Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Fadhil Hardiansyah, 2014 Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dimiliki dirinya, masyrakat, bangsa, dan negara. Undang- undang yang sama menyatakan juga bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan konsep tersebut, Uman Suherman uman, 2011 mengemukakan bahwa “ikhtiar pendidikan Indonesia hendaknya dipandang sebagai upaya memanusiakan manusia oleh manusia secara manusiawi dan normatif ”. Menurutnya, normatif berkaitan dengan budaya atau sistem nilai sebagai tatanan aturan kehidupan lingkungan masa kini dan masa depan, baik bagi Fadhil Hardiansyah, 2014 Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pendidik maupun peserta didik, sedangkan manusiawi berkaitan dengan sifat-sifat fitrah manusia dengan kelebihan dan kelemahannya. Dengan demikian, jelas terbaca bahwa pendidikan berperan sangat penting dalam menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Lebih lanjut, Uman Suherman menyatakan bahwa “keseluruhan pendidikan, baik pada pendidikan formal, non-formal, dan informal, hendaknya lebih memungkinkan peserta didik untuk mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu memilih, mengambil keputusan, mengarahkan, dan mewujudkan dirinya secara efektif dan produktif sesuai dengan tuntutan peranannya di masa depan ”. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya melulu mengembangkan seseorang secara individual tetapi juga menyiapkan agar pengembangan individual tersebut memiliki dampak yang signifikan dalam lingkungan sosial. Penjelasan di atas menjelaskan bahwa pendidikan tidak hanya dalam bentuk pendidikan formal tetapi juga dalam bentuk pendidikan non-formal dan informal. Namun, secara umum, pendidikan formal dapat dikatakan menjadi pionir dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini, yang termasuk ke dalam bentuk pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan formal memiliki peran yang sangat vital untuk membantu peserta didik dalam mencapai tugas-tugas dan tahapan-tahapan perkembangan. Sekolah tidak hanya mendidik peserta didik dalam aspek kognitif, tetapi juga mengembangkan aspek-aspek lainnya, termasuk aspek sosial. Sekolah merupakan Fadhil Hardiansyah, 2014 Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebuah lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun dalam perkembangannya, realitas menunjukkan bahwa sekolah kemudian malah menjadi momok yang menakutkan, baik bagi orangtua maupun bagi peserta didik. Bagi orangtua, sekolah khususnya jenjang Sekolah Menengah Atas SMA merupakan institusi yang tidak murah lagi. Seperti yang diungkap oleh Edy Suyanto Kompasiana.com pada tabel 1.1 dan tabel 1.2. Tabel 1.1 Pungutan SPI dan Operasional NO TINGKAT PENDIDIKAN BESAR PUNGUTAN SPI BESAR PUNGUTAN BULANAN 1 SDMI 50.000 sd .15.000.000 0 sd 250.000bulan 2 SMPMTS REGULER SMPMTS SSN SMPMTs RSBI 100.000 sd 15.000.000 200.000 sd 15.000.000 1.000.000 sd 20.000.000 0 sd 250.000bulan 0 sd 250.000bulan 100.000 sd 300.000 bulan 3 SMASMKMA REGULER SMASMKMA RSBI 1.000.000 sd 20.000.000 2.000.000 sd 20.000.000 100.000 sd 300.000 bulan 200.000 sd 400.000 bulan 4 PERGURUAN TINGGI 3.000.000 sd 200 Jt 500.000 sd 3.000.000 Smester Tabel 1.2 Pungutan seragam dan ulangan ujian NO TINGKAT PENDIDIKAN BESAR PUNGUTAN SERAGAM BESAR PUNGUTAN ULANGANUJIAN NEGERI SWASTA 1 SDMI 0 sd 150.000 - 20.000 sd 30.000 Fadhil Hardiansyah, 2014 Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 SMPMTS REGULER SMPMTS SSN SMPMTs RSBI 0 sd 500.000 0 sd 650.000 0 sd 750.000 - 20.000 sd 250.000 3 SMASMKMA REGULER SMASMKMA RSBI 500.000 sd 1.000.000 500.000 sd 1.000.000 - 30.000 sd 300.000 Di Jakarta saja misalnya, diperlukan biaya jutaan rupiah untuk bisa menyekolahkan anak di SMA. Belum lagi ternyata biaya yang mahal tersebut belum disertai dampak signifikan dalam penyiapan mental peserta didik. Betapa tidak, tawuran yang marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia dapat dijadikan bukti betapa pembelajaran di sekolah belum berdampak positif terhadap peserta didik. Alih-alih mengedepankan prestasi yang positif, para peserta didik sesama satu sekolah atau beda sekolah justru seringkali tidak segan untuk saling baku hantam bertawuran. Lebih ironis lagi ketika fenomena tawuran ini berbuah korban jiwa. Artikel yang dipublikasikan oleh KPAI menyatakan bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Menurut data dari Bimmas Polri Metro Jaya, di Jakarta misalnya, tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Realitas terbaru adalah yang terjadi Fadhil Hardiansyah, 2014 Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu di Jakarta yang menewaskan salah seorang peserta didik dari sebuah SMA. Tentu saja, fenomena ini sangat menakutkan bagi setiap orang tua. Di samping bagi orangtua, sekolah juga dinilai menakutkan oleh peserta didik, terutama oleh mereka yang sudah duduk di kelas 3 SMA. Betapa tidak, beberapa tahun belakangan ini fenomena Ujian Nasional UN menjadi perdebatan tersendiri karena dampak psikologis yang dihasilkannya. Sekolah selama hampir tiga tahun di SMA bisa tidak lulus hanya gara-gara ujian yang dilaksanakan tak lebih dari empat hari dan hanya diwakili oleh beberapa mata pelajaran. Inilah yang dinilai kurang adil dan berdampak psikologis pada peserta