Komunikasi Interpersonal Antara Guru Dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA GURU DAN ANAK TUNARUNGU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH SHALAT

DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Eko Wahyudi

NIM: 109051000119

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK Eko Wahyudi (109051000119)

Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan

Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang sesuai untuk berinteraksi anak tunarungu. Anak tunarungu ialah anak yang memiliki keterbatasan dalam hal pendengaran dan percakapan. Ibadah shalat merupakan kewajiban setiap umat islam. Karakter mereka tentu berbeda satu sama lain, ada yang rajin shalat dan malas shalat. SLB Negeri 1 Lebak Bulus terletak dilingkungan yang nyaman, serta mudah dijangkau oleh setiap orang termasuk penulis.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun pertanyaan mayor adalah bagaimana penerapan komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat? Kemudian, minornya adalah apakah efektif komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat?

Teori yang digunakan adalah interaksionisme simbolik. Teori ini merupakan salah satu dari teori komunikasi yang menekan pada simbol, karena simbol itu dapat mengutarakan sebuah isyarat yang berupa perasaan, pikiran. Dan teori itu merupakan pemikiran dari George Herbert Mead Beliau tinggal di Chicago selama lebih kurang 37 tahun. Mead memiliki 3 pemikiran soal interaksi simbolik yaitu : Mind (Pemikiran), Self (Diri Pribadi) dan Society (Masyarakat).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik observasi yang digunakan oleh peneliti adalah kunjungan dan mengamati langsung komunikasi guru dan anak tunarungu. Sumber primer yaitu dengan melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah dan Guru Agama dengan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Selain itu ada sumber sekunder yaitu bersumber dari buku referensi tentang anak tunarungu dan internet. Foto-foto seputar SLB Negeri 1 Lebak Bulus.

Komunikasi interpersonal diterapkan dengan menggunakan metode demonstrasi yang diimbangi oleh metode oral. Metode ini memerlukan persiapan yang cukup matang. Agar penerepan ini berjalan efektif harus didukung oleh sarana dan prasarana memadai. Serta efektifitas komunikasi interpersonal bisa dilihat dari anak tunarungu yang mau mengikuti perintah guru agama dengan baik. Misalkan guru agama menganjurkan anak muridnya berwudhu terlebih dahulu sebelum mengerjakan shalat. Perintah itu di laksanakan dengan baik, berarti komunikasi itu berjalan efektif.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa

Al-Qur’an dan Hadist-Nya.

Karya tulis ini merupakan sebuah karya besar yang patut dibanggakan karena penulis berusaha menyajikan dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis juga yakin masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki, mengingat kemampuan dan pengetahuan penulis yang serba terbatas.

Dalam proses penyusunan, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bombing, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal L.K, M.A.

2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

iii

3. Bapak Zakaria, M.Ag selaku Penasehat Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada penulis untuk berdiskusi dan member saran mengenai judul skripsi.

4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini, semoga ilmunya bermanfaat.

5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mewariskan ilmu kepada penulis selam masa perkuliahan. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat serta menjadi amal sholeh yang akan terus mengalir bagi para dosen.

6. Para pegawai perpustakaan baik fakultas maupun perpustakaan utama yang bersedia melayani penulis meminjamkan buku dengan penuh senyuman dan keramahan.

7. Bapak Kastono selaku Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lebak Bulus, Bapak Samsul selaku Guru Agama di SLB Negeri 1 Lebak Bulus yang bersedia untuk diwawancara dan semua Guru yang membantu penulis mencari informasi ditempat penelitian.

8. Bapak Nardi dan Ibu Yekti tercinta, Bapak Naryo dan Ibu Wati, semua keluargaku semua. Terima kasih atas untaian doa, perhatian dan kasih sayang yang tulus, semoga bisa mengahantarku ke masa depan yang lebih baik


(8)

iv

9. Bapak dan Ibu Okta terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis. Saya atas nama penulis, mohon maaf sebesar-besarnya karena saya selalu merepotkan dirumah beliau

10.Sahabat-sahabat terbaikku KPI.D 2009 Zidni, Rizky, Ari, Mahdi, Bayu, Reza. F, Bintang, Tika, Tari, Fitri, Fajrin, Ririn, Yuli, Dina, Rina, Bowo, Ryan, Noflim, Okta, Ana, Yudid, Zakiyah, Nofal, Fadli, Rijal, Ridwan, Rikza, Angga, Yusup, M. Reza dan Devi terima kasih atas segala dukungan dan perhatian yang luar biasa kepada penulis.

11.Kawan-kawan HMI KOMFAKDA M.Iqbal, Yusli, Ainun, Ajeng, Slamet, Manggala, Virga, Momba, Anissa, Hasbul, Faturohman, Gardika, terima kasih atas semangat yang diberikan kepada penulis.

12.Kawan “KKN SERSAN”, Kawan-kawan seangkatan 2009, Serta para Senior

dan Junior FDK, Anggota KPU UIN Jakarta 2013 terutama Raditya.P dan kawan-kawan semua terima kasih atas semangat yang diberikan kepada penulis dalam menulis skripsi ini

13.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Jakarta, 7 Mei 2013


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... .... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Ruang Lingkupnya ... 13

B. Pengertian Anak Tunarungu ... 20

C. Pengertian Kualitas ... 25

D. Pengertian Ibadah Shalat .. ... 26

E. Teori Interaksi Simbolik ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM SLB NEGERI 1 LEBAK BULUS A. Sejarah … ... 31

B. Visi dan Misi ... 33

C. Sarana dan Prasarana ... 34

D. Prestasi-prestasi Anak Tunarungu ... 40

E. Peserta didik di SLB Negeri B-C 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan ... 41

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat ...43

B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat ... 48

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Sarana dan Prasarana ... 31 Tabel 2 : Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) 1 Lebak Bulus

Jakarta Selatan ... 32 Tabel 3 : Data Murid SMALB / B-C Negeri 1 Jakarta

Tahun Pelajaran 2012 / 2013 ... 33 Tabel 4 : Prestasi-prestasi Anak Tunarungu ... 37


(11)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Wawancara dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian dari SLB Negeri 1 Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Lampiran 5. Metode Demonstrasi Lampiran 6. Foto-foto dan Dokumentasi


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi itu terdiri dari tiga bagian yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan, baik melalui perantara ataupun langsung. Di dalam melakukan proses komunikasi biasanya terdapat dua orang atau lebih, tidak dapat melakukan sendiri. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kegiatan komunikasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Komunikasi antar manusia tercipta melalui suatu lambang, baik itu komunikasi lambang verbal (bahasa) maupun non verbal (simbol, gambar, atau media komunikasi lainnya). Selain untuk mempertahankan hidupnya, komunikasi juga mempunyai fungsi untuk memelihara hubungan dan memperoleh kebahagiaan.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata lain comunication dan bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna mengenai suatu hal. Komunikasi mempunyai banyak makna namun dari sekian banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan maknanya yang hakiki yaitu komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara lisan maupun tidak langsung melalui media.1

Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak

1 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis (Bandung:


(13)

2

faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi.2

Komunikasi interpersonal biasa disebut komunikasi antarpribadi. Adapun yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal adalah suatu proses penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau kelompok kecil kepada kelompok kecil lainnya dengan beberapa efek dan umpan balik. Lebih lanjut, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung.3

Ciri unik lainnya adalah bahwa komunikasi interpersonal juga menurut adanya tindakan yang saling memberi dan menerima antar pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain, para pelaku yang ada dalam proses komunikasi antar pribadi saling bertukar informasi, pikiran dan gagasan.4

Komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication) adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumanan orang.5

Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Dalam proses pendidikan sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses belajar mengajar. Komunikasi pendidikan yang penulis maksudkan disini adalah hubungan atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar

2

Marhaeni Fajari, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2009), cet.1, h.33

3

Joseph DeVito, Komunikasi Antarmanusia (Jakarta: Proffesional Book, 1997)

4

S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), h.117

5


(14)

3

mengajar berlangsung, atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara pendidik dengan peserta didik. Guru harus tahu bagaimana perkembangan tiap anak, terutama bagi anak yang mengalami kelainan. Posisi guru akan sangat menentukan berhasil tidaknya proses pemberdayaan anak ini. Apa lagi anak mengalami kelainan itu memiliki keterbatasan fisik dan mental, sebagai seorang guru seharusnya perlu memiliki cara berkomunikasi khusus kepada anak didiknya. Agar siswa dapat menerima pesan yang disampaikan oleh guru bahkan mampu meresponnya dengan cepat.

