15
c. Bagaimana status perkawinan yang timbul dari perkawinan adhal?
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
merupakan ilmu yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan, pemikiran, pengetahuan mana senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis,
akan berkembang terus atas dasar penelitian-penelitian. Hal ini disebabkan karena penggunaan ilmu pengetahuan bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan lebih
mendalami. Ilmu hukum mempunyai karakeristik sebagai ilmu yang bersifat perspektif
dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat perspektif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan
norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum menetapkan standart prosedur, ketentuan-ketentuan,rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum.
27
Ilmu hukum tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai bidang ilmu termasuk ketergantungan pada metodologi, karena aktivitas penelitian hukum dan
imajinasi sosial juga sangat ditentukan oleh teori.
28
Hukum ada pada setiap masyarakat dimana pun juga. Bagaimanapun primitifnya dan modernnya suatu masyarakat pasti mempunyai hukum. Sehingga
27
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hal.22
28
M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hal 203
Universitas Sumatera Utara
16
keberadaan eksistensi hukum sifatnya universal. Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat, tetapi justru memiliki hubungan timbal balik.
29
Hukum memiliki 3 tiga peranan utama dalam masyarakat: 1. Sebagai sarana pengendalian sosial
2. Sebagai sarana memperlancar proses interaksi sosial 3. Sebagai sarana untuk menciptakan keadaan tertentu
Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, atau teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan
perbandingan, pegangan teoritis.
30
Teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa kegunaan paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.
2. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur-struktur konsep serta mengembangkan definisi-definisi.
3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti.
4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-
faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.
29
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Edisi Revisi, PT.Citra Aditya Bakti,Bandung, 2004, hal 27
30
M.Solly Lubis, Filsafat dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80
Universitas Sumatera Utara
17
5. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.
Penelitian ini membahas tentang peranan wali nikah nikah menurut perspektif fiqih Islam dan Kompilasi Hukum Islam. Dalam kasus ini Penggugat orang tua
Tergugat I mengajukan gugatan atas pernikahan Tergugat I dengan Tergugat II. Adapun teori yang dikaitkan dengan permasalahan dalam penelitian adalah
teori Maqasid Al-Syari’ah dan teori Perwalian. Teori Maqasid Al-Syari’ah dikemukakan oleh Abu Ishaq al-Syathibi, yaitu
tujuan akhir hukum adalah maslahah atau kebaikan dan kesejahteraan manusia. Tidak satupun hukum Allah yang tidak mempunyai tujuan. Hukum
yang tidak mempunyai tujuan sama dengan membebankan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan. Hukum-hukum Allah dalam Al Qur’an mengandung
kemaslahatan.
31
Teori Maqasid Al-Syari’ah hanya dapat dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat yang mengetahui dan memahami. Demikian juga yang menciptakan
hukum-hukum yang termuat dalam Al Qur’an adalah Allah SWT. Berdasarkan pemahaman tersebut, akan muncul kesadaran bahwa Allah SWT yang paling
mengetahui berkenaan hukum yang dibutuhkan oleh manusia, baik yang berhubungan dengan kehidupannya didunia maupun di akhirat. Kesadaran hukum pihak
pemerintah dan masyarakat tersebut, akan melahirkan keyakinan untuk menerapkan hukum Allah SWT, bila menginginkan terwujudnya kemaslahatan bagi kehidupan
manusia.
32
31
Asfari Jaya Bakri, Konsep Maqasid Al-Syari’ah Disertasi Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatulah, Jakarta, 1994, hal. 96
32
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,Sinar Grafika, Jakarta,2009,hal.86
Universitas Sumatera Utara
18
Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat, berdasarkan penelitian para ahli ushul fiqih, unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan
yaitu:
33
a. Memelihara agama b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal d. Memelihara harta
e. Memelihara keturunan f. Memelihara kehormatan
Peranan wali nikah ini berkaitan dengan salah satu tujuan untuk mewujudkan kemaslahatan dalam hukum Islam yaitu untuk memelihara keturunan. Dengan
pemeliharaan keturunan, maka kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat diteruskan dengan sebaik-baiknya.
Teori berikutnya yang menjadi pendukung dari Maqasid Al-Syari’ah adalah teori Perwalian. Teori ini penting diikutsertakan dalam penelitian karena pada
dasarnya semua orang harus memiliki wali, termasuk wali nikah dalam pernikahan. Salah satu rukun pernikahan dalam agama Islam adalah wali. Perwalian dalam nikah
adalah kekuatan untuk melangsungkan akad nikah. Suatu pernikahan tidak dipandang sah kecuali ada wali sebagaimana
dinyatakan dalam Firman Allah dan Hadistt sebagai berikut : Surat al-Baqarah 2 ayat 221:
33
Fitri Zakiyah, Tesis Perbandingan Status Hak Waris Anak Luar Kawin Antara Kompilasi Hukum Islam KHI Dengan Hukum Perdata BW, Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal.21
Universitas Sumatera Utara
19
“Janganlah kamu mengawinkan anak-anak perempuanmu dengan laki-laki musyrik. Sesungguhnya hamba sahaya mukmin lebih baik daripada orang musyrik
walaupun ia menarik hatimu.”
34
Surat an-Nur 24 ayat 32: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-
orang yang layak untuk kawin di antara hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. jika mereka miskin Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya.”
35
Rasulullah SAW bersabda: “Siapapun perempuan yang menikah tanpa izin walinya maka nikahnya batil,
nikahnya batil, nikahnya batil. Apabila sang suami menggaulinya maka ia harus menerima mas kawin karena menghalalkan kemaluannya. Apabila terjadi perselisihan
maka seorang penguasa hakim adalah wali bagi yang tidak memiliki wali.”
36
Juga Hadistt Aisyah, Nabi bersabda: “Wanita manapun yang menikah tanpa izin walinya, maka pernikahannya
batal.”HR.Empat orang Ahli Hadistt kecuali Nasai
37
Berkaitan dengan pernyataan di atas menunjukkan bahwa kedudukan dan keberadaan wali memang harus ada bagi setiap wanita dan tidak boleh diabaikan.
34
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Op.Cit, hal.70
35
Ibid
36
Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Era Intermedia, Solo, 2005, hal.178
37
M.Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Prenada, hal.72
Universitas Sumatera Utara
20
2. Kerangka Konsepsi