Rumusan Masalah Hipotesa Anak Sekolah Dasar Metode Pengukuran Konsumsi Makanan

Perkembangan bahasa anak usia 9-12 tahun lebih baik dibanding dengan anak usia 7-9 tahun dari segi perbendaharaan kata, pemahaman dan pertuturan Amanda, 2006. Ini menunjukan bahwa anak usia 9-12 tahun dapat berkomunikasi dengan lebih baik dari anak usia 7-8 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wello 2008 seperti yang dikutipkan oleh Geiby 2013, hasil penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada balita di Semarang. Sedangkan dalam penelitian Geiby dkk juga menunujukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi pada anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja puskesmas Tompaso kecamatan Tompaso. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan, serta berperan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya, pembangunan kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta Depkes RI, 2005.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu apakah terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi pada siswa usia 9-12 tahun di Sekolah Dasar SD Advent 2 kecamatan Medan Selayang?

1.3 Hipotesa

Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada siswa usia 9-12 tahun di SD Advent 2 kecamatan Medan Selayang. Universitas Sumatera Utara 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada siswa usia 9-12 tahun di SD Advent 2 kecamatan Medan Selayang.

1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui pola makan pada siswa usia 9-12 tahun di SD Advent 2.

b.Mengetahui status gizi pada siswa usia 9-12 tahun di SD Advent 2. c. Menganalisis hubungan antara pola makan dengan status gizi pada siswa usia 9- 12 tahun di SD Advent 2.

1.5 Manfaat Penelitian

Mengetahui hubungan antara pola makan dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini, yaitu:

1.5.1 Bagi Profesi Kedokteraan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam meningkatkan status gizi dan kewaspadaan pentingnya pola makan yang baik pada anak usia sekolah dasar.

1.5.2 Bagi Guru

Diharapkan informasi ini menjadi dasar pentingnya pendidikan gizi di sekolah, karena status gizi kurang tidak selalu disebabkan oleh ketidakmampuan membeli pangan yang bergizi tetapi dapat juga disebabkan rendahnya pengetahuan dan kesadaran makanan yang bergizi.

1.5.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta memberikan informasi kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat dibanding balita, mempunyai sifat individual serta aktif, tidak bergantung dengan orang tua dan mempunyai karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau norma. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari anak putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan. Anak usia sekolah juga dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga memerlukan asupan makanan yang mengandung gizi seimbang, agar proses tersebut tidak diganggu. Pada usia sekolah selain peran orang tua, kesadaran anak sekolah juga diperlukan karena mereka sudah mampu memilih makanan mana yang d i s u k a i Almatsier. S, 2004 . Karakteristik anak sekolah dasar seperti : Moehji, 2003 • Pertumbuhan tidak secepat bayi • Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen tanggal • Lebih aktif memilih makanan yang disukai • Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat • Pertumbuhan lambat • Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja Universitas Sumatera Utara

2.2 Pengertian Gizi

Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952- 1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994, nutrition diterjemahkan sebagai “nutrisi” Zain, 1994. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga Irianto, 2006. Menurut Almatsier. S 2009, zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun, memelihara jaringan serta mengatur proses-proses jaringan. Gizi merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk perkembangan dan pertumbuhan dalam bentuk dan untuk memperoleh energi, agar manusia dapat melaksanakan kegiatan fisiknya sehari-hari.

2.2.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia Soekirman, 2000. Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi DepKes, 2002. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih Almatsier. S, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.3 Masalah Gizi

Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan sanitasi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, serta adanya daerah miskin gizi iodium. Sebaliknya gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan Almatsier. S, 2004. Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok didalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan kekurangan gizi. Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari : Soekidjo, 2003 a. Kelompok bayi : 0-1 tahun b. Kelompok dibawah 5 tahun balita : 1-5 tahun c. Kelompok anak sekolah : 6-12 tahun d. Kelompok remaja : 13-20 tahun e. Kelompok ibu hamil dan menyusui f. Kelompok usia lanjut

