a Kesalahan yang muncul seperti pada peralatan belum dikalibrasi, kesalahan observer pengukuran, pembacaan, pencatatan
b Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi, karena kurang energi protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi
zat gizi mikro c Membutuhkan data referensi yang relevan
2.8 Pengukuran Antropometri
Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan cara antropometri, jadi hanya akan dibahas lebih luas mengenai antropometri. Pengukuran
antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi dan komposisi tubuh. Beberapa pengukuran antropometri utama yang digunakan anatara lain adalah tinggi badan
TB, berat badan BB, lingkar lengan dengan komponen lemak bawah kulit dan otot tulang dan lipatan lemak bawah kulit.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995MenkesSKXII2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak bahwa untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri yang mengacu pada Standar World Health Organization WHO dengan ketentuan
sebagai berikut : Depkes RI, 2011. 1. Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh : umur 2 bulan 29 hari dihitung
sebagai umur 2 bulan. 2. Ukuran panjang badan PB digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan
yang diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7cm.
3. Ukuran tinggi badan TB digunakan untuk anak umur di atas 24 bulan yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka
hasil pengukurannnya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
Universitas Sumatera Utara
4. Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Umur BBU yang merupakan padanan istilah
underweight gizi kurang dan severely underweight gizi buruk. 5. Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Panjang Badan menurut Umur PBU atau Tinggi Badan menurut Umur TBU yang merupakan padanan istilah stunted pendek dan severely
stunted sangat pendek. 6. Kurus dan sangat kurus adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan BBPB atau Berat Badan menurut Tinggi Badan BBTB yang merupakan padanan istilah wasted kurus dan
severely wasted sangat kurus.
2.9 Indeks Antropometri
Ada beberapa indeks antropometri yang umum dikenal yaitu Berat Badan menurut Umur BBU, Tinggi Badan menurut Umur TBU, Berat Badan
menurut Tinggi Badan BBTB.
2.9.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur BBU
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang di konsumsi Supariasa, 2001. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti perkembangan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal terdapat dua
kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan status gizi seseorang saat ini current nutritional status Gibson, 2005.
Indeks BBU mempunyai beberapa kelebihan antara lain : Supariasa, 2001.
1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum 2. Mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan 3. Untuk mengukur status gizi akut atau kronis
4. Berat badan dapat berfluktuasi, ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur, alat pengukur dapat diperoleh di
daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi Adapun kekurangan indeks BBU, antara lain:
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites
2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering ditaksir secara tidak tepat karena pencatatan umur yang belum baik
3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia 5 tahun
4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan
2.9.2 Indikator Tinggi Badan Menurut Umur TBU
TBU dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronis. Seorang yang
tergolong pendek “pendek tak sesuai umurnya” PTSU kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan
Universitas Sumatera Utara
dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi atau panjang badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi
terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Penggunaan indikator TBU sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan indikator TBU yaitu : Supariasa, 2001.
1. Dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lampau 2. Dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk
Sedangkan kelemahan indikator TBU yaitu : Supariasa, 2001. 1. Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok
usia balita 2. Tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat ini
3. Memerlukan data umur yang sering sulit diperoleh di negara-negara berkembang
4. Kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas tidak professional
5. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun 6. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.
2.9.3 Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan BBTB
Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Pertambahan berat badan anak akan seiring dengan pertumbuhan tingginya dalam keadaan
normal Supariasa, 2001. Pengukuran antropometri yang terbaik menurut Soekirman 2000 adalah menggunakan indikator BBTB karena ukuran ini dapat
menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Penggunaan indikator BBTB sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kelemahan.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan indeks BBTB adalah : Matondang, 2007 1. Tidak memerlukan data umur
2. Dapat membedakan proposi badan gemuk, normal dan kurus Kelemahan indeks BBTB adalah : Matondang, 2007
1. Membutuhkan dua macam alat pengukur 2. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran
panjang tinggi badan terutama pada kelompok balita
2.9.4 Klasifikasi Status Gizi
Menurut PERSAGI 2004 yang dikutip oleh Isdaryanti 2007, klasifikasi status gizi anak yang disepakati dalam pertemuan pakar gizi di Cipanas, Jawa
Barat, Januari 2000 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan
Sebutan Status Gizi 1
BBU -3 SD
Gizi buruk - 3 sd -2 SD
Gizi kurang - 2 sd +2 SD
Gizi baik +2 SD
Gizi lebih
2 TBU
-3 SD Sangat Pendek
- 3 sd -2 SD Pendek
- 2 sd +2 SD Normal
+2 SD Tinggi
3 BBTB
-3 SD Sangat Kurus
- 3 sd -2 SD Kurus
- 2 sd +2 SD Normal
+2 SD Gemuk
Tabel 1: Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BBU,TBU, BBTB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS Depkes RI, 2004.
Universitas Sumatera Utara
No Indeks yang digunakan Interpretasi
BBU TBU
BBTB 1
Rendah Rendah
Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah Tinggi
Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal
Rendah Sekarang kurang +
2 Normal
Normal Normal
Normal Normal
Tinggi Rendah
Sekarang kurang Normal
Rendah Tinggi
Sekarang lebih, dulu kurang
3 Tinggi
Tinggi Normal
Tinggi, normal Tinggi
Rendah Tinggi
Obese Tinggi
Normal Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Tabel 2: Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri BBU,TBU,BBTB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS Depkes RI, 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : 1. Variabel Bebas Independent Variable
Kondisi munculnya variabel terikat dalam penelitian ini adalah pola makan. 2. Variabel Terikat Dependent Variable
Variabel yang terpengaruh atau berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah status gizi.
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Asupan Energi