Metode Worksheet Prinsipnya hampir sama dengan trial and error atau mau menggunakan metode apa

6.2.5 Metode Worksheet Prinsipnya hampir sama dengan trial and error atau mau menggunakan metode apa

Metode yang terakhir dan saat ini saja untuk mengisi kolom jumlah bahan banyak digunakan oleh pembuat pakan baku yang akan digunakan di mana pada adalah metode worksheet. Metode ini metode ini perhitungan dapat dibantu dapat menggunakan alat bantu komputer dengan komputer. Metode ini dapat untuk menghitung jumlah bahan baku mempermudah para pembuat formulasi yang digunakan dengan membuat lembar untuk memperoleh formulasi pakan yang kerja pada program microsoft excell. Data lengkap dengan kandungan energi dari kandungan nutrisi bahan baku dan jenis formulasi pakan yang dibuat. Adapun

bahan baku yang akan digunakan langkah-langkah yang harus dilakukan bahan baku yang akan digunakan langkah-langkah yang harus dilakukan

• Lakukan pemilihan terhadap jenis baku akan saling melengkapi ke- bahan baku yang akan digunakan

kurangan dan kelebihan zat nutrisi dalam membuat pakan ikan. Misalnya

yang terkandung di dalam setiap akan dibuat pakan ikan mas, ikan mas

bahan baku. Misalnya bahan baku ini merupakan salah satu jenis ikan

yang akan digunakan tepung ikan, berdasarkan kebiasaan makannya

tepung kedelai, tepung bekicot, adalah ikan dari kelompok omnivora

tepung terigu, dedak, tepung jagung, yaitu kelompok ikan pemakan segala.

vitamin, dan mineral dengan Oleh karena itu, jenis bahan baku

komposisi zat nutrisi pada setiap yang akan digunakan untuk membuat

bahan baku tersebut seperti pada pakan ikan dapat bersumber dari

tabel di bawah ini. hewani, nabati, atau limbah hasil

Jenis Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar

Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)

Tepung ikan 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5 Tepung kedelai

35,8 19,8 1,8 4,9 33,9 Tepung keong mas

52,8 14,6 15,3 0,7 19,5 Tepung terigu

15,3 1,7 0,7 0,8 81,1 Tepung jagung

7,8 4,7 1,8 2,6 83,1 Dedak 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4

Vitamin – – – – –

Mineral – – – – –

Buatlah perkiraan jumlah setiap bahan tentukan terlebih dahulu jumlah setiap

• Dari tabel pada tahap sebelumnya •

baku yang akan digunakan dengan bahan baku yang akan digunakan

cara menggunakan metode yang untuk membuat pakan ikan mas dan

anda inginkan dan masukkan dalam kadar protein, lemak, dan karbohidrat

kolom yang berisi jumlah bahan baku serta energi (kalori) pakan buatan

dan hitunglah kadar protein, lemak yang akan dibuat. Misalnya kadar

dan karbohidratnya. Adapun worksheet protein pakan 35%, kadar lemak 10%,

yang dibuat seperti tabel di bawah ini. dan kadar karbohidrat kurang dari 40% dengan nilai energi (kalori) pakan buatan 3.500 sehingga ratio/per- bandingan protein dan energi 10.

Jenis Jumlah

Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar

Bahan Baku Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)

Tepung ikan

Tepung kedelai 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9 Tepung keong mas

52,8 14,6 15,3 0,7 19,5 Tepung terigu

15,3 1,7 0,7 0,8 81,1 Tepung jagung

7,8 4,7 1,8 2,6 83,1 Dedak 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4

Vitamin – – – – –

Mineral – – – – – Jumlah 100 35 10 – – < 40

• Langkah selanjutnya menentukan kan dan dimasukkan dalam worksheet jumlah bahan baku yang akan diguna- kedua seperti di bawah ini.

Jenis Jumlah

Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar

Bahan Baku Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)

Tepung ikan 20 65,8 6,5 20,1 0,8 8,5 Tepung kedelai

15 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9 Tepung keong mas

10 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5 Tepung terigu

10 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1 Tepung jagung

15 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1 Dedak 25 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4

Vitamin 2 – – – – –

Mineral 3 – – – – – Jumlah 100 35 10 – – < 40

• Hitunglah kandungan protein, lemak, kan metode coba-coba atau sesuai serat kasar dan bahan ekstrak tanpa

keinginan pembuat formulasi. Letak- nitrogen dari perkiraan formulasi di

kan hasil nutrisi bahan baku seperti atas sampai dioeroleh nilai seperti

worksheet di bawah ini. yang diinginkan dengan mengguna-

Jenis Jumlah

Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar

Bahan Baku Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)

Tepung ikan 20 65,8 65,8 20,1 0,8 8,5 13,16 1,3 0,17

Tepung kedelai 15 35,8 35,8 1,8 4,9 33,9 5,37 2,97 5,09

Tepung keong mas 10 52,8 52,8 15,3 0,7 19,5 5,28 0,14 1,95

Tepung terigu 10 15,3 15,3 0,7 0,8 81,1 1,53 0,17 8,11

Tepung jagung 15 7,8 7,8 1,8 2,6 83,1 1,17 0,71 12,47

Dedak 25 13,3 13,3 10,7 8,5 53,4 3,33 3,53 13,35

Vitamin 2 – – – – –

Mineral 3 – – – – – Jumlah 100 30 10 – – <40

Dari hasil perhitungan dengan meng- Pada perhitungan tersebut diperoleh gunakan bantuan komputer dengan kadar protein yang kurang dari 35%, begitu program excel (misalnya kolom 2 dikalikan juga dengan kadar lemak sedangkan dengan kolom 3 dibagi 100) atau dengan karbohidratnya berlebih, maka dalam menggunakan perhitungan matematika menghitung kebutuhan jumlah bahan baku biasa dalam metode coba-coba di mana selanjutnya harus ditambahkan bahan jumlah bahan baku dikalikan dengan kadar baku yang mempunyai kadar protein tinggi protein dibagi 100, begitu juga dengan dan mengurangi bahan baku yang kadar lemak dan karbohidrat (Bahan kandungan karbohidratnya tinggi. Oleh ekstrak tanpa nitrogen). Dari hasil karena itu, harus dibuat kembali perhitungan itu ternyata hasil yang worksheets selanjutnya seperti di bawah diperoleh belum sesuai dengan keinginan ini. penyusun pada awalnya maka harus dilakukan perhitungan nilai yang pas dengan rencana.

Jenis Jumlah

Kadar Kada Kadar Kadar Serat Kadar

Bahan Baku Bahan Baku Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Kasar (%) BETN (%)

Tepung ikan 26 65,8 65,8 20,1 0,8 8,5 17,11 1,69 2,21

Tepung kedelai 12 35,8 19,8 1,8 4,9 33,9 4,29 2,38 4,07

Tepung keong mas 17 52,8 14,6 15,3 0,7 19,5 8,97 2,48 3,32

Tepung terigu 10 15,3 1,7 0,7 0,8 81,1 1,53 0,17 8,11

Tepung jagung 10 7,8 4,7 1,8 2,6 83,1 0,78 0,47 8,31

Dedak 20 13,3 14,1 10,7 8,5 53,4 2,66 2,82 10,64

Vitamin 2 – – – – –

Mineral 3 – – – – – Jumlah 100 35 10 – – <40

Setelah diperoleh kadar nutrisi bahan energi dari komposisi bahan baku sebagai baku pakan sesuai dengan rencana berikut. langkah selanjutnya menghitung nilai

Protein : 353,4 gram × 4,48 kkal/gram = 1.583,23 kkal Lemak

752,75 kkal Karbohidrat : 366,6 gram × 3,28 kkal/gram = 1.202,45 kkal ––––––––––– + 3.538,48 kkal

: 100,1 gram × 7,52 kkal/gram =

Maka protein energi ratio 3538,48 dibagi 350 = 10,1.

