Uji Pakan secara Biologis semakin besar bobot individu ikan semakin

6.4.3 Uji Pakan secara Biologis semakin besar bobot individu ikan semakin

menurun tingkat konsumsi pakan yang Uji coba pakan yang ketiga adalah uji diberikan. Tingkat Konsumsi Pakan (TKP)

pakan secara biologis. Dalam uji coba yang diberikan dapat dihitung dengan pakan secara biologis dilakukan untuk menggunakan berbagai macam rumus

mengetahui beberapa parameter biologis antara lain menurut National Research Council (NRC), 1977 adalah:

100 TKP = % pakan yang diberikan × bobot total populasi × Berat kering pakan

Menurut Halver (1989), tingkat konsumsi Menurut Affandi et al. (1992), nilai pakan per hari dapat dihitung dengan kecernaan pakan dapat menggambarkan rumus sebagai berikut. kemampuan ikan dalam mencerna suatu

Konversi Pakan pakan. Selain itu, nilai kecernaan dapat TKP = 3 ×

× L × 100 menentukan kualitas pakan yang di- Di mana: konsumsi ikan. Pakan yang berasal dari

TKP : Tingkat konsumsi pakan bahan nabati umumnya lebih sulit dicerna L

: Kenaikan harian panjang tubuh oleh ikan dibandingkan bahan hewani ikan (Hepher, 1988). Bahan-bahan semimurni

L: Panjang tubuh ikan seperti kasein dan gelatin dicerna hampir sempurna oleh ikan (NRC, 1983). Di

Kecernaan Total samping itu, kecernaan pakan juga Pencernaan adalah proses peng- dipengaruhi oleh proses dan metode

hancuran pakan menjadi molekul-molekul pengolahan bahan- bahan tersebut sebab mikro melalui rangkaian proses fisik ada beberapa bahan makanan yang perlu maupun kimiawi, sehingga bisa diserap penanganan khusus karena keberadaan melalui dinding usus ke dalam kapiler zat inhibitor dalam bahan makanan, darah. Proses ini terjadi terus-menerus, contohnya pemanasan terhadap kacang diawali dengan pengambilan pakan dan kedelai dapat meningkatkan tingkat berakhir dengan pembuangan sisa pakan kecernaannya.

(Zonneveld et al.,1991;NRC, 1983). Prinsip penentuan kecernaan pakan Kecernaan adalah suatu parameter membandingkan kadar nutrisi atau energi

yang menunjukkan berapa dari makanan pakan dengan kadar nutrisi atau energi yang dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh feses (Affandi et al., 1992). Penentuan daya (Lovel, et al., 1988), karena dalam suatu cerna ini bisa dilakukan secara langsung proses pencernaan selalu ada bagian dilakukan pengukuran jumlah pakan yang makanan yang tidak dapat dicerna dan dikonsumsi untuk dibandingkan dengan dikeluarkan dalam bentuk feses (Affandi jumlah feses yang diekskresikan (Lovel, et al., 1992). Ikan mempunyai kemampuan 1988). Penentuan daya cerna secara mencerna yang berbeda dengan hewan langsung dianggap sulit dan memakan

darat (Watanabe,1988). waktu lama karena pengumpulan feses Menurut Heper (1988), kecernaan dilakukan dengan stripping, mengisap

pakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: feses lewat anus, atau dengan membedah keberadaan enzim dalam saluran ikan. pencernaan ikan, tingkat aktivitas enzim-