Komunikasi mempunyai peranan sangat penting, karena dengan berkomunikasi seseorang dapat mencurahkan isi hatinya begitu juga dengan guru yang bisa memberikan kasih saying serta bimbingan moral. Oleh karena itu seorang guru akan mengetahui perasaan, sikap, sifat, keinginan atau tujuan dari individual dari anak didiknya dan menciptakan situasi kekeluargaan dalam pendidikan

Setiap anak dilahirkan tidak selalu dalam kondisi yang normal, kategori normal berarti tidak mengalami suatu kendala atau gangguan apapun terhadap kondisi psikis, fisik dan kognisi anak tersebut, akan tetapi tidak sedikit juga anak yang dilahirkan dalam kondisi abnormal seperti tunarungu. Pada umumnya anak tunarungu mengalami masalah dengan kemampuan menyampaikan bahasa lisan sehingga anak tunarungu perlu didorong untuk mengembangkan bahasa isyarat. Bahasa lisan anak tunarungu dapat dikembangkan sesuai dengan kondisinya apabila mereka diberi kesempatan yang maksimal untuk mengembangkan ketrampilan yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi sebanyak-banyaknya.


(15)

4

Untuk mengembangkan kemampuan anak tunarungu sesuai dengan potensinya, orang tua dan guru harus memberikan kesempatan sejak usia dini pada anak untuk mendapatkan latihan pendengaran bagi mereka yang masih mempunyai sisa pendengaran dan belajar bahasa isyarat. Proses tersebut harus difokuskan pada pemahaman anak tunarungu secara individual sehingga orang tua dan guru perlu menyadari perbedaan perjalanan perkembangan anak tunarungu.6

Untuk mendapatkan pendidikan yang wajib saja begitu sulit padahal mereka sangat membutuhkan sekali pendidikan itu. Karena dengan adanya pendidikan itu mereka dapat melatih diri mereka untuk mendapatkan keahlinya masing-masing. Lantas banyak sekali manfaat yang mereka dapatkan jika memiliki keahlian, salah satunya adalah meningkatkan rasa percaya diri mereka. Sebelum mereka memiliki keahlian, mungkin sebagian dari mereka ada rasa takut atau minder untuk gabung ke orang sekitar yang tidak mempunyai kekurangan fisik maupun mental. Setelah memiliki keahlian tentu saja mereka dapat meringankan beban orang tuanya, bahkan dapat membanggakan orang tuanya.

Pada akhirnya tunarungu akan bergabung dengan masyarakat sekitar. Sebelum hal itu, biasanya akan dibekali akhlakul karimah agar dapat mempermudah kehidupan mereka kelak. Pada saat masih disekolah tidak semua akhlakul karimah bisa disampaikan ke anak tunarungu dengan menggunakan kata-kata, bahkan ada yang perlu dicontohkan misalkan ibadah shalat. Sebab anak tunarungu mempunyai klasifikasi tersendiri. Dan disinilah begitu penting peran seorang orang tua untuk melatih kekurangan si anak untuk menjadi sebuah kelebihan .

6

Hidayat, 1998. Kontribusi Orang Tua dalam Memberdayakan Anak Luar Biasa. Makalah dalam Seminar nasional Pemberdayaan Kemandirian anak luar Biasa menyongsong Abad XXI. 8 mei 1998. Jurusan KTP FIP IKIP MALANG


(16)

5

Sikap positif orang tua dipandang menjadi faktor penentu keberhasilan pemberdayaan anak luar biasa ini. Untuk itu orang tua harus dibekali informasi yang lengkap tentang bagaimana mereka dapat membaca tanda-tanda aktivitas motorik anak sejak usia dini, menghilangkan pendangan yang tidak realistik, dan menghambat perkembangan anak. Dan disisi lain orang tua harus mampu menciptakan lingkungan yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak sesuai dengan potensinya. Untuk membina dan melakukan konseling bagi orang tua maka perlu dilakukan kerja sama lintas sektoral antara orang tua, guru, dan masyarakat. Maka dari itu judul saya tentang “Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya menganalis Komunikasi Interpersonal Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat di SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan. Dan penelitian hanya difokuskan pada Sekolah Menengah Atas Luar Biasa kelas X.B pada tahun ajaran 2012-2013. Terdapat 7 orang yang terdiri dari 5 orang Laki-laki dan 2 orang Perempuan.


(17)

6

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, agar lebih terfokus maka penelitian merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat ?

b. Apakah Efektif Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui Efektifitas Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan.

2. Manfaat penelitian a. Manfaat Akademis

Dalam segi akademis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif guna memberikan kontribusi dalam perkembangan penelitian melalui pendekatan ilmu komunikasi sebagai alat bantu utama pada


(18)

7

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, sehingga hasil penelitian ini diharapkan memberi wawasan dan bahan penelitian lebih lanjut. b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukkan dalam menambah wawasan bagi kalangan teoritis serta praktis pada umumnya, dan terutama bagi para aktivis maupun mahasiswa guna menambah pengetahuan dalam mempelajari mengenai Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tuna Rungu Dalam Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan.

D. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode yang menghasilkan data kualitatif deskriptif dan tertulis dengan informasi dari orang yang menghasilkan hipotesis dari penelitian lapangan. 7

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak bulus Jln. Pertanian Raya, Cilandak, Jakarta Selatan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

7


(19)

8

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah Guru dan Anak Tunarungu di SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan. Objek penelitian adalah penerapan komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan perwujudan dari informasi dengan sengaja digali untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan lainnya, dan instrument yang di gunakan adalah :

4.a Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomenal sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. 8 Teknik observasi dalam penelitian ini.dengan melakukan kunjungan dan mengamati langsung cara berkomunikasi antara guru dan murid tunarungu.

4.b Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai (interviewee) yang memberi Jawaban.9 Pewawancara yang dimaksud adalah Penulis dan pihak diwawancarai adalah Kepala Sekolah yaitu Bapak Kastono serta Guru Agama yaitu Bapak Samsul dan Muhafid., anak tunarungu yaitu M.Ziyan. Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Adapun pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan yaitu terkait penerapan

8

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Ghila Indonesia, 1985), cet.II, h.62

9

Lexi Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet.VI, h.135


(20)

9

komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu, serta efektivitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat. 4.c Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, adapun dokumen penelitian peroleh dari buku bacaan, kepustakaan, dan Foto. Adapun dokumen yang peneliti peroleh yaitu dari buku bacaan tentang anak tunarungu, profil SLB Negeri 1 Lebak Bulus dan foto-foto terkait anak SLB yang sedang melakukan shalat, Guru Agama disekolah tersebut. Foto Sarana dan prasarana di SLB.

4.d Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)" yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007. 10

E. Tinjauan Pustaka

Skripsi yang menjadi acuan penulis sebagai contoh dan pembanding adalah skripsi berjudul :

1. Pola Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Anak. Dalam skripsi Herdiansyah Pratama menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal orang tua dan terhadap motivasi berprestasi pada anak dan mengupas komunikasi interpersonal di lihat dari segi kuantitatif.

10

Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta : CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah , 2007), cet.II


(21)

10

2. Komunikasi Interpersonal Antar Pengurus di Yayasan Bahrul Hasanah Pabuaran Bojonggede. Dalam skripsi ini Siti Sabili Jahro membahas komunikasi interpersonal yang disampaikan secara formal dan informal. Dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan Musyawarah. 3. Pola Komunikasi Guru Terhadap Tunagrahita Dalam Membina Ibadah

Shalat di SLB Nurasih Ciputat. Dalam skripsi ini Siti Aisyah membahas pola komunikasi yang ada di SLB ini ada tiga pola yaitu komunikasi verbal, komunikasi non verbal dan komunikasi antar pribadi.

4. Pola Komunikasi Pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan. Dalam skripsi Agus Ratina membahas pola komunikasi dan metode guru dalam proses pembelajaran mengajar khusus pada mata pelajaran akhlak di MAN 4 Model.

5. Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah di SMP Isla Al-Syukro Ciputat. Dalam skripsi ini membahas tentang pola komunikasi guru terhadap siswa dalam pembinaan ibadah yang selalu dilakukan setiap hari meliputi : ibadah shalat dzuhur berjamaah, adzan, wudhu, shalat sunnah qobliah, ba’diah, iqomat, menjawab adzan berjamaah hafalan juz amaa’ berjamaah, pemimpin dzikir dan pemimpin doa serta kultum

Adapun perbedaan skripsi penulis adalah penelitian ini lebih menerapkan pada komunikasi interpersonal dengan menggunakan metode demonstrasi dan oral, antara guru dan anak yang mempunyai keterbatasan fisik maupun mental atau anak tunarungu dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat


(22)

11

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci kedalam sub-sub sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian yang di dalam ada penjelasan tentang metode penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, dokumentasi, teknik penulisan. Kemudian tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bab ini akan menguraikan pengertian komunikasi yang didalamnya komunikasi Interpersonal dan ruang lingkupnya, pengertian anak tunarungu, teori interaksi simbolik, pengertian kualitas, dan pengertian ibadah shalat.