Hal ini berarti dalam satu gram 6.3 Prosedur Pembuatan Pakan

protein yang dihasilkan dari formulasi Setelah ditentukan komposisi bahan pakan tersebut diimbangi dengan energi

baku yang akan dibuat pakan buatan sebesar 10,1 kkal, yang berarti energi dengan menggunakan salah satu metode,

yang diperoleh dari hasil perhitungan langkah selanjutnya melakukan pembuat- formulasi pakan tersebut sudah memenuhi an pakan ikan. Prosedur dalam pembutan kriteria kebutuhan ikan akan energi yaitu pakan ikan dapat dikelompokkan ber-

berkisar antara 8–10. dasarkan skala usahanya yaitu:

1. Skala besar yaitu pembuatan pakan ikan secara besar/pabrikasi.

2. Skala sedang yaitu pembuatan pakan untuk memenuhi kegiatan produksi dengan peralatan sedang.

3. Skala kecil yaitu pembuatan pakan secara sederhana dengan mengguna- kan peralatan rumah tangga.

Dalam proses pembuatan pakan ikan diperlukan beberapa peralatan baik untuk skala pabrikasi, sedang dan skala rumah tangga. Adapun peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Alat penepung (grinding)

2. Alat pencampur (mixing)

3. Alat pengukus/pemanas (steaming)

4. Alat pencetak (pelleting)

5. Alat pengering (drying)

6. Alat pengepak/pengemasan (packing)

Alat Penepung (Grinding) Alat penepung digunakan untuk

membuat semua bahan baku yang akan digunakan berubah menjadi tepung. Seperti penjelasan sebelumnya, sebelum membuat pakan diharuskan untuk memilih jenis-jenis bahan baku yang akan diguna- kan untuk membuat pakan. Jenis-jenis bahan baku yang telah dipilih dan ditentu- kan jumlahnya berdasarkan hasil per- hitungan formulasi pakan pada materi sebelumnya, selanjutnya dilakukan proses penepungan terhadap bahan-bahan baku tersebut. Bahan baku yang akan dibuat menjadi pakan buatan semuanya harus dalam bentuk tepung karena jika ada bahan baku yang tidak dalam bentuk tepung akan terjadi campuran bahan baku yang tidak homogen dan akan menyebab- kan pakan yang akan dibuat tidak dapat menggumpal dengan baik. Penghalusan bahan baku sampai menjadi tepung ini menggunakan alat bantu penepungan.

Penepungan bahan baku harus dilakukan agar proses pembuatan pakan sesuai prosedur. Bahan baku untuk pembuatan pakan buatan pada umumnya bahan baku kering. Ukuran tepung untuk bahan baku pakan buatan dalam bentuk pellet sebaiknya berukuran kurang dari 0,6 mm, agar daya ikat antarpartikel bahan baku lebih kuat sehingga tidak mudah larut dalam air. Untuk mendapatkan ukuran tepung yang diinginkan tersebut kita dapat mengatur saringan yang terdapat pada alat penepung dengan cara mengganti/ menukar saringannya sesuai dengan yang diinginkan. Namun perlu diingat dalam menggunakan saringan pada alat penepung sebaiknya bertahap, yaitu saringan yang digunakan pertama kali harus saringan yang paling kasar sampai yang terakhir saringan yang paling halus atau ukuran saringan yang diinginkan. Hal ini perlu diperhatikan agar dalam proses penepungan tidak terjadi kemacetan pada mesin yang dapat mengakibatkan ke- rusakan mesin.

Ada dua jenis alat yang dapat diguna- kan untuk melakukan penepungan bahan baku. Peralatan yang digunakan pada proses penepungan menggunakan saringan adalah menggunakan alat penepung disk mill (Gambar 6.1) dan hammer mill (Gambar 6.2).

Gambar 6.1 Disk mill Gambar 6.1 Disk mill

dilakukan proses pencampuran. Proses pencampuran bahan baku harus dilakukan dengan cara mencampur bahan baku yang jumlahnya paling sedikit kemudian secara bertahap ditambahkan jenis bahan baku lainnya yang jumlahnya semakin banyak. Hal ini bertujuan agar semua bahan baku tersebut dapat tercampur

secara homogen. Pencampuran bahan Gambar 6.2 Hammer mill baku kering yang sempurna akan sangat

Disc mill adalah alat penepung yang berpengaruh terhadap kekompakan bekerja dengan cara berputarnya suatu bahan baku tersebut jika sudah dicampur pasangan piringan logam baja yang satu dengan air menjadi adonan dan siap berputar sedangkan yang lainnya sebagai dibentuk sesuai keinginan. landasan. Bahan baku yang akan ditepung

Proses pencampuran bahan baku berada pada dua kepingan logam menjadi suatu campuran yang homogen

tersebut, kemudian bahan baku yang telah dapat dilakukan dengan menggunakan dihancurkan akan dilakukan proses alat pencampur baik alat pencampur penyaringan dalam peralatan ini secara vertikal (Vertical mixer) (Gambar 6.3) langsung. Sedangkan hammer mill adalah maupun horizontal (horizontal mixer) alat penepung yang bekerja dengan cara (Gambar 6.4). Pemakaian jenis alat pen- prinsip palu yaitu memukul suatu bahan campur ini sangat bergantung kepada baku yang akan ditepung pada sistem kapasitas produksi. saringan yang berfungsi sebagai lempeng- an plat yang akan terpukul semua bahan baku dan tersaring pada saringan tersebut.

Disc mill dan hammer mill ini dibuat dengan berbagai macam kapasitas produksi bergantung pada keinginan pemakai alat ini bisa digunakan untuk skala pabrikasi, skala menengah, atau skala rumah tangga. Kapasitas produksi peralatan ini mulai dari 1kg per jam sampai

Gambar 6.3 Gambar 6.4 satu ton per jam. Vertical mixer Horizontal mixer

Alat Pencampur Alat Pemanas/Pengukus Setelah penepungan bahan baku

Alat pemanas ini biasanya dilakukan dilakukan terhadap semua jenis bahan jika dalam membuat pakan ikan meng-

baku yang akan digunakan untuk pem- gunakan beberapa bahan baku yang buatan pakan buatan adalah melakukan mengandung zat antinutrisi. Di mana penimbangan ulang bahan baku sesuai dengan perlakuan pemanasan zat

dengan formulasi yang telah ditentukan antinutrisi ini akan menjadi tidak aktif dan dengan formulasi yang telah ditentukan antinutrisi ini akan menjadi tidak aktif dan

Tabel 6.8 Bahan Baku Pakan yang Mengandung Zat Antinutrisi, dan Cara Menghilangkan Zat Antinutrisi (Millamena et al, 2000)

