3. Kategorisasi Hasil Penelitian
Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara work engagement dengan supervisory coaching
behaviour pada
salesperson. Dalam penelitian ini peneliti akan mengkategorisasikan data penelitian berdasarkan mean hipotetik. Mean hipotetik
digunakan untuk melihat posisi relative individu berdasarkan norma skor ideal skala yang dibuat oleh peneliti.
a. Kategorisasi Skor Skala Work Engagement
Setelah dilakukan uji reabilitas pada skala work engagement diperoleh 23 aitem yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi data
penelitian dengan rentang nilai 1-5 sehingga menghasilkan skor minimal 23 dan skor maksimal 115.
Berdasaran hasil penelitian diperoleh skor total maksimum 97 dan skor minimum 65. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik work
engagement dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8 Nilai Empirik dan Hipotetik
Work Engagement Minimum
Maksimum Rata-rata
SD Nilai Empirik
65 97
86,73 6,391
Nilai Hipotetik 23
115 69
15,3
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel maka diperoleh nilai rata-rata empirik Xwork engagement sebesar 86,73 dengan standar deviasi SD empirik s 6,391 dan
nilai rata-rata hipotetik µ sebesar 69 dan standar deviasi SD hipotetik σ
sebesar 15,3 . Jika dilihat dari perbandingan rata-rata empirik X dengan rata-rata hipotetik µ, maka diperoleh rata-rata empirik yang lebih besar daripada rata-rata
hipotetik 86,73 69. Hal ini berarti, salesperson memiliki work engagement yang tergolong dalam kategori tinggi.
Dari rata-rata hipotetik sebesar 69 dan standar deviasi sebesar 15,3 dapat dibuat kategorisasi work engagement seperti tabel dibawah ini:
Tabel 9 Kategorisasi
Work Engagement Mean Hipotetik Variable
Rentang Nilai Kategori
Jumlah Persentase
Work Engagement
X 53,7 Rendah
0 Orang 53,7 X
≤ 84,3 Sedang
0 Orang X
≥ 84,3 Tinggi
100 Orang 100
Total
100 Orang 100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki work engagement rendah sebanyak 0 orang 0, subjek yang memiliki work
engagement sedang sebanyak 0 orang 0, dan subjek yang memiliki work engagement tinggi sebanyak 100 orang 100.
Universitas Sumatera Utara
b. Kategorisasi Skor Skala Supervisory Coaching Behaviour
Setelah dilakukan uji reabilitas terhadap skala supervisory coaching behaviour diperoleh 18 aitem yang memenuhi persyaratan untuk dianalisa
menjadi data penelitian dengan rentang nilai 1-5 sehingga menghasilkan skor minimal 18 dan skor maksimal 90. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor
total maksimum 90 dan skor minimum 21. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik supervisory coaching behaviour dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 10 Nilai Empirik dan Hipotetik
Supervisory Coaching Behaviour Minimum
Maksimum Rata-rata
SD Nilai Empirik
21 90
57,75 14,46
Nilai Hipotetik 18
90 54
12
Berdasarkan tabel maka diperoleh nilai rata-rata empirik supervisory coaching behaviour sebesar 57,75 dengan standar deviasi 14,46 dan nilai rata-rata hipotetik
sebesar 54 dan standar deviasinya 12. Jika dilihat dari perbandingan antara rata- rata empirik dengan rata-rata hipotetik, maka diperoleh rata-rata empirik lebih
besar dari rata-rata hipotetik 57,75 54. Hal ini menunjukkan salesperson menilai atasan sering menunjukkan supervisory coaching behaviour. Dari rata-
rata hipotetik sebesar 54 dan standar deviasi 12 dapat dibuat kategorisasi supervisory coaching behaviour seperti tabel dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11 Kategorisasi
Supervisory Coaching Behaviour Mean Hipotetik Variable
Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
Supervisory Coaching
Behaviour X42
Jarang 1
1 42 X
≤ 55 Kadang-kadang
16 16
X ≥ 55
Sering 83
83
Total
100 100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebanyak 83 orang 83 karyawan menilai atasan sering menunjukkan supervisory coaching behaviour, 16 orang
16 menilai atasan kadang-kadang menunjukkan supervisory coaching behaviour, dan 1 orang 1 orang menilai atasan jarang menunjukkan
supervisory coaching behaviour.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada sampel salepersons yang bekerja di Medan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara supervisory coaching behaviour
dengan work engagement pada salesperson, yaitu dengan kuat hubungan 0,278. Hubungan antara supervisory coaching behaviour dengan work engagement
bernilai positif, artinya bahwa ketika semakin sering supervisory coaching behavior atasan ditunjukkan maka semakin tinggi pula work engagement,
demikian sebaliknya, jika semakin jarang supervisory coaching behaviour yang
Universitas Sumatera Utara