BAB III GAMBARAN UMUM SLB

Bab ini membahas tentang sejarah singkat, visi dan misi Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan. Banyak anak tunarungu di SLB negeri 1 lebak bulus jakarta selatan lebak bulus jakarta selatan.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus jakarta selatan. Dan efektifitas komunikasi interpersonal antara guru dan anak tuna rungu dalam meningkatkan kualitas ibadah shalat di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus jakarta selatan .


(23)

12

BAB V PENUTUP


(24)

13

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Ruang Lingkupnya

1. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal communication)

Komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumanan orang.1

Karena sifatnya dialogis berupa percakapan arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, Pada saat komunikasi dilancarkan komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak, jika tidak ia dapat meyakinkan komunikan ketika itu juga ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya. Pentingnya situasi komunikasi antarapersonal seperti itu bagi komunikator ialah karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia dapat mengetahui namanya, pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, pengalamanya, cita-citanya dan yang penting artinya untuk mengubah sikap, pendapat atau perilakunya. Dengan demikian komunikator dapat mengarahkannya ke suatu tujuan sebagaimana ia inginkan.2Komunikasi dengan orang lain atau disebut juga dengan komunikasi antarpribadi, mempunyai tujuan-tujuan. Tujuan pokok dalam berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi orang lain, dan menjadikan diri kita sebagai suatu agen yang dapat mempengaruhi, agen yang dapat menentukan atas lingkungan kita menjadi suatu yang kita mau.3

Komunikasi antarpribadi mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama (sharing process). Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman (frame of experience) yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut. Kerangka

1

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2004), cet.1, h.32.

2

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008).

3


(25)

14

pengalaman yang sama diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang. Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih (over lapping), yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkungannya. Derajat hubungan antarpribadi turut mempengaruhi keluasan (breadth) dari informasi yang dikomunikasikan dan kedalam (depth) hubungan psikologis seseorang.4

Komunikasi yang terjadi antara guru dan anak tunarungu bisa dikatakan komunikasi interpersonal karena bersifat dialogis. Guru sendiri mengetahui secara langsung apakah pesan yang disampaikan itu diterima baik oleh si anak tunarungu. Komunikasi interpersonal memiliki hubungan emosional yang lebih dekat seperti hubungan orang tua dengan anak. Dengan adanya komunikasi interpersonal seseorang guru bisa merubah sikap anak tunarungu kea rah yang lebih baik. Misalkan Dengan mengajarkan Ilmu agama kepadanya, caranya dengan membiasakan shalat lima waktu dan perlu di ingatkan setiap harinya.

Jadi komunikasi interpersonal menurut penulis ialah proses berkomunikasi antara dua orang yaitu guru dan anak tunarungu dengan maksud untuk merubah sikap anak tunarungu ke arah yang lebih baik.


(26)

15

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi :

a. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri

b. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuikan diri dengan lingkungan

c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain

d. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan perilaku sendiri dan orang lain

e. Komunikasi antar pribadi merupakn proses belajar f. Mempengaruhi orang lain

g. Mengubah pendapat orang lain h. Membantu orang lain

2. Tiga pendekatan utama mengenai pemikiran antarpribadi yaitu :

2.1 Pemikiran Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Komponen-komponen Utamanya. Penyampain pesan oleh satu orang dan penerima pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya, dan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Pemikiran ini di wakili oleh Bittner yang menerangkan bahwa komunikasi antarpribadi berlangsung apabila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima, dengan menggunakan medium suara manusia (human


(27)

16

voice).5 Sementara Barnlund mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai pertemuan antara dua, tiga orang, atau mungkin empat orang, yang terjadi sangatspontan dan tidak berstruktur. Barnlund sebagaimana dikutip oleh Alo Liliweri mengemukakan beberapa ciri untuk mengenali komunikasi antarpribadi, sebagai berikut :

a. Bersifat spontan

b. Tidak mempunyai struktur c. Terjadi secara kebetulan

d. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan e. Identitas keanggotaanya tidak jelas

f. Dapat terjadi hanya sambil lalu.6

2.2 Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Hubungan Diadik Hubungan diadik mengartikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Komunikasi tatap muka antara suami istri, pramuniaga dengan pembeli merupakan bentuk komunikasi diadik. Definisi hubungan diadik dapat diperluas sehingga mencakup sekelompok kecil orang. Pemikiran mengenai bentuk hubungan diadik dikemukakan oleh Laing, Phillipson, dan Lee. Mereka menyatakan bahwa untuk memahami perilaku seseorang , harus mengikutsertakan paling tidak dua orang

5

John R. Bittner. 1985. Broadcasting and Telecommunication, An Introduction. New Jersey: Prentice- Hall.

6


(28)

17

peserta dalam situasi bersama. Hubungan diadik ini harus menggambarkan interaksi pengalaman bersama mereka.

Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Nama lain dari komunikasi ini adalah diadik (dyadic). Komunikasi diadik biasanya bersifat spontan dan informal. Partisipan satu dengan yang lain saling menerima umpan balik secara maksimal. Partisipan berperan secra fleksibel sebagai pengirim dan penerima. Segera setelah orang ketiga bergabung didalam interaksi, berhentilah komunikasi anatarpribadi, dan menjadi komunikasi kelompok kecil (small-group communication). Walaupun ukuran kelompok kecil beragam, komunikasi ini mengharuskan adanya interaksi secara bebas untuk setiap orang yang terlibat.7

Saluran komunikasi antarpribadi dapat digunakan untuk struktur keluarga. Karena saluran komunikasi ini paling tinggi frekuensinya digunakan untuk berkomunikasi. Beberapa anggota keluarga lebih banyak menggunakan waktunya berbicara dengan yang lain. Menurut Trenholm dan Jensen, tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukan jaringan komunikasi. Struktur jaringan keluarga sangat bervariasi satu dengan yang lain. Jaringan tersebut terpusat pada salah satu anggota

7

Sarah Trenholm, and Arthur Jensen. 1995. Interpersonal Communication. Belmont, California: Wadsworth Publish-ing Company.


(29)

18

keluarga yang melayani sebagai gate keeper untuk menjaring beberapa pesan. Kemudian dipertukarkan kepada seluruh anggota keluarga. Komunitas yang ada disekeliling tempat tinggal berperan di dalam mendukung lancarnya komunikasi antarpribadi di antara keluarga dan masyarakat.

2.3 Pendekatan Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan Pengembangan Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai perkembangan dari komunikasi

impersonal pada satu sisi, menjadi komunikasi pribadi atau intim di sisi lain. Oleh karena itu, derajat hubungan antarpribadi turut berpengaruh terhadap keluasaan dan kedalaman informasi yang dikomunikasikan, sehingga memudahkan perubahan sikap. Pandangan developmental dapat dilihat dari pendapat. Komunikasi antarpribadi dalam pengertian penetrasi. Semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain, maka semakin banyak karakter antarpribadi yang terbawa di dalam komunikasi tersebut. Oleh karena itu, komunikasi antarpribadi adalah proses sesungguhnya dari penetrasi social. Dikatakan, “ Bila komunikator meneruskan hubungan mereka, yakni, jika mereka cukup termotivasi untuk melakukan usaha melanjutkan hubungannya, dan ketrampilan antarpribadi mereka cukup memadai untuk memungkinkan pertumbuhannya, maka hubungan mereka mengalami perubahan secara kualitatif. Ketika perubahan-perubahan itu menyertai pengembangan


(30)

19

hubungan, pertukaran-pertukaran komunikasi akan meningkatkan hubungan antarpribadi.8

Pendekatan hubungan dala menganalisis proses komunikasi antarpribadi mengasumsikan, bahwa hubungan antarpribadi dapat membentuk struktur social yang diciptakan melauim proses komunikasi. Pembentukannya proses komunikasi tersebut. Komunikasi tampak sebagai proses sibernetika (umpan balik) yang dihasilkan melalui penegasan diri dalam berhubungan dengan orang lain. Bentuk hubungan secara ilmiah berlangsung secara terus menerus. Individu berpartisipasi aktif dalam komunikasi. Mereka berimprovisasi, menghubungkan makna, memberdayakan dan memaksakan tindakan satu sama lain.9