Zat Antinutrisi Aksi Merugikan Bahan Pakan Perbaikan

Trypsin Mengikat trypsin untuk mem-

Kedelai dan berbagai

Pemanasan pada suhu inhibitor bentuk senyawa inaktif legumes 175–195°C atau dimasak selama 10 menit

Lectins Menghancurkan sel darah merah Kedelai dan berbagai

Merebus di dalam air/ legumes dimasukkan dalam auto- clave selama 30 menit

Goitrogens Menghambat penyerapan iodine

Kedelai dan berbagai

Diuapkan dan atau di-

kedalam kelanjar thyroid legumes masukkan dalam auto-

clave selama 10–30 menit

Antivitamin D Mengikat vitamin D membuatnya

Kedelai dan berbagai

Diautoclave atau direbus tidak bermanfaat legumes selama 30 menit

Antivitamin E

Mengurangi kontribusi vitamin E Kedelai dan berbagai

Merangsang penghancuran thiamin Ikan mentah kerang

Diautoclave, dipanaskan (Vit B1) dan kedelai dan dimasak

Estrogens Mengganggu reproduksi Tanaman glycoside Dibuat larutan ekstrak

(isoflavon)

Gossipol Mengikat phosphor dan beberapa Tepung biji kapuk Menambahkan garam besi protein atau phytase

Tannin Mengikat protein dan meng-

Kacang-kacangan dan

Dehulling

hambat pencernaan trypsin legumes

Cyanogens Melepaskan racun asam hydro- Daun singkong Direndam dalam air cyanic selama 12 jam

Mimosine Mengganggu sintesis enzim pada Daun ipil-ipil Daun direndam selama 24 hati, merusak sel hepatopankreas

jam

udang

Peroksida Mengikat protein dan vitamin Penyimpanan yang

Penyimpanan diperbaiki

jelek

Phytates Mengikat protein dan mineral dan Tepung biji kapas, Dehulling

mengurangi daya gunanya kedelai dan legumes

Alat Pencetak Alat Pengering

Alat pencetak adalah alat yang diguna- Pada skala usaha rumah tangga alat kan untuk mencetak pakan buatan. Bentuk yang digunakan untuk mengeringkan

alat pencetak ini sangat bergantung pada pakan buatan adalah sinar matahari atau bentuk pakan buatan yang akan dicetak. oven biasa. Pada industri skala menengah Bentuk pakan buatan yang biasa dibuat biasanya menggunakan oven listrik, adalah pakan kering dalam bentuk pelet sedangkan pada industri skala besar dan ukuran pakannya disesuaikan dengan pakan buatan yang dibuatnya meng- peruntukan ikan. Alat pencetak (peleting) gunakan alat pencetak yang lengkap untuk skala rumah tangga dapat digunakan dengan alat pemanas (steam) sehingga alat penggiling daging (Gambar 6.5), pelet yang dihasilkan sudah dalam bentuk sedangkan skala menengah dapat meng- pelet kering. gunakan alat peleting (Gambar 6.6) dan skala besar/pabrikasi dengan mengguna- Prosedur Pembuatan Pakan Skala kan alat peleting otomatis (Gambar 6.7). Besar/Pabrikasi Panjang dan diameter pelet ini dapat diatur

Pada skala besar pembuatan pakan sesuai dengan kebutuhan (Gambar 6.8). biasanya menggunakan peralatan yang

cukup canggih dan lengkap dengan skala produksi dapat mencapai 1–20 ton per hari. Adapun langkah pengerjaan pakan

ikan ini dilakukan dengan alur proses seperti gambar di bawah ini (Gambar 6.6).

Gambar 6.5. Alat penggiling daging

Gambar 6.6. Alur proses pembuatan pakan skala pabrikasi

Tahap awal dalam pabrik pakan skala pabrikasi dilakukan persiapan bahan baku. Semua bahan baku di pabrik disimpan pada alat yang disebut silo (Gambar 6.7).

Gambar 6.7 Silo

Setiap bahan baku yang disimpan dalam silo ada yang sudah ditepung terlebih dahulu atau masih dalam bentuk bahan mentah. Jika bahan baku masih dalam bentuk mentah maka dilakukan proses penepungan terlebih dahulu sampai semua jenis bahan baku tersebut menjadi tepung. Bahan baku yang dibuat menjadi tepung adalah bahan baku dalam bentuk kering. Proses tahap awal ini biasa disebut milling. Setelah semua bahan baku menjadi tepung langkah kedua melakukan pencampuran bahan baku ( mixing), sebelum bahan baku kering tersebut dilakukan pencampuran harus dilakukan penimbangan terlebih dahulu terhadap bahan baku tersebut sesuai dengan formulasi yang telah disusun sebelumnya. Bahan-bahan tambahan seperti vitamin, mineral, dan minyak sebagai sumber lipid biasanya ditambahkan setelah semua bahan tercampur sempurna (homogen), kemudian dibiarkan selama 15 menit.

Langkah selanjutnya, mencetak pelet menjadi bentuk pelet dengan ukuran yang telah ditentukan (peleting), ukuran pelet ini berkisar antara 1–22 mm. Pada skala pabrik pelet yang telah tercetak akan langsung masuk ke dalam mesin uap (steam) yang sudah terangkai secara pararel dengan peralatan peleting. Langkah terakhir dalam proses pembuatan pakan adalah pengemasan dan penyimpanan pakan. Dalam skala pabrikasi pelet yang telah tercetak biasanya langsung dikemas dalam prosesnya dibuat secara berangkai dengan proses pencetakan pelet. Mesin yang digunakan untuk mengemas pakan ini dilakukan secara otomatis.

Pengemasan Pakan

Pengemasan/pengepakan pakan buatan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan pakan sebelum didistribusikan kepada konsumen. Pengemasan pakan buatan dapat dilakukan secara langsung dari proses pembuatan pakan. Dengan pengemasan yang benar akan sangat menentukan daya simpan pakan buatan. Pengemasan yang baik akan dapat meningkatkan daya simpan pakan buat semakin lama sebelum dijual dan tetap mempertahankan kualitas pakan buatan.

Oleh karena itu, agar pakan buatan yang sudah kering sampai kadar airnya berkisar antara 10–12% sebelum dijual atau digunakan oleh konsumen dan tetap terjaga kadar airnya di dalam kemasan sehingga pakan buatan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan kualitas tetap terjaga, maka pakan buatan harus dikemas dengan rapi dan terisolasi dengan udara bebas, sehingga tidak mudah terkontaminasi. Bahan yang umum digunakan untuk mengemas pakan buatan Oleh karena itu, agar pakan buatan yang sudah kering sampai kadar airnya berkisar antara 10–12% sebelum dijual atau digunakan oleh konsumen dan tetap terjaga kadar airnya di dalam kemasan sehingga pakan buatan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan kualitas tetap terjaga, maka pakan buatan harus dikemas dengan rapi dan terisolasi dengan udara bebas, sehingga tidak mudah terkontaminasi. Bahan yang umum digunakan untuk mengemas pakan buatan

Dalam melakukan pengemasan pakan buatan dibutuhkan alat untuk memasukkan pakan langsung ke dalam kantong kemasan dan dilakukan penjahitan pada kantong bagian dalam dan bagian luar. Pada pengemasan skala pabrik semua alat pengemasan sudah terangkai menjadi satu pada saat pakan buatan masuk ke dalam kantong kemasan langsung dilakukan penjahitan otomatis pada kemasan tersebut. Tetapi pada beberapa perusahaan kecil proses pengemasan dilakukan secara manual dengan memasukkan pakan buatan ke dalam kantong dan ditimbang beratnya secara manual, kemudian dilakukan penjahitan kantong kemasan dengan menggunakan mesin jahit portable untuk plastik kemasan.