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. Universitas Sumatera Utara 1. Penyebab langsung, yaitu : Soekirman, 2000. a. Asupan makanan Bila susunan hidangan kebutuhan tubuh baik dari sudut kuantitas atau kualitas, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi sebaik – baiknya. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik dalam kualitas maupun kuantitas akan memberi dampak kesehatan. Gizi yang baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan antara banyaknya jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya zat yang dibutuhkan tubuh. b. Penyakit infeksi yang mungkin diderita Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Sebaliknya, anak yang mendapat makanan tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah terserang infeksi, kurang nafsu makan, dan akhirnya berakibat kurang gizi. 2. Penyebab tidak langsung, yaitu : Alatas, 2011. a. Ketahanan pangan keluarga, adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga baik secara kuantitas maupun kualitas. b. Pola pengasuhan anak, meliputi sikap dalam hal berhubungan dengan anak, memberikan makanan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. c. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Semakin mudah akses dan keterjangkauan anak dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan ketersediaan air bersih, semakin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi. Universitas Sumatera Utara

2.4 Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan juga dikatakan sebagai suatu cara seseorang atau sekelompok orang atau keluarga memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial Aini, 2013. Pola makan ini akan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah kebiasaan, kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan sebagainya. Selain untuk kekuatan atau pertumbuhan, makanan juga untuk memenuhi rasa lapar, selera, dan juga tempat sebagai lambing yaitu lambang kemakmuran, kekuasaan, ketentraman dan persahabatan. Semua faktor bercampur membentuk suatu ramuan kelompok yang disebut dengan pola konsumsi Matondang, 2009.

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan

Pemilihan makanan individu sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti : Khomsan,2003 1. Jenis Kelamin Menurut Brown 2005, pria lebih banyak membutuhkan energi dan protein dari wanita. Hal ini disebabkan pria lebih banyak melakukan aktivitas fisik daripada wanita. Oleh karena itu, kebutuhan kalori laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sehingga laki-laki mengkonsumsi lebih banyak makanan. Selain itu banyak wanita yang sangat memperhatikan citra tubuhnya sehingga banyak dari mereka yang menunda makan bahkan mengurangi porsi makannya. Universitas Sumatera Utara

2. Pengetahuan

Menurut Mc Williams 1993 seperti yang dikutipkan oleh Sebayang 2012, kurangnya pengetahuan gizi dapat menimbulkan masalah gangguan nutrisi. Banyak orang yang tidak memahami zat gizi yang terkandung dalam makanan dan fungsi zat gizi tersebut didalam tubuh. Seseorang yang tidak mengerti akan prinsip dasar gizi dan tidak sadar akan gizi yang dikandung dalam makanan dapat mengakibatkan kesulitan dalam memilih makanan yang diperlukan oleh tubuh. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus, maka akan menimbulkan defisiensi, yang akan berpengaruh terhadap status gizi individu tersebut . Menurut Geisler 2005 seperti yang dikutipkan oleh Sebayang 2012, pada umumnya seseorang dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki asupan yang lebih baik, akan tetapi hanya memberikan pengetahuan, kebiasaan makan belum tentu menjadi lebih sehat. Kurangnya dukungan dari linkungan teman dan keluarga, sulitnya mendapatkan makanan yang sehat, maupun kendala lainya merupakan hambatan seseorang untuk merubah kebiasaan makannya ke arah yang lebih baik. 3. Teman Sebaya Teman sebaya juga tidak kurang pentingya dalam mempengaruhi seseorang dalam mengkonsumsi sesuatu makanan. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status Ali, 2003.

2.5 Metode Pengukuran Konsumsi Makanan

Metode pengukuran konsumsi makanan digunakan untuk mendapatkan data konsumsi makanan tingkat individu. Universitas Sumatera Utara 1. Food Recall 24 jam 24 Hour Food Recall Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall dilakukan pada saat wawancara dilakukan dan mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Wawancara menggunakan formulir recall harus dilakukan oleh petugas yang telah terlatih. Data yang didapatkan dari hasil recall lebih bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan data kuantitatif maka perlu ditanyakan dalam penggunaan URT Ukuran Rumah Tangga. Recall dilakukan minimal dua kali dengan tidak berturut-turut Supariasa, 2001. Menurut Sebayang 2012, jika pengukuran dilakukan hanya satu kali 1x 24 jam, maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan individu, sehingga recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dengan hari yang tidak berturut-turut.

2.6 Angka Kecukupan Gizi AKG