbahaya bagi ikan, sedangkan feses yang dikeluarkan oleh ikan lama-kelamaan akan menjadi bahan tersuspensi ataupun terendap dalam sistem perairan.

Pada kolam air mengalir dengan pergantian air yang memadai maka kandungan amoniak dan feses yang terendap dalam wadah budi daya bisa terbuang keluar tetapi pada kolam pemeliharaan ikan dengan sistem air yang tidak mengalir maka semua amoniak dan feses yang dikeluarkan oleh ikan akan tetap mengendap di dalam wadah budi daya yang dapat mengakibatkan racun bagi ikan yang dibudi dayakan. Jika kolam dalam kondisi optimal, amoniak dan racun lainnya masih dapat dinetralisir dan akan diubah menjadi mikronutrien untuk pertumbuhan pakan alami di kolam budi daya. Jika kesuburan perairan menjadi meningkat, hal ini juga akan mem- bahayakan organisma air lainnya karena dengan adanya blooming phytoplankton dapat membahayakan bagi ikan. Oleh karena itu, keterkaitan antara pemberian pakan dengan kualitas air sangat penting diperhatikan dalam budi daya ikan secara intensif. Parameter yang akan dibahas dalam hal ini adalah suhu dan oksigen.

Suhu

Setiap ikan mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu karena sifat ikan yang poikilothermal yaitu mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan dengan suhu tubuhnya. Setiap jenis ikan ini mempunyai toleransi yang optimal terhadap suhu untuk dapat tumbuh dan berkembang. Berdasarkan perubahan suhu ikan yang hidup di daerah panas mempunyai aktivitas makan yang lebih tinggi Setiap ikan mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan suhu karena sifat ikan yang poikilothermal yaitu mampu beradaptasi dengan perubahan suhu lingkungan dengan suhu tubuhnya. Setiap jenis ikan ini mempunyai toleransi yang optimal terhadap suhu untuk dapat tumbuh dan berkembang. Berdasarkan perubahan suhu ikan yang hidup di daerah panas mempunyai aktivitas makan yang lebih tinggi

pertumbuhan ikan akan meningkat pula. gambar di bawah ini dan tabel 6.13. Gambar Kebutuhan suhu pada ikan mas dan ikan brown trout

Tabel 6.13 Kisaran Suhu Optimum untuk Beberapa Ikan Budi Daya (Goddard, 1996)

Jenis Ikan Suhu Optimal untuk Pertumbuhan ( ° C)

Rainbow trout 12 – 18 Atlantic salmon

12 – 17 Common carp

23 – 25 Channel catfish

28 – 30 European eel

18 – 21,5 Japanese eel

23 – 30 African catfish

25 – 27,5 Tilapia 25 – 30 Giant tiger shrimp 28 – 33

Giant freshwater prawn 25–30

Dari tabel di atas diketahui bahwa Oksigen Terlarut

setiap jenis ikan mempunyai kebutuhan Dalam Bab II kita telah bahas secara terhadap suhu yang berbeda, di mana detail tentang oksigen terlarut dalam

pada setiap jenis ikan mempunyai wadah budi daya ikan . Pada bab ini akan kebutuhan suhu optimum yang berbeda. dibahas kaitan antara kandungan oksigen Pada suhu lingkungan yang optimal terlarut dengan proses pemberian pakan. dimungkinkan juga ikan akan mengalami Kandungan oksigen terlarut dalam suatu pertumbuhan yang optimal. Oleh karena wadah budi daya sangat berpengaruh itu dalam proses pemeliharaan ikan agar terhadap aktivitas pemberian pakan, pakan yang diberikan dikonsumsi oleh ikan metabolisme, pertumbuhan, tipe, dan secara optimal karena aktivitas makannya jumlah pakan yang akan diberikan. meningkat perlu dibuat suatu lingkungan Kandungan oksigen terlarut dalam wadah

budi daya yang mempunyai suhu optimal. budi daya ikan minimal 5 ppm. Semakin tinggi kandungan oksigen terlarut dalam budi daya yang mempunyai suhu optimal. budi daya ikan minimal 5 ppm. Semakin tinggi kandungan oksigen terlarut dalam