Pakan buatan yang dikemas dalam kemasan yang benar akan mempunyai daya simpan yang relatif lebih panjang daripada pakan yang tidak dikemas dengan benar. Dengan tidak adanya udara

bebas dalam kantong kemasan maka mikroorganisme perusak pakan buatan tidak dapat tumbuh sehingga pakan buatan yang dikemas dengan prosedur yang benar akan mampu disimpan dalam jangka waktu 90-100 hari.

Jumlah pakan buatan dalam setiap kantong kemasan berbeda mulai dari ukuran 5 kg per kemasan sampai 50 kg per kemasan. Ukuran kemasan 5 kg–10 kg biasanya digunakan untuk mengemas pakan buatan untuk ikan dalam kelompok larva/benih, sedangkan kemasan 25 kg–

50 kg biasanya digunakan untuk mengemas pakan buatan untuk ikan kelompok grower/pembesaran dan induk ikan.

Penyimpanan Pakan Proses terakhir dari suatu usaha

pembuatan pakan adalah penyimpanan. Penyimpanan pakan buatan yang telah dibuat harus dilakukan dengan benar agar pakan yang telah dibuat tidak mengalami kemunduran mutu pakan. Dalam menyimpan pakan buatan ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi stabilitas nutrien pakan yang disimpan sebagai berikut.

1. Kadar air pakan yang akan disimpan sebaiknya tidak lebih dari 10% agar tidak diserang jamur dan serangga.

2. Kelembaban relatif ruangan penyimpan- an pakan sebaiknya kurang dari 65%, jika lebih dari 65% akan cepat me- rangsang pertumbuhan jamur dan serangga.

3. Suhu ruangan penyimpanan pakan yang tinggi akan merusak dan mengurangi ketersediaan nutrien pakan. Suhu ruangan yang ideal untuk menyimpan pakan adalah 20°C.

4. Supply oksigen di dalam ruangan

4. Lama penyimpanan pakan buatan di penyimpanan harus mencukupi. Hal

dalam ruang penyimpanan sebaiknya ini dapat dilakukan dengan membuat

tidak lebih dari tiga bulan. Gunakan ruangan penyimpanan yang banyak

pakan yang diproduksi terlebih dahulu, terdapat ventilasi. Dengan adanya

baru pakan yang diproduksi selanjut- ventilasi yang cukup akan terdapat

nya (First in- first out) pergantian udara yang cukup di dalam

5. Jangan berjalan di atas tumpukan ruangan penyimpanan yang akan

pakan. Hal ini dapat mengakibatkan mengakibatkan rendahnya suhu

rusak dan hancurnya pakan buatan.

didalam ruangan.

5. Kadar lemak dalam pakan, pakan Prosedur Pembuatan Pakan Skala buatan pada umumnya mengandung Menengah atau Rumah Tangga lemak, selama proses penyimpanan

Proses pembuatan pakan skala lemak yang terdapat di dalam pakan rumah tangga dengan skala menengah

jika ruangan tidak memenuhi syarat tidak jauh berbeda, di mana tahapannya

maka lemak yang terkandung di dimulai dari:

dalam pakan akan mengakibatkan 1. Pemilihan bahan baku proses peroksidasi lemak terjadi dan 2. Penepungan bahan baku (grinding) pakan akan tengik dan bau busuk. 3. Pengayakan bahan baku (screening)

4. Penimbangan bahan baku (weighing) Berdasarkan beberapa hal tersebut di

5. Pencampuran bahan baku (mixing) atas maka dalam melakukan proses

6. Pencampuran adonan kering dan penyimpanan pakan buatan ada beberapa

basah

prosedur yang harus dilakukan dalam

7. Pencetakan (peleting) menyimpan pakan buatan dalam bentuk

kering yaitu: 8. Pengeringan pelet

1. Ruang penyimpanan pakan harus 9. Pengemasan pelet bersih, kering, aman, dan memiliki

10. Penyimpanan pakan buatan ventilasi yang baik. Sebaiknya ruang

Kesepuluh tahapan prosedur pem- penyimpanan berbungan langsung buatan pakan ini harus dilakukan untuk

dengan sinar matahari. memperoleh pakan buatan yang sesuai

2. Kemasan pada pakan harus terdapat dengan keinginan. Langkah pertama label pakan dan kandungan nutrisi dilakukan pada saat sebelum menyusun yang terdapat pada pakan serta masa formulasi pakan dan pemilihan bahan baku kedaluarsa pakan tertera pada pada saat akan dilakukan proses pem-

kemasan (tanggal kedaluwarsa pakan). buatan pakan adalah dengan memilih

3. Tumpukan kemasan pakan dalam bahan baku yang bermutu agar pakan tempat penyimpanan pakan sebaik- yang akan dibuat juga menghasilkan nya tidak lebih dari enam tumpukan. bentuk pakan yang sesuai. Bentuk pakan Jarak palet yaitu kayu tempat buatan yang akan dibuat mempunyai meletakkan pakan dalam ruang ukuran sesuai dengan kebutuhan ikan. penyimpanan berjarak 12–15 cm dari Para pembudi daya ikan yang akan dasar lantai agar tidak terjadi membuat pakan ikan biasanya meng- kerusakan pakan yang ada di dasar gunakan acuan seperti Tabel 6.9. oleh serangga, kutu, abu, serta sirkulasi udara dari bawah cukup baik.

Tabel 6.9 Acuan Bentuk dan Tipe Pakan Buatan untuk Ikan Budi Daya (Millamena et al, 2000)

Ukuran Ikan

(gram)

Tipe Pakan Diameter Pakan (mm)

Panjang Pakan

(mm)

Starter Grower Grower

Finisher

Finisher

Setelah penyusunan bahan baku selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah melakukan penepungan setiap jenis bahan baku. Bahan baku yang akan digunakan untuk membuat pakan ikan semua harus dalam bentuk tepung dan semuanya harus berukuran sama. Pada skala rumah tangga biasanya para pembudi daya membeli bahan baku dalam bentuk tepung, tetapi ukuran tepungnya berbeda. Oleh karena itu, harus dilakukan penyaringan semua jenis bahan baku tersebut dengan menggunakan saringan atau ayakan khusus tepung. Hal ini harus dilakukan pada semua bahan baku yang akan digunakan sampai ukuran partikel bahan baku tersebut semuanya sama. Saringan yang digunakan adalah saringan yang mempunyai ukuran khusus tepung.