Everett M. Rogers mengartikan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Rogers adalah sebagai berikut :

a. Arus pesan cenderung dua arah b. Konteks komunikasinya dua arah c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

8

Gerald R. Miller & Mark Steinberg. Between People: A New Analysis of Interpersonal Communication. Michigan State University Science Research Associates. 1975

9

Edna Rogers, Relation Communication Processes and Patern in Rethinking Communication

Vol.2, ed Brenda Dervin et. al., hal.1, 2002 (at http://www.brocku.ca/commstudies/courses/2F50/


(31)

20

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi

e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap .10

3. Komunikasi Antarpribadi dilihat dari proses pengembangannya

Menurut perspektif ini komunikasi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal atau intim. Artinya, ada peningkatkan hubungan di antara para pelaku komunikasi.11

Definisi ini membedakan komunikasi impersonal dengan interpersonal berdasarkan tiga faktor :

a. Prediksi-prediksi berdasarkan data psikologis

b. Interaksi-interaksi yang berdasarkan pada pengetahuan c. Interaksi berdasarkan pada aturan yang dikemukakan sendiri

B. Pengertian Anak Tunarungu

Tunarungu atau anak yang mengalami gangguan pada pendengaran (Sekolah Luar Biasa Bagian B) adalah anak yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada

10

Eduard Depari dan Colin MacAndrews, Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995)

11

Marhaeni Fajari, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2009), cet.1, h.86-87


(32)

21

tuli (deaf) dan kurang dengar (a hard of hearing). Orang yang tuli (a deaf person) adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar sehingga mengalami hambatan didalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid), sedangkan yang kurang dengar (a hard of hearing person) adalah sesorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa melalui pendengarannya, artinya apabila orang yang kurang dengar tersebut menggunakan

hearing aid ia masih dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya.12 Ketunarunguan dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu tingkat kehilangan pendengaran, saat terjadinya ketunarunguan, letak gangguan pendengaran secara anatomis, serta etiologis.

Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh melalui tes dengan menggunakan audiometer ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tunarungu ringan (mild hearing loss) 2. Tunarungu sedang (moderate hearing loss)

3. Tunarungu agak berat (moderately csevere hearing loss) 4. Tunarungu berat (severe hearing loss)

12

Departemen Pendidikan Nasional, Keterampilan Kompensatoris Bagi Anak Dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra) dan Gangguan Pendengaran (Tunarungu), Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa (Jakarta : September 2006)


(33)

22

5. Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)

Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan

pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara da bahsa berkembang.

2. Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan bahasa berkembang.13

Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat diklasifasikan sebagai berikut.

1. Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah, yang berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam.

2. Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus chochlearis).

3. Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan tipe konduktif dan sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada telinga luar/tengah dengan telinga dalam/saraf pendengaran.

13


(34)

23

Berdasarkan etiologi atau asal usul ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik

(keturunan)

2. Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh factor nongenetik (bukan keturunan)

Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi menurut BOOThroyd. Klasifiksi dan karakteristik ketunarunguan diantaranya didsarkan pada:

1. Kelompok I : Kehilangan 15-30 dB: mild hearing losses atau ketunarunguan ringan; daya tangkap suara cakapan manusia normal. 2. Kelompok II : Kehilangan 31-60 dB: moderate hearing losses atau

ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap cakapan manusia hanya sebagian.

3. Kelompok III : Kehilangan 61-90 dB: severve hearing losses atau ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap cakapan suara manusia tidak ada.

4. Kelompok IV : Kehilangan 91-120 dB: profound hearing losses atau ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.


(35)

24

5. Kelompok V : Kehilangan lebih ari 120 dB: total hearing losses atau ketunarunguan total; daya tangkap terhadap suara manusia tidak ada sama sekali.14

1. Karakteristik Anak Tunarungu

Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik. Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya.

Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut:

a. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.

b. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.

c. Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.

14

Murni Winarsih, Pendidkan bahas bagi Anak Gangguan pendengaran Dalam Keluarga (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Nasional, 2007)


(36)

25

d. Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.

e. Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.

f. Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat seringnya mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain.

Karakteristik tunarungu dari segi fisik/kesehatan adalah sebagai berikut. Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya cepat/lincah; dan pernafasannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan, pada umumnya sama dengan orang yang normal lainnya.

C. Pengertian Kualitas

Kualitas adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu.15 Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan.16

15

Depdikbud.. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1996)

16

Barry Elliot dan Jamie Elliot, Financial Accounting and Reporting, First Edition, Prentice Hall (UK) Ltd, 1993


(37)

26

D. Pengertian Ibadah Shalat

Ibadah banyak mengandung pengertian berdasarkan sudut pandang para ahli dan maksud yang dikehendaki oleh masing-masing ahli. Dalam hal ini penulis melihat pengertian ibadah yang dikemukakan oleh berbagai ahli.

Secara etimologi „„kata ibadah’’ diambil dari bahasa arab

abada-yaidu-ibad-ibadatun yang berarti beribadah atau menyembah.17

Menurut Abu Al-A„ la Al- Maududi, kata abada secara kebahasaan pada mulanya mempunyai pengertian kedudukan seorang kepada orang lain dan tersebut menguasai. Oleh karena itu, ketika disebut kata alabidi dan alabidatu yang cepat tertangkap dalam pikiran orang adalah ketundukan dia, kehinaan budak dihadapan majikan dan mengikuti segala macam perintahnya.18

Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan bahwa „„kata ibadah’’ diambil dari bahasa arab yang secara etimologi berasal dari akar abada. Yaitu berarti taat, tunduk, patuh, dan merendah diri. Kesemuan pengertian itu memiliki makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut abid (yang beribadah).

Adapun pengertian ibadah secara termologi adalah “Ibadah itu nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan mapun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan pahala-Nya.

Sedangkan pengertian umum ibadah adalah segala bentuk hukum, baik

dapat dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut

17

Atabik Ali dan Zuhdi Muhdlor, Kamus Kotemporer Indonesia Arab (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999), cet.5, hal.1268

18

Yusuf Al-Qardhawi, Ibadah Dalam Islam Terjemahan Umar Fanami (Surabaya: PT Biru Ilmu, 1988), hal.37


(38)

27

dengan muamalat pada umumnya, maupun yang tidak dipahami maknanya (ghairu ma’qulat al ma’na) seperti thaharah (bersuci) dan shalat baik yang berhubungan dengan hati seperti niat. Seluruh makhluk harus menyembah pada ketuhanan-Nya, tunduk pada kekuasaan-Nya, dan patuh pada aturan-Nya. Kata „„ibadah’’ mengandung tiga arti, yaitu menyembah, atau mengabdi, merendah atau takluk, dan taat berserah diri.19

Pengertian Ibadah menurut Fuqoha adalah segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharapkan Pahala-Nya diakhirat.20 Manusia adalah penyembah Tuhan, abdi Tuhan, berserah diri hanya kepada Tuhan. Karena itu adalah meyembah serta patuh hanya kepada Tuhan dengan seluruh pengabdian, cinta dan kemampuan yang kita miliki. Tidak ada yang lebih patut ditaati kecuali Tuhan Sang Pengatur seluruh alam. Dalam pengertian ini segala perbuatan yang dilakukan manusia adalah perbuatan baik, karena tujuan yang akan dicapai dari perbuatan tersebut adalah keridhaan dan pahala dari Allah. Jika perbuatan yang dilakukan itu tidak baik, maka tidak akan mungkin memperoleh ridha dan pahala dari Allah.

Hikmah shalat dapat dilihat dari berbagai segi, mulai dari definisi yang beragam, karena luasnya dimensi dan makna yang dikandung ibadah ini, sampai pada tahap pelaksanaannya. Misalnya TM Hasbi Ash-Shiddieqy mengemukakan sejumlah definisi shalat dengan tinjauan yang saling berbeda. Secara Etimologi shalat biasa diartikan sebagai doa memohon kebajikan dan pujian. Menurut Fuqaha (para ahli fiqh atau hukum islam) memberikan definisi kpada shalat dengan melihat lahiriahnya, karena begitulah tinjauan hukum. Mereka

19

Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah (Jakarta: Pustaka irVan, 2008) cet.1, hal.14-15

20


(39)

28

mendefinisikan shalat sebagai beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.

Sedangkan ulama makrifat melihat shalat dari segi ruhnya, yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapan-Nya, ikhlas bagi-Nya, serta hati hadir dalam berzikir, berdoa dan memuji-Nya.21

Shalat merupakan salah satu bentuk ibadah sebagai wujud kepercayaan dan ketundukan seseorang terhadap Tuhan, sang Pencipta Yang Mahakuasa yang menyediakan bagi seluruh makhluk-Nya sumber daya dan sarana hidup. Melalui ibadah kepada-Nya manusia dapat memperoleh keagungan dan kesempurnaan hakiki.22

Kalau semua definisi itu digabung dalam satu kesatuan, maka dapat dikatakan ibadah shalat adalah melaksanakan segala ketaatan dan perintah Allah dengan penuh khusyuk dan ikhlas dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam.

