ii
3. Masyarakat Madani: Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan
pada dasarnya berada diantara atau ditengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok
masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi. Maka dapat disimpulkan good governance adalah pengelolaan tata
pemerintahan yang baik, meliputi tata pemerintahan yang berwawasan ke depan visi, bersifat terbuka transparansi, cepat tanggap, akuntabel akuntabilitas,
berdasarkan profesionalitas dan kompetensi, menggunakan struktur dan sumber daya secara efesien dan efektif, terdesentralisasi, demokratis dan berorientasi pada
konsensus, mendorong kepada peningkatan partisipasi masyarakat, mendorong kemitraan dengan swasta dan masyarakat, menjunjung supremasi hukum,
memiliki komitmen kepada pengurangan kesenjangan, memiliki komitmen kepada pasar, dan memiliki komitmen pada lingkungan hidup. Keberhasilan
penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik sangat ditentukan oleh keterlibatan dan sinergi tiga aktor utama dari good governance ini yakni aparatur pemerintah,
masyarakat atau publik, dan keterlibatan pihak swasta.
I.5.1.2 Prinsip-Prinsip Good Governance
Gambir Bhatta 1996 menggungkapkan bahwa “unsur utama governance”, yaitu: akuntabilitas accountability, transparansi transparency
keterbukaan opennes, dan aturan hukum rule of law ditambah dengan kompetensi manajemen management competence dan hak-hak azasi manusia
human right. Kemudian UNDP melalui Lembaga Administrasi Negara yang dikutip
Tangkilisan 2005:115 mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang
Universitas Sumatera Utara
ii
harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, meliputi:
a. Partisipasi Participation
Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik secara langung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang
mewakili kepentinganya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
b. Penerapan hukum Fainess
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.
c. Transparansi Transparency
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang embutuhkan. Informasi harus
dapat dipahami dan dapat dimonitor. d.
Responsivitas Responsiveness Lemabaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholders. e.
Orientasi Consensus Orientation Good governance menjadi perantara kepetingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas dalam hal kebiakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
f. Keadilan Equity
Semua warga Negara, baik laki-laki maupu perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
Universitas Sumatera Utara
ii
g. Efektivitas Effectivness
Proses-proses dan lembaga-lembaga mengahasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia
sebaik mungkin. h.
Akuntabilitas Accountability Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat civilsociety bertanggung jawab kepada publik dan lembaga- lembaga stekholder. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat
keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan atau eksternal organisasi.
i. Strategi Visi Strategi Vision
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan dengan apa yang
diperlukan untuk pembangunan semacam ini. Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi
dalam pelaksaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara
penggunaannya sungguh-sungguh mencapai hasil yang dikehendaki shareholders. Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola oleh siapa saja yang
mempunyai kualifikasi profesional mengarah kepada kinerja SDM yang ada dildalam organisasi publik sehingga dalam penyelengaraan good governance
didasarkan pada kinerja organisasi publik, yakini responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.
Universitas Sumatera Utara
ii
Responsivitas adalah kemampuan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengenbangkan program-program
pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Tangkilisan,2005:117
Berdasarkan pernyataan Tangkilisan diatas maka disebutkan bahwa responsivitas mengacu pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan
yang diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik dalam
menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas ini sangat rendah ditunjukan dengan ketidakselarasan
anatara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.
Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek.
Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan implisit atau eksplisit. Semakin kegiatan
organisasi publik itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi dan peraturan serta kebijaksanaan organisasi, maka kinerja akan dinilai semakin baik.
Sedangkan akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.
Asumsinya pejabat politk tesebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini kinerja
organisasi publik dinilai baik apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar kegiatannya didasarkan pada upaya-upaya untuk memenuhi harapan dan
Universitas Sumatera Utara
ii
keinginan para wakil rakyat. Semakin banyak tindak lanjut organisasi atas harapan dan keinginan para wakil rakyat, Maka semakin banyak tindak lanjut organisasi
tersebut dinilai semakin baik. Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik atau pemerintah seperti mencapai target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal juga seperti nilai-nilai dan
norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan
nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Prinsip-prinsip good governance pada dasarnya mengandung nilai yang
bersifat objektif dan universal yang menjadi acuan dalam menentukan tolok ukur atau indikator dan karekteristik penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik.
Prinsip-prinsip good governance dalam praktek penyelenggaraan Negara dituangkan dalam tujuh asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana
dimaksud dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme dan UU Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memuat asas-asas pemerintahan yang mencakup:
a. Asas Kepastian Hukum
adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara.
Universitas Sumatera Utara
ii
b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara
Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan, dalam pengendalian Penyelenggara Negara.
c. Asas Kepentingan Umum
adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
d. Asas Keterbukaan
adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
e. Asas Proporsionalitas
dalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara.
f. Asas Profesionalitas
adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Asas Akuntabilitas
adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Universitas Sumatera Utara
ii
Sebagiamana telah dijelaskan bahwa good governace awal mulanya digunakan dalam dunia usaha dan adanya desakan untuk menyusun sebuah
konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen profesionalnya maka diterapkan good corporate governance.
Sehingga dikena dengan prinsip-prinsip utama dalam governance corporate yaitu : transparansi, akuntabilitas, fainess, responsibilitas dan responsivitas.
Nugroho, 2004:216 Transparansi bukan berarti ketelanjangan, melainkan keterbukaan yakni
adanya sebuah sistem yang menungkinkan teterselengaraan komunikasi internal dan eksternal dari korporasi. Akuntabilitas adalah pertangungjawaban secara
bertingkat keatas. Dari organisasi manajemen paling bawah hingga dewan direksi kepada dewan komisaris. Akuntabilitas secara luas diberikan oleh dewan
komisaris kepada masyarakat. Sehingga akuntabilitas secara sempit dapat diartikan secara financial. fairness agak sulit diterjemahkan, karena menyangkut
keadilan dalam konteks moral. Fairness lebih menyangkut moralitas dari organisasi bisnis dalam menjalankan hubungan bisnisnya, baik secara internal
maupun eksternal. Responsibilitas adalah pertanggungjawaban korporat secara kebijakan.
Dalam konteks ini penilaian pertangungjawaban lebih mengacu kepada etika korporat, termasuk dalam hal ini etika professional dan etika manajerial.
I.5.2 Efektivitas Kerja I.5.2.1 Pengertian Efektivitas Kerja