Pengukuran kecernaan secara tidak enzim pencernaan dan lamanya pakan langsung lebih menguntungkan karena yang dimakan bereaksi dengan enzim tidak memperhitungkan jumlah pakan pencernaan. Setiap faktor tersebut akan yang dikonsumsi serta feses yang dipengaruhi oleh faktor sekunder yang diekskresikan, tetapi didasarkan pada

berhubungan dengan spesies ikan, umur, kandungan indikator dalam pakan dan dan ukuran ikan, kondisi lingkungan dan feses (Tytler and Calow, 1985). Kecernaan komposisi, ukuran, serta pakan yang secara tidak langsung dihitung ber-

dikonsumsi. dasarkan perbandingan indikator yang terdapat pada pakan dengan indikator dikonsumsi. dasarkan perbandingan indikator yang terdapat pada pakan dengan indikator

a = Cr 2 O 3 dalam pakan (%) Indikator yang digunakan mengukur daya a* = Cr 2 O 3 dalam feses (%)

cerna yang digunakan secara tidak Selain kecernaan total dari pakan langsung adalah Cr 2 O 3 dan lignin (Hepher, yang dikonsumsi juga harus diperhitung- 1988). Biasanya indikator yang sering kan kecernaan dari nutrien yang terdapat digunakan adalah Cr 2 O 3 sebesar 0,5 pada pakan. Kecernaan nutrien itu terdiri dalam pakan uji (NRC,1983). dari kecernaan protein, kecernaan lemak,

Metode kecernaan makanan dapat kecernaan karbohidrat, dan kecernaan dihitung menurut Affandi et al 1992 dengan energi. Perhitungan kecernaan nutrien ini menggunakan rumus sebagai berikut: menggunakan rumus yang dikemukakan oleh NRC (1982) yaitu:

1. Metode langsung Kecernaan pakan dengan metode Kecernaan Protein langsung biasa diterapkan pada level Kecernaan Protein=100–(100 x a/a* x b*/b) individu dengan menggunakan

di mana:

perhitungan sebagai berikut. a = Cr 2 O 3 dalam pakan (%)

I F a* = Cr 2 O 3 dalam feses (%) D= I × 100% b = protein dalam pakan (%) b* = protein dalam feses (%) Keterangan:

D = kecernaan total Kecernaan Lemak

I = total nutrien yang dikonsumsi Kecernaan Lemak=100–(100 x a/a* x b*/b)

F = total nutrien dalam feses di mana:

Pada metode ini semua makanan yang

a = Cr 2 O 3 dalam pakan (%) dikonsumsi dan semua feses yang a* = Cr 2 O 3 dalam feses (%)

dikeluarkan oleh ikan selama fase

b = lemak dalam pakan (%) pengukuran (24 jam) harus diukur. b* = lemak dalam feses (%)

2. Metode tidak langsung Kecernaan Karbohidrat Kecernaan total pakan dari pakan Kecernaan Karbohidrat =100–(100 x a/a* yang dikonsumsi dapat dihitung x b*/b)

dengan metode tidak langsung, yaitu: di mana:

a = Cr O dalam pakan (%)

a* = Cr O dalam feses (%)

If Nf 2 3

b = karbohidrat dalam pakan (%) Keterangan: b* = karbohidrat dalam feses (%)

D = kecernaan total Ip = persentase indikator dalam pakan Kecernaan Energi If = persentase indikator dalam feses Kecernaan Energi =100–(100 x a/a*xb*/b) Np = persentase nutrien dalam pakan di mana:

Nf = persentase nutrien dalan feses a = Cr 2 O 3 dalam pakan (%) a* = Cr 2 O 3 dalam feses (%)

b = energi dalam pakan (%) b* = energi dalam feses (%)

Retensi Protein, Lemak dan Energi

Untuk mengetahui efektivitas pakan yang disimpan dalam tubuh. Adapun rumus yang diberikan dapat diketahui dengan jalan digunakan untuk menghitung retensi pro-

menentukan banyaknya zat makanan yang tein, lemak, dan energi sebagai berikut.