Ibadah shalat di SLB tersebut sering dilaksanakan oleh para Guru, Orang Tua Murid dan murid setiap harinya. Tapi anak tunarungu di SLB ini tidak semua rajin, ada pula yang malas. Setiap harinya seorang guru perlu khususnya guru agama untuk mengingatkan kembali anak muridnya yang malas untuk mengerjakan shalat.

21

Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, hal.12-13

22

Afzalur Rahman, Tuhan Perlu Disembah: Eksplorasi dan Manfaat Shalat Bagi Hamba (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002)


(40)

29

E. Teori Interaksi Simbolik

Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Herbert Mead. Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The

Theoretical Perspective” yang merupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”.

Mead tinggal di Chicago selama lebih kurang 37 tahun, maka perspektifnya sering kali disebut sebagai Mahzab Chicago. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain. Sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah :

1. Mind (pikiran) merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain. 2. Self (diri pribadi) merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri tiap

individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain,dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self ) dan dunia luarnya.


(41)

30

3. Society (masyarakat) merupakan hubungan sosial yang diciptakan,dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan suka rela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain pentingnya makna bagi perilaku manusia, Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi.23

Cara penyampaian komunikasi interpersonal antara guru dan anak tunarungu ada 2 jenis yaitu komunikasi yang verbal (lisan) dan komunikasi non verbal (isyarat). Teori Interaksionisme Simbolik ialah teori menekan kan pada symbol untuk mengutarakan sebuah isyarat. Dan teori ini termasuk kategori komunikasi non verbal, karena sama-sama untuk mengutarakan sebuah isyarat. Guru disini memanfaat alat bantu berupa gambar untuk menjelaskan materi tentang ibadah shalat.

23

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi (Jakarta: Kencana, 2011), cet.1, hal.188-193


(42)

31

BAB III

GAMBARAN UMUM SLB NEGERI 1 LEBAK BULUS A. Sejarah

Sekolah Luar Biasa adalah sekolah khusus bagi anak yang memiliki keterbatasan baik fisik atau mental. Sekolah tersebut dilengkapi oleh fasilitas yang memadai guna mendukung kegiatan belajar mengajar. Anak didik disekolah itu dibekali dengan ketrampilan Otomotif, Tata boga, Tata busana, Tekstil, Kecantikan, Akupresure, Hantaran dan ICT oleh para pengajar agar bisa bermanfaat kelak. Serta guru yang mengajar disekolah tersebut harus memiliki ketrampilan khusus pada saat mengajar materi agar materi yang disampaikan dapat diterima baik oleh para murid.1

SLB Negeri A (Persiapan BC) adalah sekolah yang terletak dilingkungan yang nyaman. Banyak pohon-pohon yang menghiasi disekitar sekolah. Warga sekitar sekolah sangat baik dan aktif. Setiap ada kegiatan di sekolah yang bersifat social, warga sekitar selalu ikut serta dan meramaikannya.

SLB Negeri Bagian A Jakarta adalah sekolah negeri pertama di Jakarta didirikan oleh pemerintah dengan Surat Keputusan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.2/SK/B/III tanggal 13 Maret 1962 terletak di jalan R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan. Sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan

1

Wawancara Pribadi dengan Bapak Kastono, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, Jakarta 21 Februari 2013


(43)

32

dan Kebudayaan RI No.0384/0/1987 tanggal 1 Juli 1987, SLB Negeri Bagian A Jakarta dipindahkan dari R.S Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan ke kompleks SLB A Pembina Tingkat Nasional, Jl. Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1368/2007 SLB Negeri A (Persiapan BC) Jakarta menjadi SLB Negeri 1 Jakarta, yang melayani satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Sejak tahun 2006 SLB Negeri 1 Jakarta oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa ditunjuk sebagai Sentra Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus untuk wilayah DKI Jakarta.

Fungsi Sentra PK & LK

1. Kegiatan belajar mengajar bagi siswa PLB

2. Kemasyarakatan baik pendidikan maupun non kependidikan seperti usaha jasa, seni dan budaya daerah

3. Pusat jaringan kerjasama antar sekolah, orangtua siswa, masyarakat, dunia kerja, dan lembaga lain yang terkait

Pada tahun 2013 ini SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan tersebut melakukan beberapa renovasi guna melengkapi sarana dan prasarana Dan pada saat saya melakukan penelitian sudah tampak bangun baru di area sekolah itu. Hal itu dilakukan supaya minat belajar mereka makin bertambah, dengan adanya fasilitas baru.


(44)

33

B. Visi dan Misi

1. Visi

Terwujudnya pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menjadi yang mandiri, beriman, bertaqwa, sehat, cerdas dan terampil dalam masyarakat Inklusif.

2. Misi

a. Mengurangi dampak ketunaan melalui rehabilitasi, tetapi ringan, keterampilan dan lain-lain.

b. Meningkatkan dan memperluas pengetahuan, wawasan, pengalaman dan sikap percaya diri melalui Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM).

c. Meningkatkan keterampilan dan memperluas peluang kerja melalui kursus dan pelatihandi Bengkel Kerja PLB DKI Jakarta.2

Pendanaan sekolah berasal dari :

1. Biaya penyelenggaraan bersumber dari APBD, APBN dan masyarakat 2. Pengelolaan anggaran dilakukan sekolah secara mandiri dan transparan 3. Pertanggungjawaban berkala kepada pemerintah daerah, pusat ,komite

sekolah/orangtua dan institusi pemberi bantuan

4. Perencanaan pembiayaan dituangkan dalam RAPBS tahun ajaran berjalan

2

Wawancara Pribadi dengan Bapak Kastono, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, Jakarta 21 Februari 2013


(45)

34

C. Sarana dan Prasarana.

1. Sekolah Luar Biasa Lebak Bulus 1 Jakarta Selatan mempunyai sarana dan prasarana sebagai berikut :3

Tabel 1

3

Wowo, Sarana dan Prasarana SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, 21 Februari 2013

No. Jenis Jumlah Ruang

Luas/Ruang (m2)

Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 18. 19. 20. 21 Gedung Sekolah Ruang Kepala Sekolah Ruang guru

Ruang Perpustakaan Ruang Tata Usaha Ruang Tamu Ruang Komite Ruang UKS Dapur Sekolah Gudang Ruang Kelas Ruang Kekhususan

a. Ruang BPBI b. Ruang Binadiri Ruang WC / Kamar Mandi

a. Kepala Sekolah b. Guru Pria c. Guru Wanita d. Siswa Pria e. Siswa Wanita Ruang Keterampilan

a. Tata Busana b. Otomotif c. Tekstil d. Tata Boga e. Tata Kecantikan f. Akupresure g. Hantaran h. ICT Kantin Sekolah Pos Keamanan Halaman Sekolah / Jalan/lapangan Laboratorium IPA (Biologi & Fisika) Jaringan Listrik Jaringan Telpon/Facimile Jaringan Internet 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2 27 1 1 16 1 3 3 5 4 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 40,5 160 40,5 56 - 40,5 40,5 20 40,5 40,5 81 56 3 3 3 3 3 120 80 80 80 60 50 50 40,5 48 9 7000 40,5 5500 - -

Satu komplek dengan SLB-A Pembina Tingkat Nasional. Menjadi satu dengan R. Kepsek.


(46)

35

2. Struktur Organisasi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan sebagai berikut : 4

Tabel 2

4

Wowo, Struktur Organisasi SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, 21 Februari 2013

No Nama NIP

Tanggal Lahir

L/P Status Guru

Pendidikan Terahir

Tugas

1 Kastono, MM. 195810101983021009

10/10/1958 L CPNS S2 Kepala Sekolah 2 Dra Dewi

195910211992032002

21/10/1959 P CPNS S1 Wali Kelas 3 Retno S.Pd

196110181994122001

18/10/1961 P CPNS S1 Wali Kelas 4 Iim Maskiah, S.Pd

195807301982032005

30/07/1958 P CPNS S1 Wali Kelas 5 Samsul Huda, S.Ag.