Ikan sebagai organisme air mem- butuhkan energi untuk bergerak, mencari, dan mencerna makanan, untuk tumbuh dan merawat fungsi tubuhnya. Energi yang disimpan didalam tubuh ikan diperoleh dari proses metabolisme. Proses metabolisme ini membutuhkan oksigen. Oleh karena itu, ketersediaan oksigen terlarut dalam wadah budi daya ikan mutlak diperlukan. Dengan adanya kecukupan oksigen yang terlarut dalam wadah budi daya, kebutuhan ikan akan oksigen untuk proses metabolisme akan terpenuhi. Hal ini akan sangat meng- untungkan dalam proses pemberian pakan karena pakan yang dicerna oleh ikan akan termetabolisme dengan baik sehingga akan diperoleh energi yang akan dibutuhkan untuk tumbuh dan ber- kembang.

Rata-rata konsumsi oksigen pada organisme air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya berat tubuh, suhu air, dan tingkat aktivitas ikan. Pada umumnya ikan yang berukuran besar mengkonsumsi oksigen lebih banyak per jamnya daripada ikan yang berukuran kecil. Tetapi jika dihitung per berat tubuh ikan yang lebih kecil mengkonsumsi oksigen yang lebih banyak daripada ikan yang berukuran besar. Pada suhu yang tinggi dan aktivitas ikan yang tinggi, ikan akan membutuhkan oksigen lebih banyak daripada suhu yang rendah dan pada saat

ikan beristirahat. Ikan yang hidup di daerah tropis biasanya dapat hidup pada kondisi perairan yang kandungan oksigennya rendah seperti ikan nila yang masih dapat hidup pada kondisi oksigen terlarut 3 ppm dibandingkan dengan ikan salmon yang hanya dapat hidup jika perairan mengandung oksigen terlarut berkisar antara 5–6 ppm. Ikan melakukan pertukaran oksigen melalui sistem pernapasannya yaitu di insang khususnya lamella insang. Oksigen diserap maka karbondioksida dilepaskan. Perpindahan gas ini dilakukan secara difusi melewati membran tipis lamella yang memisahkan sistem perputaran darah dari air selama melewati insang. Kandungan oksigen dalam darah bergantung pada beberapa faktor diantaranya tekanan partial oksigen dan karbondioksida di dalam air, pH, suhu dan tingkat aktivitas makan ikan. Kandungan oksigen yang rendah dapat menyebabkan mortalitas dan lambatnya pertumbuhan ikan atau udang di dalam wadah budi daya.

Selama dalam pemeliharaan ikan yang dibudi dayakan selalu melakukan aktivitas makan. Selama proses pem- berian pakan, aktivitas makan ikan akan meningkat dan kebutuhan ikan akan oksigen pun meningkat dan akan menurun kembali jika ikan tidak melakukan aktivitas makan. Pada suhu air yang meningkat tinggi biasanya kandungan oksigen terlarut akan di dalam wadah budi daya menurun, tetapi kebutuhan ikan akan oksigen terlarut meningkat karena nafsu makan ikan meningkat dan proses Selama dalam pemeliharaan ikan yang dibudi dayakan selalu melakukan aktivitas makan. Selama proses pem- berian pakan, aktivitas makan ikan akan meningkat dan kebutuhan ikan akan oksigen pun meningkat dan akan menurun kembali jika ikan tidak melakukan aktivitas makan. Pada suhu air yang meningkat tinggi biasanya kandungan oksigen terlarut akan di dalam wadah budi daya menurun, tetapi kebutuhan ikan akan oksigen terlarut meningkat karena nafsu makan ikan meningkat dan proses

untuk proses metabolisme. dalam melakukan pemberian pakan serta berapa kali dalam sehari diperlukan pemberian pakan tersebut.