Bobot protein yang disimpan tubuh (gram)

Retensi Protein (%) = Bobot protein yang diberikan (gram)

Bobot lemak yang disimpan tubuh (gram)

Retensi Lemak (%) = Bobot lemak yang diberikan (gram)

Jumlah energi (kkal) yang disimpan tubuh

Retensi Energi (%) = Jumlah energi (kkal) yang diberikan (gram) × 100%

Cara menghitung Retensi Protein/Lemak Pertumbuhan terjadi apabila ada Bobot protein/lemak yang disimpan tubuh:

kelebihan energi bebas setelah energi Bobot biomassa awal = WA Analisa yang tersedia di pakan untuk metabolisme

proksimat awal ikan = a% Jumlah protein standar, energi untuk proses pencernaan awal = a% × WA = A Bobot biomassa dan energi untuk aktivitas. akhir + bobot mortalitas = WT Ada dua model yang dipakai untuk

Analisa proksimat akhir ikan = b% Jumlah menghitung pertumbuhan. Model pertama protein pada akhir = b% × WT = B model yang berhubungan dengan berat

Protein yang disimpan dalam tubuh = B – dan berbentuk eksponensial. Model ini A=C baik untuk waktu yang pendek. Model pertumbuhannya menurut Ricker (1979)

Bobot protein yang diberikan: adalah:

Jumlah total pakan yang diberikan = p (gram)

W t =W o .e gt

% Protein pakan = CP % (hasil analisa

proksimat) di mana: W : bobot ikan pada saat t Jumlah protein pakan = CP% × p = K W t

: bobot ikan awal

E : dasar logaritma natural (2,7183)

Retensi Protein/Lemak % = × 100

g : laju pertumbuhan harian spesifik Pertumbuhan t: waktu

Pertumbuhan adalah perubahan Laju pertumbuhan harian spesifik dapat ukuran baik panjang, berat, atau volume dihitung dari rumus awal yaitu:

dalam jangka waktu tertentu. Per-

t =W o .e W =e o dengan adanya perubahan jumlah atau

tumbuhan ini secara fisik diekspresikan W

gt

gt

ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada W t Ln W

periode waktu tertentu. Secara energetik Ln = W gt o g= t pertumbuhan diekspresikan dengan adanya perubahan kandungan total energi

Ln W t o

g= W-W t o

tubuh pada periode waktu tertentu

(Rahardjo et al, 1989).

Menurut Huisman (1976) dan NRC Konversi Pakan (1977) mengemukakan rumus laju per-

Untuk dapat mengetahui penggunaan tumbuhan harian sebagai berikut. pakan oleh ikan dapat dihitung dengan

W t =W o (1 + g/100) t atau menentukan perbandingan faktor konversi g=

(W t /W o )–1 100% pakan. Ikan hanya diberi pakan buatan 100% nilai konversi pakannya lebih

d a ri 1. Hal ini disebabkan pakan tidak berhubungan dengan panjang yang dapat dimanfaatkan semua dan ada yang

Model pertumbuhan yang kedua

dinamakan rumus Von Bertalanfall di mana menjadi feses. Dari segi ekonomis nilai rumus yang digunakan sebagai berikut. konversi pakan dapat juga dipakai untuk

Lt = L~ 1 – e –k (t – to) menentukan kualitas pakan. Nilai konversi di mana: pakan yang mendekati nilai satu maka

Lt : panjang ikan pada waktu t semakin bagus kualitas pakan yang L~ : panjang maksimum ikan

diberikan. Konversi pakan dapat dihitung k : koefisien pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai

e : bilangan yang nilainya 2,7183 berikut.

Selain itu dari beberapa literatur F

pertumbuhan ikan dapat juga dilakukan (W t + D) W o

Konversi pakan =

pengukuran secara sederhana dengan di mana:

menggunakan rumus berikut. F : jumlah pakan yang diberikan Pertumbuhan mutlak W t =W f –W i selama pemeliharaan di mana: W t : berat akhir ikan rata-rata W t : pertumbuhan mutlak W o : berat awal ikan rata-rata

W f : berat akhir D : jumlah ikan yang mati selama

W i : berat awal pemeliharaan

Laju pertumbuhan mutlak Efisiensi Pakan