197201312000121001

31/01/1972 L CPNS S1 Wali Kelas 6 Tugianto 17/07/1966 L CPNS S1 Wali

Kelas 7 Drs. Sugiharto

195902051988031004

05/02/1959 L CPNS S1 Wali Kelas 8 Suhartinah

196703021993032005

02/03/1967 P CPNS S1 Wali Kelas 9 Sumanto, S.Pd

196810121993031011

12/10/1968 L CPNS S1 Guru Kelas


(47)

36

3. Data Murid SMALB / B-C Negeri 1 Jakarta Tahun Pelajaran 2012 /2013.5

Tabel 3

SMALB / B (TUNARUNGU)

Kelas : X.A Kelas : X.B

Guru : Dra Dewi Guru : Retno S.Pd

Nama Murid 1. Iza Resita

2. Malik Nurul Huda 3. Dika Kurniawan 4. Istiar Lutfiani 5. Lidian Setieny 6. Asri Aliyani

Nama Murid 1. Gunawan

2. M. Rabbani Abbas 3. Mahbub Dwi Ashari 4. Ilham Fadillah 5. Siti Aisyah 6. Fitriah

7. Acmad Septiadi

5

Wowo, Data Murid SMALB / B-C Negeri 1 Jakarta Tahun Pelajaran 2012 / 2013, 21 Februari 2013

Kelas : XI Kelas : XII

Guru : Iim Maskiah, S.Pd Guru : Samsul Huda, S.Ag.

Nama Murid

1. Made Triyanto

2. Hidayah Catur Anindita 3. Luky Putri Wijayanti 4. Muhammad Syahquro 5. Muhammad Ziyan Sajjad 6. Ryan Priandika

7. Samuel Tulus Eliasta 8. Renita Oktaviani 9. Sahid Dwi Posorio 10.Galih Prih

Nama Murid

1. Bertha Margaretha 2. Harwinda Agustian 3. Heny Setiawati


(48)

37

SMALB / C (TUNAGRAHITA)

Kelas : XI Kelas : XII

Guru : Drs. Sugiharto Guru : Suhartinah

Nama Murid

1. Bobby Rahmatillah 2. Fajar Ahmad Abdila 3. Iin Alfianti

4. Tri Utama Putra Sakti 5. Indriyani Komala 6. Fatur Rahma

Nama Murid 1. Wahyudi 2. Astika Aprillia 3. Haposan Willy 4. Rio Pramudio 5. Ishal Ridho 6. Widya Aprillia 7. Imam Prakarti Budi S 8. Amal Gufron

9. Rian Firmansyah 10.Kamaludin

11.Indriyani Komala

Kelas : X

Guru : Tugianto

Nama

1. Maharani Mancak 2. Lisa Umami

3. Wildan Nabela Angusta 4. Ikhwan Aulia

5. Syaipul Anwar 6. Hafid Fadillah 7. M. Jumri

8. Sendi Nopayana 9. Ihwan Fahmi 10.Siga Wicaksono 11.Bimo Rabian Rachman 12.Agung wahyudi

13.Mailasari Adawiyah 14.Ana Mardiana


(49)

38

D. Prestasi-prestasi Anak Tunarungu.6

Tabel 4

NO NAMA SISWA PRESTASI PERINGKAT TAHUN TINGKAT

1 Nur Annisa O.H Seni Lukis 2 2008 DKI Jakarta 2 Utria Lesmi Seni Lukis 3 2009 DKI Jakarta 3 Muthasim .A

Bulu

Tangkis 2 2009 Jak-Sel 4 Agung Wahyudi

Lempar

Jauh 2 2009 DKI Jakarta 5 Mery Amelia

Lempar

Cakram 1 2009 Nasional 6 Winda

Tolak

Peluru 1 2009 Nasional 7 Putri Widasari Sains 2 2010 Jak-Sel 8 M. Syehquro

Desain

Grafis 2 2010 DKI Jakarta 9 Badrina Alfi Hantaran 1 2010 DKI Jakarta 10 Malik Pantonim 1 2011 DKI Jakarta 11 Syechquro

Desain

Grafis 1 2011 DKI Jakarta 12 Winda

Lempar

Cakram 1 2011 DKI Jakarta 13 Ade Fauzan

Lempar

Cakram 2 2011 DKI Jakarta 14 Aditya

Desain

Grafis 2 2011 DKI Jakarta 15 Penggalang Kebersihan 1 2011 Jambore Cabang

Jakarta Selatan 16 Fajar.a Bola basket 1 2012 DKI Jakarta 17

Chaidir zein Bulu

tangkis 1

2012

DKI Jakarta 18 Agung . W Atletik 2 2012 DKI Jakarta 19 Sega.w Sepak bola 3 2012 DKI Jakarta 20 Aulia Bocce Harapan 1 2012 DKI Jakarta

6


(50)

39

E. Peserta didik di SLB Negeri B-C 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan

1. Tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi tingkat baik ringan, sedang, berat dan sangat berat, yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Keadaan ini walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.7

2. Tunagrahita atau anak yang mengalami keterlambatan dalam belajar (Sekolah Luar Biasa Bagian C) disebabkan karena kemampuan mereka berada di bawah rata-rata atau biasa disebut dengan tunagrahita. Kata lain dari tunagrahita adalah retardasi mental (mental retardation). Secara etimologi kata tuna adalah kurang, sedangkan grahita adalah lemah daya tangkap. Dengan demikian ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau bernalar. Kurangnya kemampuan anak dalam berpikir dan bernalar mengakibatkan kemampuan belajar, dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata.8

Berdasarkan PP No. 72 Tahun 1991 istilah yang digunakan pada saat ini untuk anak yang memiliki tingkat kecerdasan rendah yaitu tunagrahita. Tunagrahita adalah anak yang kecerdasannya berada dibawah rata-rata, sehingga sukar untuk mengedakan interaksi dengan orang lain.

7

Departemen Pendidikan Nasional, Keterampilan Kompensatoris Bagi Anak Dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra) dan Gangguan Pendengaran (Tunarungu), Jakarta : September 2006

8

Endang Rochyadi, Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi anak Tunagrahita ( Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional, 2005)


(51)

40

Secara historis terdapat lima basis yang dapat dijadikan pijakan konseptual dalam memahami tunagrahita yaitu:

a. Tunagrahita merupakan kondisi

b. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya kemampuan mental jauh di bawah rata-rata

c. Memiliki hambatan dalam penyesuaian diri secara social

d. Berkaitandenegan adanya kerusakan organik pada susunan syaraf pusat e. Tunagrahita tidak dapat disembuhkan

Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokan tunagrahita berdasarkan berbagai tinjauan diantaranya :

a. Berdasarkan Kapasitas Intelektual (skor IQ) 1) Tubagrahita ringan IQ 50-70

2) Tunagrahita sedang IQ 35-50 3) Tunagrahita berat IQ 20-35

4) Sangat berat memiliki IQ dibawah 20 b. Berdasarkan kemampuan akademik

1) Tunagrahita mampudidik 2) Tunagrahita mampulatih 3) Tungrahita perlu rawat c. Berdasarkan tipe klini pada fisik

1) Down’s Syndrome (mongolism)


(52)

41

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Penerapan Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu

Dalam menjelaskan komunikasi interpersonal antara guru agama dan anak tunarungu dalam proses belajar mengajar merupakan suatu tahap pembekalan yang dilakukan oleh guru, agar si anak kelak menjadi anak yang soleh dan soleha. Serta bisa membahagiakan kedua orang tua mereka nantinya. Bahkan bisa bermanfaat untuk masyarakat setempat.

Proses komunikasi sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari baik langsung maupun tidak langsung. Komunikasi merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Sebab manusia itu adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya memerlukan orang disekitar untuk diajak berkomunikasi. Dalam dunia pendidikan, komunikasi sangat bermanfaat sekali karena komunikasi di jadikan sarana untuk menyampaikan pengetahuan baik umum maupun agama.

Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan memiliki banyak kesamaan materi dengan SLB lainnya. Tetapi yang membedakan hanya penyampaian materi dimasing-masing sekolah. Setiap sekolah memiliki ciri khas tersendiri. Jika di sekolah biasa penyampaian materi hanya di lakukan sekali tetapi berbeda hal dengan SLB yang terletak di Lebak Bulus ini. Penyampaian materi disini dilakukan berulang kali tidak cukup hanya sekali saja. Karena daya tangkap anak tunarungu disini berbeda-beda, ada yang daya tangkap cepat dan lambat. Dan


(53)

42

disinilah pentingnya komunikasi interpersonal untuk memahami itu semua. Pada saat penyampaian materi biasanya seorang guru agama sering menggunakan dua jenis komunikasi yaitu verbal dan non verbal agar mudah dimengerti oleh si anak. Dibutuhkan kesabaran lebih dari seorang guru yang sedang menjelaskan materi ke anak tunarungu

Proses belajar mengajar di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus Jakarta selatan dengan taraf pendidikan SMA dimulai dari jam 07.00 hingga jam 12.00. Materi agama di ajarkan pada hari rabu selama dua jam setiap minggunya. Pada saat pelajaran agama dimulai, pertama guru mengawalinya dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan membaca doa belajar lalu sebelum materi agama dimulai biasanya guru selalu mengingatkan anak tunarungu agar membaca bacaan shalat dan takbir, dengan cara ini diharapkan anak mulai terbiasa dengan berdoa dan bacaan shalat.1

Pada saat berdoa seorang guru menaikkan kedua tangannya dan melanjutkan dengan penyampaian materi. Penyampaian materi disini ada yang menggunakan bahasa atau verbal dan menggunakan alat bantu biasa disebut non verbal. Materi agama yang di jelaskan kali ini tentang ibadah shalat dan tata cara berwudhu maka seorang guru akan bersiap-siap menjelaskan dengan metode yang disesuaikan dengan si anak. Pada saat penyampaian materi tata cara berwudhu seorang guru akan mempraktekan dengan bahasa isyarat seperti membasuh muka, berkumur-kumur, membasuh hidung, membasuh muka, membasuk kedua tangan dari sikut hingga jari-jari, membasuh rambut, membasuh telinga kanan dan kiri,

1

Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, Jakarta 28 Februari 2013


(54)

43

membasuh kedua kaki dari mata sampai jari-jari begitu dengan gerakan-gerakan shalat.

Guru agama berkata bahwa dia akan menjelaskan materi tentang ibadah shalat, dan dia akan lebih mengutamakan materi yang bersifat kongkrit ketimbang yang abstrak. Penyampaian seperti ini bermaksud untuk mempermudah anak menangkap materi yang di sampaikan oleh gurunya.2 Dan metode yang digunakan ialah sebagai berikut :

1. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.3

2. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.4

Metode demonstrasi adalah memeperagakan pembelajaran didepan anak bagi anak tunarungu yang mereka punya gangguan pendengaran dan tidak mampu berbicara maka metode demonstrasi harus ditunjang dengan metode-metode lain tidak cukup di sekedar demo tetapi harus digabungan dengan bahasa oral yaitu bahasa ceramah , kalau biasa orang menerangan, ketika guru mengajarkan tentang tata cara shalat selain demonstrasi, maka metode ceramah, tanya jawab, bercerita,

2

Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, Jakarta 28 Februari 2013

3

Muhibbin Syah, Psikologi Kependidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000)

4


(55)

44

simulasi, peragaan langsung harus digabungkan secara bersama-sama untuk mengajarkan ke anak, ketika anak tidak mampu mendengar maka guru lebih mengutamakan metode yang bisa merangsang visual anak untuk anak paham, karena anak tunarungu lebih mengandalkan penglihatan, ketika seorang guru menerangkan tata-tata cara shalat misalkan, maka guru meggerakan seluruh anggota badannya agar anak mengikutinya, kemudian masalah pendengaran ketika anak tidak mendengar, perlu alat bantu yang lain agar si anak bisa mendengar misalakan menggabungkan dengan komunikasi bahasa isyarat sebab anak tidak bisa mendengar maka guru mengisyaratkan tentang takbir allahu akbar artinya guru menjelaskan allah adalah maha besar begitu caranya itu dinamakan metode demonstrasi. Catatan saya bahwa mengajar anak tunarungu sesungguhnya totalitas metode harus dipakai tidak cukup dengan metode demo saja sebab guru harus berkomunikasi total dengan anak tunarungu jadi tidak hanya menggunakan lisan tapi body,isyarat, bahasa tubuh, mimik, sehingga anak paham apa yang diajarkan.5

Anak tunarungu mengetahui bahwa metode demonstrasi ialah metode yang memberi contoh.6

Setelah dapat referensi dari buku bacaan, akhirnya penulis menarik kesimpulan bahwa. Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara mempraktekan kepada anak tunarungu tentang materi yang ingin disampaikan misalkan tentang materi ibadah shalat. Materi tersebut seorang guru mempraktekan bagaimana shalat yang baik dan benar kepada anak muridnya. Dan metode demonstrasi biasanya itu diimbangi oleh metode oral (lisan). Hal itu dilakukan untuk mempermudah anak tunarungu lebih memahami tentang ibadah shalat. Seorang guru akan menyesuaikan dengan karakter dari masing-masing anak. Dan setiap anak tunarungu memiliki karakter yang berbeda-beda. Jadi dengan begitu berbeda-beda pula metode yang digunakan.

5

Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhafid, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, Jakarta 18 April 2013.

6

Wawancara Pribadi dengan M. Ziyan, Anak tunarungu di SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, Jakarta 29 Mei 2013.


(56)

45

Pada saat penyampaian materi terkadang seorang guru akan menemukan kesulitan, karena anak tunarungu asik dengan dunia sendiri dan banyak pula yang sedang becanda dengan teman-teman sebayanya, biarpun begitu seorang guru harus dapat mengatasi semua kendala yang ada di depan mata, caranya dengan menyapa dan memberi peringatan yang baik terhadap anak tersebut.

Setelah penyampaikan materi, seorang guru memberi kesempatan kepada anak muridnya untuk menanyakan kembali materi yang disampaikanya tadi. Hal ini sering dilakukan guna melihat pesan yang disampaikan ke anak muridnya diterima baik atau tidak. Barulah seorang akan memberi pelatihan sesudah proses tanya jawab. Dalam pelaksanaan pelatihan terkadang murid akan menemukan ketidakpahaman materi yang tadi sudah disampaikan. Bila hal itu terjadi murid akan merespon dengan menanyakan kembali. Dan disinilah proses komunikasi interpersonal berlangsung antara guru dan anak tunarungu, menanggapi respon anak muridnya maka guru akan menjelaskan kembali materi yang tadi ditanyakan muridnya. Bahkan penjelasan yang dilakukan guru itu tidak cukup hanya satu atau dua kali saja. Untuk mempermudah penyampaian materi kadang kala guru memanfaatkan alat bantu yang di sediakan sekolah tersebut. Biasanya setelah dijelaskan beberapa kali, murid sedikit dekit akan paham, barulah guru akan memberi tugas untuk menghafal dirumah. Tujuan dari pemberian tugas itu adalah agar si anak mau mengulang kembali materi yang tadi diajarkan dan makin cepat paham.


(57)

46

Sebelum jam pulang tiba, seorang guru akan mengajak anak muridnya mengulang bahan bacaan shalat dan doa harian secara bersama-sama, maksudnya agar si anak bisa cepat hafal dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari nantinya.

Pada saat diluar kelas murid anak tunarungu dibiasakan untuk menegur siapa saja yang ditemuinya. Hal itu dilakukan agar menambah keakraban satu sama lain. Dan peran orangtua terhadap anak diluar kelas cukup berat. Orang tua wajib mengingatkan anaknya tentang tugas yang diberikan oleh guru dan mengawasi di lingkungan sekitar. Agar tidak terjadi dengan hal-hal yang tidak diinginkan.

Setelah penulis amati, komunikasi interpersonal yang dilakukan seorang guru sebagai komunikator dalam proses belajar mengajar di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus ialah strateginya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau sederhana, mudah ditangkap oleh anak tunarungu selaku komunikan yang memberi feedbeck setelah menerima pesan dari seorang komunikator.

B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu

Dalam menjelaskan efektifitas komunikasi interpersonal yang ada di sekolah luar biasa negeri 1 lebak bulus. Pasti seorang guru akan berhadapan dengan faktor pendukung dan penghambat. Oleh karena itu seorang guru harus pintar-pintar menyikapinya dan menyelesaikanya. Jika tidak cepat diatasi akan mengganggu tugasnya.


(58)

47

Faktor pendukung dan penghambat metode demostrasi yaitu kalau demo bagus untuk anak tapi ada sisi kelemahan tidak dibantu dengan pendekatan metode lain tidak sampai arti sebuah demo sebab anak tidak paham yang diucapkan oleh guru. Kalau alat bantu biasanya ada yang namanya peraga edukatif yg misalkan alat bantu shalat, itu membantu anak memahami konsep yang di ajarkan guru, memang demo itu memperagakan tapi lebih efektif ada alat bantu yang lain misalkan puzzle, alat bantu gerak atau ICT kemudian dan video.7

Berikut ini adalah faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk terjadinya suatu proses komunikasi interpersonal yang efektif antara guru dan tunarungu di melakasanakan kegiatan yang ada di sekolah tersebut, faktor itu antara lain :

1. Faktor Pendukung a. Alat peraga

Alat peraga yang dimaksud adalah alat tulis dan alat-alat mewarnai, alat peraga yang ada dikelas ini cukup lengkap sehingga dapat digunakan untuk mendukung kegiatan anak tunarungu dalam proses belajar mengajar. Dengan begitu kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif. Serta guru merasa terbantu dengan adanya alat peraga yang disediakan.

b. Peran sesama guru

Pada saat guru sedang mengalami kesulitan menghadapi muridnya, maka peran guru lain diperlukan sebagai tempat bertukar pikiran (curhat)

7

Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhafid, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, Jakarta 18 April 2013.