Bahan baku yang telah menjadi tepung selanjutnya dilakukan penimbangan sesuai dengan formulasi pakan yang telah dibuat sebelumnya dan diletakkan dalam wadah yang terpisah. Kemudian dilakukan pencampuran bahan baku dari mulai bahan baku yang paling sedikit sampai yang terbanyak. Hal ini dilakukan agar semua bahan baku tersebut tercampur secara homogen. Jika menggunakan alat

pencampur (mixer) bahan baku yang dicampur ke dalam alat tersebut adalah bahan baku kering, minimal pencampuran dilakukan selama lima menit. Pada proses skala rumah tangga dapat dilakukan pencampuran bahan baku kering dan pencampuran bahan baku basah. Hal ini dilakukan jika bahan baku yang digunakan sebagai perekat misalnya kanji dan untuk meningkatkan tingkat kecernaan kanji tersebut dalam pakan ikan maka kanji tersebut dibuat adonan basah yang terpisah dari bahan baku lainnya. Dengan cara melakukan pemanasan kanji dengan air seperti membuat lem (sebagai acuan dapat digunakan 50 gram kanji dimasak dalam 200 ml air untuk membuat adonan pakan sebanyak 1000 gram) sampai kanji tersebut lengket seperti jelli. Jika meng- gunakan adonan basah dalam membuat pakan ikan maka harus dilakukan pen- campuran antara bahan kering dan bahan basah tersebut sampai benar-benar diperoleh campuran yang homogen. Untuk melihat apakah campuran tersebut benar- benar tercampur, buatlah bentuk adonan tersebut bola-bola dan adonan tersebut sudah tidak lengket di tangan. Setelah dilakukan pencampuran bahan baku pencampur (mixer) bahan baku yang dicampur ke dalam alat tersebut adalah bahan baku kering, minimal pencampuran dilakukan selama lima menit. Pada proses skala rumah tangga dapat dilakukan pencampuran bahan baku kering dan pencampuran bahan baku basah. Hal ini dilakukan jika bahan baku yang digunakan sebagai perekat misalnya kanji dan untuk meningkatkan tingkat kecernaan kanji tersebut dalam pakan ikan maka kanji tersebut dibuat adonan basah yang terpisah dari bahan baku lainnya. Dengan cara melakukan pemanasan kanji dengan air seperti membuat lem (sebagai acuan dapat digunakan 50 gram kanji dimasak dalam 200 ml air untuk membuat adonan pakan sebanyak 1000 gram) sampai kanji tersebut lengket seperti jelli. Jika meng- gunakan adonan basah dalam membuat pakan ikan maka harus dilakukan pen- campuran antara bahan kering dan bahan basah tersebut sampai benar-benar diperoleh campuran yang homogen. Untuk melihat apakah campuran tersebut benar- benar tercampur, buatlah bentuk adonan tersebut bola-bola dan adonan tersebut sudah tidak lengket di tangan. Setelah dilakukan pencampuran bahan baku

Proses selanjutnya setelah pakan

6.4 Uji Coba Pakan Ikan

buatan dicetak adalah melakukan Pakan ikan yang akan digunakan oleh pengeringan terhadap pakan yang telah ikan budi daya harus dilakukan uji coba dicetak. Pakan tersebut kemudian dikeringkan dengan menggunakan alat terhadap pakan tersebut. Hal ini dilakukan

agar pakan yang akan digunakan tersebut pengering atau dengan menggunakan memberikan hasil yang optimal sesuai sumber panas alami yaitu sinar matahari. dengan standar produk pakan ikan. Uji Proses pengeringan dengan meng- coba terhadap pakan ikan dapat di- gunakan sinar matahari bisa memakan kelompokkan menjadi tiga yaitu : waktu 2–3 hari jika sinar matahari bersinar

sepanjang hari. Jika menggunakan alat

1. Uji pakan secara kimia

2. Uji pakan secara fisik pengering hanya beberapa jam saja

3. Uji pakan secara biologi tergantung suhu pemanasan di dalam

oven sampai kadar air dalam pakan

6.4.1 Uji Pakan secara Kimia

tersebut adalah kurang dari 10%. Hal ini Uji pakan ikan secara kimia dapat bertujuan agar pakan yang dibuat dilakukan jika memiliki peralatan analisa

mempunyai daya simpan lama dan proses proximat yang lengkap. Pada uji secara pembusukan dihambat karena kadar air kimia bertujuan untuk mengetahui

dalam bahan pakan sangat rendah. kandungan gizi pada pakan buatan yang Setelah pakan buatan dicetak dan telah dibuat pakan sesuai dengan

dikeringkan, langkah selanjutnya melaku- formulasi pakan yang disusun. Uji coba ini kan pengemasan dan penyimpanan pakan sangat berguna bagi konsumen dan juga ikan seperti yang dilakukan pada skala sebagai pengawasan mutu pakan yang pabrikasi. Jika Anda bertujuan untuk diproduksi. Uji pakan secara kimia menjual produk pakan ikan kepada meliputi: masyarakat dan dilakukan sebagai suatu

1. Uji kadar air, kadar air yang baik untuk usaha produksi pakan ikan, pakan ikan

pelet/pakan buatan adalah kurang dari yang telah dibuat harus dilakukan uji coba

12%. Hal ini sangat penting karena terhadap pakan yang telah dibuat tersebut.

pakan buatan tidak langsung di- Uji coba pakan yang telah dibuat sebelum konsumsi oleh ikan setelah diproduksi pakan buatan tidak langsung di- Uji coba pakan yang telah dibuat sebelum konsumsi oleh ikan setelah diproduksi

suhu 105–10°C, dengan pemanasan tersebut maka air akan menguap. Peralatan yang digunakan untuk melakukan uji kadar air adalah oven dan peralatan gelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar

Gambar 6.8 Alat pengukur kadar air

2. Uji kadar protein, kadar protein pelet tidak langsung. Cara ini menentukan yang dibuat harus benar-benar

kadarN-nya kemudian mengalikan disesuaikan dengan ukuran ikan dan

dengan protein 6,25. Peralatan yang jenis ikan yang akan mengkonsumsi

digunakan untuk mengukur kadar pro- pakan tersebut. Prinsip pengujian

tein pakan ikan dengan peralatan semi kadar protein di laboratorium

mikrokyeldahl. Untuk lebih jelasnya menggunakan cara Kyeldahl yaitu

dapat dilihat pada Gambar 6.9. menentukan kadar protein secara

Gambar 6.9. Peralatan pengukuran kadar protein

3. Uji kadar lemak, kadar lemak dalam Prinsip pengujian kadar lemak adalah pakan buatan menurut hasil penelitian

bahan makanan akan larut di dalam sebaiknya kurang dari 8%. Hal ini

petrolium eter disebut lemak kasar. Uji dikarenakan jika kadar lemak dalam

ini menggunakan alat yang disebut pakan tinggi akan mempercepat

Soxhlet. Untuk lebih jelasnya dapat proses ketengikan pakan buatan. dilihat pada Gambar 6.10.

