Angka Kecukupan Gizi AKG Penilaian Status Gizi

1. Food Recall 24 jam 24 Hour Food Recall Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall dilakukan pada saat wawancara dilakukan dan mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Wawancara menggunakan formulir recall harus dilakukan oleh petugas yang telah terlatih. Data yang didapatkan dari hasil recall lebih bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data kuantitatif maka perlu ditanyakan dalam penggunaan URT Ukuran Rumah Tangga. Recall dilakukan minimal dua kali dengan tidak berturut-turut Supariasa, 2001. Menurut Sebayang 2012, jika pengukuran dilakukan hanya satu kali 1x 24 jam, maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan individu, sehingga recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dengan hari yang tidak berturut-turut.

2.6 Angka Kecukupan Gizi AKG

Angka kecukupan gizi AKG atau Recommended Dietary allowances RDA adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus dipenuhi dari makanan untuk mencakupi hampir semua orang sehat. Untuk Indonesia, AKG yang digunakan saat ini secara nasional adalah Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI Tahun 1998. Tujuan utama penyusunan AKG ini adalah untuk acuan perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan individu atau masyarakat Almatsier. S, 2001. Kebutuhan kalori untuk anak sekolah dasar yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 1998 adalah untuk laki-laki 10-12 tahun energi 2100 kkal, protein 56g, lemak 70g, karbohidrat 289g. Sedangkan untuk perempuan 10-12 tahun, dianjurkan energi 2000 kkal, protein 60g, lemak 67g, karbohidrat 275g Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1998. Universitas Sumatera Utara

2.7 Penilaian Status Gizi

Menurut Irianto 2006, pengukuran status gizi seseorang dapat dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung dan secara tidak langsung. Antara pemeriksaan secara langsung seperti berikut : 1 Antropometri 2 Biokimia 3 Klinis 4 Biofisik Antara pemeriksaan tidak langsung seperti berikut : 1 Survei konsumsi 2 Statistik vital 3 Faktor ekologi Dari ketujuh cara pengukuran status gizi tersebut pengukuran antropometri merupakan cara yang paling sering digunakan karena memiliki kelebihan yaitu : Irianto, 2006 a Alat mudah diperoleh b Pengukuran mudah dilakukan c Biaya murah d Hasil pengukuran mudah disimpulkan e Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah f Dapat mendeteksi riwayat masa lalu Beberapa keterbatasan dari pengukuran antropometri adalah : Irianto, 2006 Universitas Sumatera Utara a Kesalahan yang muncul seperti pada peralatan belum dikalibrasi, kesalahan observer pengukuran, pembacaan, pencatatan b Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi, karena kurang energi protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro c Membutuhkan data referensi yang relevan

2.8 Pengukuran Antropometri