didik. Bagaimanapun, pendidikan, sebagaimana telah dikemukakan di atas, tidaklah melulu berkaitan dengan aspek intelektual tetapi juga aspek perkembangan lainnya. Realitas-realitas yang menunjukkan betapa pendidikan formal belum sepenuhnya mampu menciptakan manusia Indonesia seutuhnya, sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Dasar, menjadikan para pendidik dan pihak- pihak yang berkepentingan dalam bidang pendidikan memikirkan alternatif pendidikan lainnya. Dalam perkembangan dewasa ini, pendidikan tidak hanya ditempuh di sekolah, melainkan juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan rumah sebagai basis pembelajaran atau yang biasa disebut dengan homeschooling. Dalam sejarahnya, pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru. Jauh sebelum ada sistem pendidikan modern atau sekolah sebagaimana yang dikenal pada saat ini, pendidikan dilakukan berbasis rumah. Para raja dan kaum Fadhil Hardiansyah, 2014 Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru-guru privat untuk mengajar anak-anaknya. Dewasa ini, seiring dengan merebaknya sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan dengan kualitas dan fasilitas yang unggul, homeschooling menjadi sebuah alternatif pendidikan yang fleksibel. Perlu ditekankan kembali bahwa, selain memakan biaya yang cukup tinggi, sekolah juga terkesan terlalu membatasi kesempatan peserta didik untuk mengeksplorasi lebih jauh pelajaran atau bakat yang diminatinya. Sebagai contoh, tak sedikit peserta didik yang sudah mengawali karier sebagai artis atau atlet, dalam kesehariannya selalu saja sering terjadi benturan waktu antara kesibukan dan kewajibannya sebagai pelajar. Dilema itu terus saja membayangi selama peserta didik tersebut masih menjalani dua profesi. Peserta didik pun harus memilih salah satu di antara karier atau sekolah. Bagi homeschooler —sebutan bagi peserta didik di homeschooling, karier dan sekolah merupakan hal yang penting dan harus dijalankan karena memang bisa dijalankan secara bersamaan. Mereka lebih bisa menikmati belajar dengan metode ini daripada bersekolah formal. Waktu belajar yang bisa ditentukan sendiri menjadi pilihan utamanya. Ditambah lagi mereka bisa memilih guru yang dianggap cocok dan kapabel di bidangnya yang biasa ada di lembaga- lembaga bimbingan belajar atau kursus. Alasan mendasar tersebutlah yang kemudian menjadikan homeschooling terus berkembang. Di samping alasan keyakinan beliefs, pertumbuhan Fadhil Hardiansyah, 2014 Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan pergaulan sosial di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling. Walaupun awalnya dipersepsi sebagai kelompok konservatif dan penyendiri isolationists, homeschooling terus tumbuh dan membuktikan diri sebagai sistem yang efektif dan dapat dijalankan. Praktisi homeschooling pun semakin bervariasi, dengan berbagai alasan memilih homeschooling dan dengan berbagai latar belakang sosial, religius atau sekuler, kaya, kelas menengah, miskin, kota, pinggiran, pedesaan. Keluarga praktisi homeschooling juga memiliki latar belakang profesi yang beragam, mulai dari dokter, pegawai pemerintah, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum. Dengan kata lain, dapatlah dikatakan bahwa homeschooling kini menjadi alternatif pendidikan nonformal yang sedang banyak digandrungi mengingat basis pendidikannya di rumah. Meskipun demikian, bukan berarti kemudian homeschooling tanpa masalah dan tantangan. Dalam tataran biaya, homeschooling justru bisa lebih mahal dibandingkan sekolah formal mengingat harus menghadirkan guru-guru privat ke rumah yang notabene harus dibayar sesuai dengan kapabilitasnya. Tantangan utama yang dihadapi oleh homeshooling adalah harus mempersiapkan peserta didik sesuai dengan tugas dan tahapan perkembangannya. Diakui atau tidak, sebagai individu yang masih dalam tahapan perkembangan, homeschooler pun harus mampu menjalankan tugas dan tahapan perkembangan yang sesuai Fadhil Hardiansyah, 2014 Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu usianya. Dalam tataran inilah diperlukan adanya bimbingan yang dapat meningkatkan keterampilan para peserta didik homeschooling. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, layaknya sekolah formal yang memiliki guru bimbingan dan konseling dengan segala program layanannya, homeschooling memerlukan program layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru khusus, dalam hal ini guru bimbingan dan konseling. Secara faktual, homeschooling juga telah melaksanakan proses bimbingan. Namun, proses bimbingan yang selama ini dilakukan hanya berupa bimbingan belajar yang itu pun tidak dilakukan oleh petugas bimbingan dan konseling yang memiliki kompetensi sebagai petugas bimbingan. Bimbingan tersebut hanya dilakukan oleh guru homeschooling yang bersangkutan sehingga proses bimbingan pun dirasakan belum efektif karena kompetensi gurunya yang kurang. Mengingat kebutuhan serta mengedepankan prinsip pengembangan potensi sosial peserta didik homeschooling secara optimal, perlu diupayakan pemberian bantuan melalui program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling sehingga dapat tercapai kematangan sosial bagi peserta didik. Dalam konteks inilah penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.

B. Rumusan Masalah