Gambar 6.10. Peralatan pengukuran kadar lemak

4. Kadar Serat kasar, kadar serat kasar kasar adalah menentukan zat organik dalam pakan buatan menurut hasil

yang tidak larut dalam asam kuat dan penelitian sebaiknya kurang dari 7%.

basa kuat dan disertai pemanasan. Serat kasar ini diperlukan untuk

Peralatan yang digunakan untuk menambah baik Struktur pelet.

melakukan pengukuran kadar serat Kandungan serat kasar yang terlalu

kasar adalah peralatan soxhlet tinggi pada pakan buatan akan

ditambah dengan peralatan lainnya. mempengaruhi data cerna dan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penyerapan di dalam alat pencernaan

Gambar 6.11.

ikan. Prinsip pengujian kadar serat

Gambar 6.11. Peralatan pengukuran kadar serat kasar

5. Kadar abu, kadar abu dalam pakan Pengukuran Kadar Air buatan sebaiknya kurang dari 12%.

Pengukuran kadar air pakan ikan atau Kadar abu ini merupakan bahan bahan baku yang akan digunakan untuk

anorganik, jika kadar abu tinggi dalam membuat pakan ikan dapat dilakukan pakan buatan berarti pakan buatan dengan cara pemanasan yang biasa tersebut tidak akan memberikan disebut Metode Gravimetri. pertumbuhan yang baik untuk ikan. Prinsip : Air akan menguap seluruhnya Prinsip pengujian kadar abu ini adalah

jika bahan makanan dipanas- bahan makanan dilakukan pemanasan

kan pada suhu 105–110°C.

di dalam tanur listrik yang bersuhu Peralatan :

600°C. Pada suhu tersebut semua • Botol timbang bertutup/cawan bahan organik akan menguap dan • Dessiccator/Eksikator yang tertinggal hanya bahan • Oven anorganik yaitu abu. Peralatan untuk • Neraca analitik melakukan pengukuran kadar abu dilakukan dengan menggunakan Langkah Kerja 1: tanur listrik. Untuk lebih jelasnya dapat

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada dilihat pada Gambar 6.12. suhu 105–110°C selama 1jam, dinginkan dalam eksikator selama 10

menit dan ditimbang (x 1 ).

2. Timbang bahan/contoh yang telah dihaluskan sebanyak 2–3 gram (a) lalu

dimasukkan ke dalam cawan X 1 .

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven selama 4–6 jam pada suhu 105– 110°C, dinginkan dalam eksikator kemudian timbang, lakukan pemanasan kembali dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator dan timbang, lakukan hal tersebut sampai

tercapai berat yang konstan (selisih Gambar 6.12. Peralatan pengukuran kadar abu penimbangan berturut-turut kurang Adapun prosedur yang dapat dilaku-

dari 0,02 gram).

kan dalam melakukan uji coba secara

4. Hitunglah persentase kadar air bahan kimia yang disebut dengan melakukan uji

yang dapat diperoleh dengan rumus analisa proksimat dapat menggunakan sebagai berikut:

beberapa metode. Di bawah ini akan (X 1 + a) X ) Kadar air (%) = a 2 × 100% diuraikan beberapa metode yang dapat

dilakukan dalam melakukan pengukuran beberapa parameter uji kimia pakan ikan. Adapun prosedur yang harus dilakukan sebagai berikut.

Prosedur pengukuran kadar air dapat Langkah Kerja 1: dilakukan berdasarkan prosedur Standar

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada Nasional Indonesia (SNI), dengan meng-

suhu 105–110°C selama 1 jam, gunakan pengukuran dengan SNI yang

dinginkan dalam eksikator selama 10 merupakan suatu standar dalam melakukan

menit dan ditimbang (X 1 ). pengukuran yang telah diakreditasi secara

2. Timbang bahan/contoh yang kering internasional yang disebut dengan ISO sebanyak 2– 3 gram (a) lalu masukkan

17025 mengenai Internasional Standar ke dalam cawan X 1 . Operational untuk kegiatan laboratorium.

3. Masukkan cawan dan bahan ke dalam Oleh karena itu, bagi para penguji yang oven pengabuan/tanur dengan cara

laboratoriumnya telah mendapatkan dipanaskan dengan suhu 550 – 600°C sertifikat ini akan menggunakan prosedur

sampai menjadi abu dan berwarna pengujian dengan prosedur SNI. putih (selama 3–6 jam).

Langkah Kerja SNI: 4. Dinginkan dalam eksikator selama 15

1. Timbang dengan saksama 1–2 g menit dan timbang cawan dan abu cuplikan pada sebuah botol timbang

tersebut (X 2 ).

bertutup yang sudah diketahui

5. Hitunglah persentase kadar abu bobotnya (W1). bahan yang dapat diperoleh dengan

2. Keringkan pada oven suhu 105°C rumus sebagai berikut: selama 3 jam. (X

X)

3. Dinginkan dalam eksikator. Kadar abu (%) =

2 1 × 100% a

4. Timbang (W), ulangi pekerjaan ini Langkah Kerja SNI:

hingga diperoleh bobot tetap.

1. Timbang dengan saksama 2–3 g Perhitungan:

contoh ke dalam cawan porselen yang

telah diketahui bobotnya. Kadar air = W1 × 100%

2. Arangkan di atas nyala pembakar, lalu abukan dalam tanur listrik pada suhu

Pengukuran Kadar Abu maksimum 550°C sampai pengabuan

Pengukuran kadar abu pakan ikan sempurna (sekali-kali pintu tanur atau bahan baku yang akan digunakan

dibuka sedikit, agar oksigen bisa untuk membuat pakan ikan dapat

masuk).

dilakukan dengan cara pemanasan yang

3. Dinginkan dalam eksikator, lalu biasa disebut dengan Metode Gravimetri.

timbang sampai bobot tetap. Prinsip

: Bahan makanan jika dilakukan Perhitungan: pemanasan di dalam tanur listrik yang bersuhu 600°C,

Kadar abu = W 1 W 2

× 100% maka zat-zat organik akan diuraikan menjadi air dan CO

W : Bobot contoh sebelum diabukan

yang tertinggal hanya bahan

dalam gram W1 : Bobot contoh + cawan sesudah anorganik yaitu abu. Peralatan : diabukan dalam gram

• Cawan porselen W2 : Bobot cawan kosong dalam gram • Tanur listrik • Neraca analitik • Dessicator/eksikator

Pengukuran Kadar Lemak 4. Pasanglah tabung ekstraksi pada alat Pengukuran kadar lemak pakan ikan

destilasi Soxhlet dengan pelarut pe- atau bahan baku yang akan digunakan

troleum ether/petroleum benzena/ untuk membuat pakan ikan dapat

hexana sebanyak 150 ml yang di- dilakukan dengan menggunakan metode

masukkan ke dalam soxhlet sampai Soxhlet dan metode Weibull. Metode

kertas saring tersebut terendam dan soxhlet digunakan jika bahan baku pakan

sisa larutan dimasukkan ke dalam atau pakan ikan mengandung kadar lemak

labu.

5. Panaskan cawan labu yang di- kadar lemak dalam bahan pakan atau

yang relatif tidak terlalu banyak, dan jika

hubungkan dengan soxhlet di atas pakan ikan cukup banyak maka bahan

water bath sampai cairan dalam soxhlet pakan dan pakan itu harus dilakukan

terlihat bening. Pemanasan ini hidrolisis terlebih dahulu dan metode yang

berlangsung selama 2 – 4 jam, apabila digunakan adalah metode Weibull.

setelah 4 jam ekstraksi belum Prinsip

: Bahan makanan yang larut di sempurna pemanasan dapat dilanjut- dalam petrolium eter atau

kan selama 2 jam lagi. ekstraksi lemak bebas

6. Lepaskan labu dari soxhlet dan tetap dengan pelarut non polar dipanaskan di atas water bath untuk

Peralatan : menguapkan semua petroleum ether • Kertas saring dari cawan labu.

• Labu lemak 7. Cawan labu dipanaskan dalam oven • Alat soxhlet pada suhu 105–10°C selama 15–60 • Pemanas listrik menit, kemudian didinginkan dalam • Oven eksikator selama 10 menit dan • Neraca analitik ditimbang. Ulangi prosedur ini sampai

• Kapas bebas lemak diperoleh berat yang stabil (X2). •

Pereaksi: hexane atau pelarut lemak

8. Hitunglah persentase kadar lemak lainnya bahan/contoh dengan persamaan

sebagai berikut.

