commit to user
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Degradasi Lahan
Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik yang bersifat sementara maupun tetap. Akibat dari proses degradasi lahan
adalah timbulnya areal lahan yang tidak produktif atau dikenal sebagai lahan kritis Puslittanak, 1993.
Proses degradasi lahan sering mengakibatkan suatu lahan menjadi kritis adalah erosi air maupun angin, proses degradasi lahan ini
menyebabkan: penggurunan desertification, pemasaman tanah acidification, penggaraman salinisation, penggenangan waterlogging,
penurunan permukaan tanah organik peatsubsidence dan penurunan permukaan air bawah tanah over drainge. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi proses degradasi lahan adalah iklim hujan dan temperatur, ordo tanah, topografi, vegetasi tipe penggunaan lahan dan sistem pertanian
serta manusia sosial, ekonomi dan teknologi atau agroteknologi Sinukaban, 2003.
Erosi yang terus terjadi di wilayah Sub-DAS Progo Hulu telah menyebabkan degradasi lahan yang berupa kerusakan lahan dan menurunnya
kesuburan tanah, karena teknik budidaya tembakau yang dilakukan petani hanya ditujukan untuk memperoleh produksi yang tinggi, seperti pembuatan
bedengan atau guludan penanaman searah kemiringan lahan dengan maksud untuk memperoleh drainase yang baik, menebangi tanaman tahunan yang
berkanopi rimbun dengan tujuan untuk meningkatkan intensitas penyinaran dari matahari Djajadi, 2000. Menurut GGWRM-EU 2004. Di wilayah
Sub-DAS Progo Hulu memiliki lahan kritis dan sangat kritis dengan luas 3.523 Ha terutama menyebar pada lahan yang digunakan untuk usahatani
lahan kering berbasis tembakau dan sayuran.
¶
commit to user
6
B. Budidaya Tembakau di Temanggung
Tanaman tembakau Nicotiana tabacum L varietas “kemloko” sesuai ditanam di dataran tinggi 700 m d.p.l. sampai dengan 1500 m d.p.l curah
hujan yang dibutuhkan antara 2.200 – 3.100 mmtahun dengan 8 – 9 bulan basah dan 3-4 bulan kering. Daerah penanamann yang sampai pada saat ini
masih berpusat di lereng gunung Sumbing dan gunung Sindoro Kabupaten Temanggung Basuki et al. 2000. Suhu udara yang cocok antara 21-32
C, pH antara 5-6. Sifat fisik tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki
tata air dan udara yang baik Anonim, 2007. Tembakau Temanggung mempunyai ciri aromatis dengan kadar
nikotin tinggi 3-8, merupakan rokok kretek yang sulit dicari penggantinya serta berperan sebagai pemberi rasa dan aroma, sehingga hampir semua
pabrik rokok kretek membutuhkan tembakau ini. Di samping itu, daun bawah tembakau Temanggung diolah dalam bentuk krosok sebagai komoditas
ekspor. Ditinjau dari mutu tembakau yang dihasilkan, semakin tinggi tempat penanaman akan semakin tinggi mutu tembakau yang dihasilkan. Oleh karena
itu areal penanaman tembakau terus berkembang pada daerah-daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m d.p.l yang berupa lahan kering dengan
kemiringan lebih 30 Mukani et al, 1995 Teknik budidaya tembakau yang dilakukan petani selama ini hanya
ditujukan untuk memperoleh produksi yang tinggi, Akibat dari teknik budidaya yang tidak megindahkan kaidah-kaidah konservasi pada kemiringan
yang curam dengan curah hujan yang tinggi diwilayah ini telah menyebabkan terjadinya erosi yang parah dan degradasi lahan. Besarnya prediksi erosi yang
terjadi pada lahan usahatani tembakau di Sub-DAS Progo Hulu rata-rata sebesar 47,51 tonhatahun Proyek Pusat Pengembangan Pengelolaan
DAS, 1990.
C. Teknik Konservasi Teras Batu