(59)

48

dan memberikan saran untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi. Bukan malah menambah masalah.

c. Ruang kelas yang luas

Ruang kelas yang luas maksud adalah ruangan yang dilengkapi dengan kebutuhan anak untuk belajar, serta untuk menimbulkan rasa tidak bosan pada saat kegiatan belajar mengajar. Dan ruangan seperti ini bisa dimanfaatkan untuk menimbulkan kreatifitas diri pada diri anak tunarungu. d. Dukungan orangtua

Untuk anak-anak yang tinggal dirumah, seorang guru akan selalu melaporkan setiap ada perkembangan anak didiknya kepada orang tua anak tersebut. Hal itu dilakukan agar tidak hanya guru yang memberikan dukungan kepada anak yang mengalami peningkatan yang signifikan. Tetapi dukungan orangtua juga sangat membantu demi peningkatan ananknya. Dan komunikasi orangtua dan guru tidak boleh terputus, demi kemajuan anak tunarungu. Selain itu anak yang pulang ke rumah itu cenderung lebih pintar dibandingkan dengan anak tunarungu yang ada diasrama. Karena pada saat diberi tugas mereka yang dirumah ada yang membimbing dan mengajarkan, sedangkan yang diasrama tidak ada yang membimbing.


(60)

49

2. Faktor Penghambat a. Keadaan Mengajar

Keadaan guru yang kurang sehat atau sedang menghadapi masalah, bisa disebut dengan faktor psikologis. Faktor ini bisa diminimalisir, mengingat profesionalitas sebagai seorang guru bisa mengatasi keadaan dan membedakan kepetingan pribadi dengan kepentingan anak muridnya. b. Suasana hati yang tidak baik

Suasana hati yang tidak baik maksudnya adalah perasaan dalam hati tidak baik dapat menimbulkan perasaan sedih, jika sedang berkelahi dengan teman sebayanya. Bila ada murid yang berkelahi, maka tugas guru yang paling utama adalah mendamaikannya. Karena sifat mereka yang cenderung pendendam, untuk itu guru harus benar-benar meyakinkan mereka supaya tidak saling membalas. Jika ingin memberi hukuman maka harus kepada keduanya. Hal ini dilakukan untuk memberi pelajaran bahwa siapapun yang membuat keributan adalah suatu perbuatan yang salah. Bila

mood anak tunarungu sedang sedih maka guru tidak bisa memaksakan. Hal yang perlu dilakukan adalah membiarkan mereka melakukan hal yang diinginkan tetapi tetap dalam pengawasan. Karena hal itu si anak dapat pasif, hanya berdiam diri dan tidak mau mengikuti proses belajar. Bila dipaksakan bisa berdampak buruk pada diri anak tunarungu.


(61)

50

Anak tunarungu memerlukan perhatian yang lebih dari guru. Bila salah satu dari mereka ada yang sedang mencari perhatian maka guru harus secepatnya mengalihkan kepada hal yang lain. Karena bila kemauan si anak dituruti maka anak tunarungu lain ikut meminta perhatian yang lebih dan itu semua bisa berdampak pada kegiatan yang sedang berlangsung. d. Penggunaan bahasa

Gangguan bahasa dalam komunikasi disebut dengan gangguan semantik. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan kepada anak tunarungu harus sederhana dan mudah dipahami. Selain itu penjelasan atau intruksi yang diberikan juga harus disertai dengan alasan yang rasional, yang dapat mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Hallahan terdapat empat bidang hambatan kognisi pada anak yang termasuk kategori retardasi mental, yaitu hambatan perhatian, hambatan ingatan, hambatan bahasa dan hambatan akademik.8

Menurut Kumar efektifitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri, sebagai berikut :

1. Keterbukaan (openess) : Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang ditetima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.

2. Empati (empathy) : Merasakan apa yang dirasakan orang lain.

8

Agustyawati dan solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), hal.155


(62)

51

3. Dukungan (supportiveness) : Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

4. Rasa positif (positiveness) : Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif barpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

5. Kesetaraan (equality) : Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.9

Profesi guru sekolah luar biasa merupakan profesi yang cukup mulia. Karena mau membagi waktunya untuk anak yang memiliki keterbelakangan fisik maupun mental. Dan jadi guru sekolah luar biasa harus memiliki cara-cara untuk melakukan pendakatan ke anak tunarungu. Serta dalam sistem pengajaran harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain:

1. Komunikator : seseorang yang harus mempunyai kredibilitas (source credibility). Jika dalam hal ini guru tidak memiliki kredibilitas maka anak tunarungu akan sulit menerima pesan yang disampaikan seorang guru, bahkan si anak tidak mau mengikuti perintah gurunya. Selain itu harus memiliki daya tarik (source attractiveness). Anak tunarungu dengan mudah menerima pesan

9


(63)

52

yang disampaikan oleh seorang guru, bila anak tunarungu merasa bangga dan kagum terhadap sosok guru tersebut.

2. Pesan : sesutu yang harus dirancang dan diutarakan dengan sedemikian rupa sehingga menarik bagi anak tunarungu. Pesan yang disampaikan harus mengikut sertakan lambang-lambang yang dapat dipahami oleh si anak, serta pesan harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Jadi guru harus mengemas pesan dangan sebaik mungkin dan jangan sampai terjadi miss understanding antara guru dan anak runarungu.

3. Komunikan : ialah anak tunarungu yang mau mendengarkan dan menerima pesan dari gurunya. Serta mau mengeluarkan respon dari pesan dari yang diterima. Baik respon secara langsung atau tidak langsung.

Mata pelajaran agama hanya ada dua jam dalam seminggu. Materi yang diberikan oleh guru agama ada yang berupa teori dan praktek. Pada saat mau praktek siswa tunarungu diwajibkan membawa alat praktek yang diperlukan. Misalkan materi kali berkaitan tentang ibadah shalat. Maka siswi perempuan diharapkan membawa mukenah bagi yang beragama islam, siswa laki-laki membawa sarung. Jika semua siswa-siswi membawa keperluan praktek yang diperlukan, maka pesan yang dipesan yang disampaikan ke anak tunarungu cukup efektif. Dan mengikuti semua diperintahkan oleh guru. Bila materi praktek itu tiba maka seluruh anak tunarungu membawa perlengkapan yang diperlukan. Setelah itu mulai mereka dengan berwudhu lalu dilanjutkan dengan shalat.


(64)

53

Pertama-tama guru agama mencontohkan ke anak murid tentang gerakan shalat. Tetapi sebelum itu mereka diajarkan membaca bacaan shalat. Dan mereka mengikuti semua itu dengan keterbatasan yang mereka miliki. Guru agama selalu mengingatkan mereka agar mengerjakan shalat. Dan perintah itu dikerjakan oleh anak tunarugu biarpun masing bolong-bolong. Tapi peran guru agama tidak henti-hentinya untuk mengingatkan ke mereka semua.10

Setelah mereka praktek shalat guru agama akan bercerita tentang ibadah shalat. Maksud dari hal itu agar meningkatkan kesadaran anak tunarungu tentang pentingnya ibadah shalat. Dan guru tidak pernah lelah untuk mengajar kepada anak muridnya tentang ibadah shalat, diantaranya :

1. Sebelum shalat diawali dengan membersihkan diri (berwudhu) 2. Di awali dengan mengucapkan niat dan takbiratul ihram 3. Melaksanakan shalat tepat waktu

4. Melaksanakan dengan khusyu’

5. Melaksanakan tata tertib shalat secara berurutan

6. Mengutamakan shalat berjama’ah dan mengutamakan kerapatan shaff, serta mengutamakan shaff terdepan

7. Mengakhiri dengan salam dan do’a

Dan perubahan pun bisa dilihat setelah diingatkan terus, banyak anak yang mulai rajin shalat. Serta ada beberapa anak yang mulai shalat dengan sendirinya tanpa

10

Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul, Guru Agama SLB Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta Selatan, Jakarta 28 Februari 2013.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

FOTO BERSAMA DENGAN ANAK SMA TUNARUNGU SERTA GURU AGAMA