Langkah Kerja 1:

1. Panaskan cawan labu dalam oven (X

Kadar lemak (%) = 2 1 a ) × 100%

pada suhu 105–110°C selama satu jam, dinginkan dalam eksikator Langkah Kerja SNI:

selama 10 menit dan timbang (X ).

1. Timbang seksama 1–2 g contoh,

2. Timbang bahan/contoh sebanyak masukkan ke dalam selongsong 2–5 gram (bahan sebaiknya dalam

kertas yang dialasi dengan kapas. bentuk halus dan kering), dan

2. Sumbat selongsong kertas berisi dibungkus dengan kertas saring/

contoh tersebut dengan kapas, kertas filter dalam bentuk silinder (a). keringkan dalam oven pada suhu tidak

lebih dari 80°C selama lebih kurang

3. Masukkan selongsong kertas filter ke dalam tabung ekstraksi dan diberi

satu jam, kemudian masukkan ke pemberat serta dihubungkan dengan

dalam alat soxhlet yang telah kondensor/pendingin . dihubungkan dengan labu lemak berisi

batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya.

3. Ekstrak dengan heksana atau pelarut

5. Keringkan kertas saring berikut isinya lemak lainnya selama lebih kurang 6

pada suhu 100–105°C. jam. 6. Masukkan ke dalam kertas saring

4. Sulingkan heksana dan keringkan pembungkus (paper thimble) dan ekstrak lemak dalam oven pengering

ekstrak dengan heksana atau pelarut pada suhu 105°C. lemak lainnya 2–3 jam pada suhu lebih

5. Dinginkan dan timbang. kurang 80°C.

6. Ulangi pengeringan ini hingga tercapai

7. Sulingkan larutan heksana atau bobot tetap. pelarut lemak lainnya dan keringkan Perhitungan: ekstrak lemak pada suhu 100–105°C.

8. Dinginkan dan timbang. W W 1

% lemak = W × 100% 9. Ulangi proses pengeringan ini hingga

2 tercapai bobot tetap. W : bobot contoh dalam gram

Perhitungan:

W : bobot lemak sebelum ekstraksi

dalam gram

Kadar lemak = × 100%

W : bobot labu lemak sesudah ekstraksi

W : bobot cuplikan dalam gram Pengukuran Kadar Lemak dengan W1 : bobot labu lemak sesudah ekstraksi

Metode Weibull dalam gram

Prinsip : Ekstraksi lemak dengan pe- W2 : bobot labu lemak sebelum ekstraksi larut nonpolar setelah contoh

dalam gram

dihidrolisis dalam suasana asam untuk membebaskan Pengukuran Kadar Protein dengan

Metode Kjeldahl

lemak yang terikat.

Peralatan : Prinsip : Menentukan kadar protein

• Kertas saring secara tidak langsung •

Kertas saring pembungkus (Thimle) dengan cara menentukan • Labu lemak kadar N-nya, kemudian dikali-

• Alat soxhlet kan dengan faktor protein • Neraca analitik 6,25. Senyawa nitrogen

• Pereaksi : larutan HCl 25%, kertas diubah menjadi amonium

lakmus, n-Heksana atau pelarut lemak sulfat oleh H 2 SO 4 pekat.

lainnya Amonium sulfat yang ter- bentuk diuraikan dengan

Langkah Kerja SNI: NaOH. Amoniak yang di-

1. Timbang saksama 1–2 g cuplikan ke bebaskan diikat dengan

dalam gelas piala.

asam borat dan kemudian

2. Tambah 30 ml HCl 25% dan 20 ml air serta beberapa butir batu didih.

dititar dengan larutan baku

asam.

3. Tutup gelas dengan kaca arloji dan Peralatan :

didihkan selama 15 menit. • Labu kjeldhal

4. Saring dengan keadaan panas dan

Alat penyulingan dan kelengkapannya cuci dengan air panas hingga tidak • Pemanas listrik/pembakar

bereaksi asam lagi. • Neraca analitik

Tahap Oksidasi, langkah kerjanya: 2. Tambahkan NaOH 0,05 N sebanyak

1. Masukkan 0,5–1 gram bahan/contoh

10 ml.

(a), 3 gram katalis ( K 2 SO 4 + CuSO 4 )

3. Siapkan Erlenmeyer, masukkan

dan 10 ml H 2 SO 4 ke dalam tabung

H 2 SO 4 0,05 N sebanyak 10 ml dan kjeldahl. tambahkan 2–3 tetes larutan indikator

2. Tabung dipanaskan hingga larutan di (metyl red/methylen blue), kemudian dalam tabung berubah warna menjadi

didestruksi selama 10 menit. hijau bening, kemudian didinginkan.

Tahap Titrasi

3. Encerkan dengan akuades sampai

1. Hasil destruksi dititrasi dengan NaOH larutan menjadi 100 ml.

0,05 N. Tahap Destruksi, langkah kerjanya: 2. Volume titran yang digunakan dicatat.

1. Masukkan 5 ml larutan hasil oksidasi

3. Lakukan prosedur yang sama pada

ke dalam cawan labu kjeldahl. blanko.

Perhitungan kadar protein diperoleh dari persamaan sebagai berikut.

0,0007 × 6,25 × 20 × (titran blanko

titran sampel)

Kadar protein (%) = a × 100%

Pengukuran Kadar Protein Metode 4. Setelah labu kjeldahl beserta Gunning cairannya menjadi dingin, tambahkan Langkah kerja: 200 ml aquades dan 75 ml larutan

1. Timbang bahan sebanyak 2–5 gram NaOH 40–45% sampai larutan yang telah ditumbuk halus dan

menjadi basa, pasanglah labu kjeldahl masukkan ke dalam labu kjeldahl,

dengan segera pada alat destilasi. tambahkan 10 gram K2S atau Na

2 SO 4

5. Panaskan labu kjeldahl sampai amonia

anhidrat dan 15 – 25 ml H SO pekat, menguap semua, destilat ditampung

kalau destruksi sukar dilakukan perlu dalam erlenmeyer yang berisi 100 ml ditambah katalis CuSO 4 sebanyak HCl 0,1 N yang sudah diberi indikator

6 gram dan digoyang. phenolphtalein 1% 2 – 5 tetes. Destilasi

2. Kemudian dipanaskan pada pemanas diakhiri setelah volume destilat 150 ml listrik atau api bunsen dalam almari

atau setelah destilat yang keluar tidak asap, mula-mula dengan api kecil dan

bersifat basa.

setelah asap hilang api dibesarkan,

6. Kelebihan HCl 0,1 N dalam destilat pemanasan diakhiri setelah cairan

dititrasi dengan larutan basa standar menjadi jernih tidak berwarna. (larutan NaOH 0,1 N) sampai larutan

3. Lakukan langkah 1 dan 2 untuk berwarna pink, catat volume titran. perlakuan blanko. 7. Hitunglah kadar protein bahan dengan

persamaan sebagai berikut.

(ml NaOH blanko

ml NaOH contoh)

Kadar protein (%) = Gram contoh × 10

Kadar protein (%) = Kadar Nitrogen × Faktor Konversi

Pengukuran Kadar Protein Metode SNI 7. Titar dengan larutan HCL 0,01 N. Pereaksi: 8. Kerjakan penetapan blanko.

