commit to user
32
B. Pembahasan 1. Curah Hujan
Pengukuran curah hujan di lokasi penelitian dilakukan selama bulan April sampai September 2009. Hasil pengukuran curah hujan total
adalah 698 mm dengan 32 hari hujan, dengan curah hujan tertinggi pada bulan Mei sebesar 333 mm dengan 19 hari hujan, pada bulan April curah
hujan sebesar 291 mm dengan 8 hari hujan dan curah hujan terendah pada bulan Juni sebesar 74 mm dengan 5 hari hujan.
2. Limpasan Permukaan
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pada blok II kemiringan lereng ±45 limpasan permukaan sebesar 1580,10 m
3
ha3 bln, kemudian berkurang berturut-turut pada blok III kemiringan lereng ±70 sebesar
1419,97 m
3
ha3 bln, dan yang terakhir pada blok I kemiringan lereng ±30 sebesar 1356,55 m
3
ha3 bln. Hal ini disebabkan karena pada kemiringan ±45 didominasi tektur lempung Lampiran 1 yang memiliki
kemampuan untuk menyumbat pori-pori tanah, akibatnya infiltrasi menurun sehingga limpasan permukaan meningkat. Untuk masing masing
perlakuan dapat diketahui bahwa TB0 Teras batu pola petani limpasan permukaan sebesar 1587,08 m
3
ha3 bln, kemudian berkurang secara berurut-turut pada TB1 Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada
guludan setinggi 5-10 cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 7 tonha sebesar 1576,13 m
3
ha3 bln dengan P LP 0,69, dan perlakuan TB2 Teras batu + rumput Setaria Spacelata pada guludan setinggi 5-10
cm diatas batu + mulsa batang tembakau dosis 14 tonha sebesar 1358,13 m
3
ha3 bln dengan P LP 14,43 dan yang terakhir TB3 Teras batu + tumpang sari koro merah dengan tembakau + mulsa batang tembakau dosis
7 tonha sebesar 1287,47 m
3
ha3 bln dengan P LP 18,88.Perlakuan TB3 memiliki kemampuan menahan limpasan permukaan yang begitu baik
bila dibandingkan dengan TB1 dan TB2, hal ini disebabkan adanya penggunaan mulsa batang tembakau 7 tonha yang dapat mengurangi
commit to user
33
kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah dan adanya vegetasi koro merah yang mampu mengintersepsi air hujan lalu mengalir
melalui batang dan masuk kedalam tanah Arsyad, 2006. Sedangkan penurunan limpasan permukaan TB2 lebih baik bila dibandingkan dengan
TB1, hal ini disebabkan penggunaan mulsa batang tembakau pada TB2 lebih banyak yaitu sebesar 14 tonha.
Dari hasil analisis model linier aditif lampiran 6 dapat diketahui bahwa pengaruh terbesar terhadap variasi limpasan permukaan adalah
galat yaitu kedalaman jeluk, tekstur dan permeabilitas. Oleh sebab itu, pada TB0 memiliki limpasan permukaan terbesar dibandingkan TB1, TB2
dan TB3. Apabila kedalaman jeluk dalam dan di dominasi tekstur pasiran yang dapat menyebabkan pori-pori udara pada tanah lebih banyak
kemudian terisi oleh air hujan pada saat terjadi hujan, maka akan meningkatkan kecepatan infiltrasi tanah sehingga laju permeabilitas tinggi
dan limpasan permukaan sedikit. Sedangkan apabila tanah didominasi tekstur lempung, maka tanah akan menyerap air sangat lambat, sehingga
infiltrasi dan permeabilitas rendah akan menimbulkan aliran permukaan walaupun curah hujan yang cukup rendah Suripin, 2004.
3. Erosi .