1. Campuran selen, campuran 2,5 gr Perhitungan:

serbuk SeO

2 , 100 gr K 2 SO 4 , dan 20 Kadar protein = (V 1 V 2 ) × N × 0,014 × f . k × fp gr CuSO 4 5H 2 O. W

2. Indikator campuran, siapkan latutan W : bobot cuplikan

bromcresol green 0,1,% dan larutan V1 : volume HCL 0,01 N yang diperguna- merah metil 0,1,% dalam alkohol kan penitaran contoh 95% secara terpisah. Campur 10 ml V2 : volume HCl yang dipergunakan bromcresol green dengan 2 ml merah

penitaran blanko metil. N: normalitas HCl

3. Larutan asam borat H 3 BO 3 2%, Fk : faktor konversi untuk protein 6,25 larutkan 10 gr H 3 BO 3 dalam 500 ml fp : faktor pengenceran

air suling. Setelah dingin pindahkan ke dalam botol bertutup gelas. Campur Pengukuran Kadar Serat Kasar dengan 500 ml asam borat dengan 5 ml Metode Pencucian Asam dan Basa Kuat indikator. Prinsip : Menentukan zat organik yang

4. Larutan asam klorida, HCL 0,01 N. tidak larut dalam asam kuat

5. Larutan Natrium Hidroksida NaOH dan basa kuat dan disertai 30%, larutkan 150 gram Natrium

dengan pemanasan. Hidroksida ke dalam 350 ml air, Peralatan :

simpan dalam botol bertutup karet. • Neraca analitik Langkah kerja: • Pendingin

1. Timbang saksama 0,51 g cuplikan, • Corong Buchner masukkan ke dalam labu kjeldahl 100 • Pompa vakum

ml. Pereaksi :

2. Tambahkan 2 g campuran selen dan • Asam sulfat H 2 SO 4 1,25%

25 ml H 2 SO 4 pekat. •

Natrium Hidroksida, NaOH 3,25%

3. Panaskan di atas pemanas listrik atau • Etanol 96%

api pembakar sampai mendidih dan • Kertas saring Whatman 54, 541 atau larutan menjadi jernih kehijau-hijauan

41 (sekitar 2 jam). Langkah Kerja SNI:

4. Biarkan dingin, kemudian encerkan

1. Timbang saksama 2–4 g cuplikan dan masukkan ke dalam labu ukur 100

Bebaskan lemaknya dengan cara ml, tepatkan sampai tanda garis. ekstraksi dengan cara SOXlet atau

5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dengan cara mengaduk, mengendap dalam alat penyuling, tambahkan 5 ml

tuangkan contoh dalam pelarut NaOH 30% dan beberapa tetes

organik sebanyak 3 kali. Keringkan indikator PP. contoh dan masuk-kan ke dalam

6. Sulingkan selama lebih kurang 10 erlenmeyer 500 ml. menit, sebagai penampung gunakan

2. Tambahkan 50 ml larutan H 2 SO

10 ml larutan asam borat 2% yang

1,25%, kemudian didihkan selama 30 telah dicampur indikator. menit dengan menggunakan pendingin

tegak.

3. Tambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan

3. Panaskan kertas saring di dalam oven didihkan lagi selama 30 menit. selama 1 jam pada suhu 110°C dan

4. Dalam keadaan panas, saring dengan dinginkan dalam eksikator lalu corong Buchner yang berisi kertas

ditimbang (X 1 ). Pasang kertas saring saring tak berabu Whatman 54, 41

pada corong buchner yang dihubung- atau 541 yang telah dikeringkan dan

kan dengan vacuum pump. Panaskan diketahui bobotnya. juga cawan porselen pada suhu 110°C

5. Cuci endapan yang terdapat pada selama satu jam dan dinginkan di kertas saring berturut-turut dengan

dalam eksikator.

H 2 SO 4 1,25% panas, air panas, dan 4. Larutan yang telah dipanaskan etanol 96%. dituang ke dalam corong buchner.

6. Angkat kertas saring beserta isinya, Lakukan pembilasan berturut-turut masukkan ke dalam kotak timbang

menggunakan 50 ml air panas, 50 ml yang telah diketahui bobotnya,

H 2 SO 4 0,3 N, 50 ml air panas dan 25 keringkan pada suhu 105°C dinginkan

ml aceton. dan timbang sampai bobot tetap. 5. Masukkan kertas saring dari corong

7. Bila ternyata kadar serat kasar lebih buchner ke dalam cawan, panaskan besar 1% abukan kertas saring

pada suhu 105–110°C selama 0,5–1 beserta isinya, timbang sampai bobot

jam, dinginkan dalam eksikator dan

tetap. timbang (X 2 ).

Perhitungan: 6. Panaskan cawan dalam tanur listrik

a. Serat kasar < 1%, bersuhu 600°C selama 2 jam hingga

bahan di dalam cawan berwarna putih, % Serat kasar = W × 100% didinginkan dan timbang (X

7. Hitunglah kadar serat kasar bahan

b. Serat kasar > 1% dengan menggunakan persamaan

W 1 sebagai berikut.

% Serat kasar = W × 100%

w : bobot cuplikan dalam gram × 100%

Serat kasar (%) = 2

w 1 : bobot abu dalam gram Langkah Kerja 3:

w 2 : bobot endapan pada kertas saring 1. Timbang bahan sebanyak 2–5 gram dalam gram 2. Masukkan ke dalam erlenmeyer

Langkah kerja 2: 600 ml, tambahkan larutan H 2 SO 4

1. Timbang bahan sebanyak 0,5–2 gram 0,255 N sebanyak 200 ml dan batu (a) lalu masukkan ke dalam

didih, panaskan selama 30 menit erlenmeyer, kemudian tambahkan dengan dilakukan penggoyangan

50 ml H 2 SO 4 0,3 N dan dipanaskan di

sesekali. atas hot plate selama 30 menit. 3. Saring suspensi dengan kertas saring

2. Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N dan residu yang tertinggal sampai kemudian panaskan kembali selama berwarna biru tidak berubah.

30 menit.

4. Pindahkan secara kuantitatif residu cuci lagi residu dengan aquades dari kertas saring ke dalam

mendidih dan kemudian dengan lebih erlenmeyer kembali dengan spatula,

kurang 15 ml alkohol 95%. dan sisanya dicuci dengan larutan

6. Keringkan kertas saring dan isinya NaOH 0,313 N sebanyak 200 ml

pada oven dengan suhu O dalam sampai semua residu masuk ke dalam

erlemeyer dicuci dengan 110 C erlenmeyer. Didihkan dengan

sampai berat konstan aquades pendingin balik sambil kadang kala

mendidih, cucilah residu dalam kertas digoyang- goyangkan selama 30

saring sampai air cucian tidak bersifat menit. asam lagi (uji dengan kertas lakmus,

5. Saring menggunakan kertas saring selama 1–2 jam, dinginkan dalam yang telah diketahui beratnya, sambil

eksikator dan timbang). dicuci dengan larutan K 2 SO 4 10%, 7. Hitunglah kadar serat kasar dengan

persamaan sebagai berikut:

(Berat kertas saring + serat)

Berat kertas saring)

Kadar Serat Kasar = Berat Sampel