resiko,atau karena keberuntungan; h Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup
ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau internet untuk
membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik.
Terjemahan Ary 2007 dari situs : www.infoplease.comhomeworkwsbiography.html.
2.2 Alasan Dipilihnya Asep Permata Bunda
Dalam tulisan ini, penulis memilih Asep Permata Bunda sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Sunda
diantaranya adalah: a Beliau adalah satu-satunya orang yang dapat membuat kendang sunda yang
bisa dimainkan dalam kesenian sunda di medan hasil wawancara Kang Ade Hidayat;
b Beliau dapat memainkan alat musik tradisional Sunda dengan sangat baik pemain kendang di Paguyuban Wargi Sunda PWS, Medan;
c Pengalaman beliau yang merupakan cucu dari pembuat kendang sunda dari kecil yang membuat Kang Asep menjadi orang yang lebih paham mengenai alat
musik tradisional Sunda. Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapanwawancara dengan Kang
Asep dan juga dari rekan-rekan. Peranan dan pengalaman beliau yang banyak ini menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta-fakta mengenai kehidupan
Universitas Sumatera Utara
beliau, dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan beliau sebagai pembuat alat musik dan lebih dikhususkan kepada instrumen musik kendang
buatan beliau.
2.2 Biografi Asep Permata Bunda
Gambar 1. Kang Asep bersama istri
Gambar 2. Kang Asep bersama penulis
Biografi Asep Permata Bunda yang akan dideskripsikan dalam tulisan ini, mencakup aspek - aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan
Universitas Sumatera Utara
sebagai pemusik, dan kehidupan sebagai pembuat alat musik Kang Asep Permata Bunda, khususnya mengenai gendang buatan beliau tersebut.
2.2.1 Latar Belakang Keluarga
Kang Asep P.B lahir di Bandung, Desa Rancamanya Kec. Pamempek pada tanggal 28 November 1972, anak tunggal dari alm. Bapak Salhi M dan alm.
Ibu Nunung. Kang Asep lahir dari keluarga seniman, dimana kakek dari Kang Asep yaitu yang sering dipanggil Pak Adang adalah seorang pemusik dan
pembuat alat musik tradisional sunda di Bandung seperti kecapi, suling, kendang. Sedangkan alm. ayah Kang Asep sendiri adalah seorang militer dan
alm. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Semasa hidupnya ayah dan ibu Kang Asep sering berpindah-pindah kota. Namun dari kecil hingga sampai
menamatkan pendidikannya, Kang Asep tetap tinggal di Bandung bersama kakeknya. Mereka memiliki sebuah sanggar yang bernama Sanggar Degung
Sariwangi. Sanggar ini sudah berdiri semenjak Kakek kang Asep masih muda. Sanggar sariwangi ini sendiri sudah sering diundang untuk mengisi acara di TV
lokal Bandung seperti TVRI dan RRI Bandung. Profesi keseharian kakek beliau yang adalah pemain sekaligus pembuat instrumen musik tradisional Sunda, yang
membuat Kang Asep merasa tertarik untuk ikut mencoba-coba membuat kendang sunda. Kang Asep memulai ketertarikan membuat kendang dimulai pada tahun
1984 disaat beliau berumur 12tahun dengan cara membongkar kendang yang sudah jadi, lalu memasangnya lagi. Melihat keseriusannya dan ketertarikannya
terhadap kendang sunda, maka sang kakek mulai mengajari beberapa teknik untuk membuat alat musik tradisional sunda, khususnya kendang sunda. Kakek beliau
Universitas Sumatera Utara
sering juga membuat Kang Asep terlibat membantunya dalam membuat alat musik juga dalam bermain musik, hal tersebutlah yang membuat Kang Asep
menjadi sangat akrab dengan musik tradisional Sunda dan menguasai banyak permainan instrumen musik tradisional juga proses pembuatannya.
2.2.2 Latar Belakang Pendidikan
Kang Asep menyelesaikan jenjang pendidikan 9 tahunnya, yaitu di : 1.
SD Ranca Manyar, Kab. Bandung dari kelas 1 SD – 6 SD 2.
SMP Margahayu, Kab. Bandung 3 tahun 3.
STM Soreng, Kab. Bandung 3tahun Setelah menyelesaikan pendidikannya, Kang Asep masih menetap 2 tahun di
Bandung bersama kakek beliau, dan memutuskan untuk tinggal bersama lagi dengan ayah dan ibu beliau pada tahun 1991, yang kebetulan pada saat itu orang
tua beliau sudah berdomisili di Medan, Sumatera Utara.
2.2.3 Berumah Tangga
Kang Asep menikah pada tanggal 2 Desember 1997 di Medan dengan istrinya Nurhasanah, dari pernikahan mereka lahirlah 2 orang putri, yaitu:
1.Evis Widya Nabila 15 tahun – 1 SMA 2.Salhilah Nurfajar 7 tahun – 3 SD
Setelah menikah beliau memilih untuk berprofesi sebagai perawat di salah satu RS di medan RS Permata Bunda dan sekaligus sebagai pembuat alat musik
tradisional Sunda, khususnya Gendang Sunda di rumah beliau yang beralamat di jln. Antariksa gang Kembar No. 16 Medan Polonia.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Kang Asep Sebagai Pembuat Alat Musik
Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa latar belakang keluarga banyak mempengaruhi dan membuat Kang Asep seorang yang piawai
dalam bermain musik tradisional Sunda. Demikian juga halnya sebagai pembuat instrumen musik Sunda. Kemampuan dalam membuat instrumen musik tradisional
masyarakat Sunda diperoleh Kang Asep semenjak dia masih anak-anak, beliau sering membantu kakeknya Pak Adang. Pak Adang mahir dalam membuat
instumen musik tradisional masyarakat Sunda. Berawal dari pengalaman hidup pada masa anak-anak tersebutlah yang terus
dikembangkan dan menjadi bekal bagi beliau untuk memulai karir beliau sebagai pembuat instrumen musik tradisional pada masyarakat Sunda. Pada awal karirnya
sebagai pembuat alat musik, sebenarnya diakui beliau adalah didasari kebutuhan pribadi juga beberapa saudara kandungnya yang juga sebagai pemusik tradisional di
Bandung pada saat itu, sehingga beliau membuat instrumen musik tradisional tersebut seperti apa yang pernah dialami dan dipelajari beliau ketika bersama
dengan kakeknya. Kecapi, suling, dan kendang adalah jenis instrumen musik tradisional yang sering dibuat oleh Kang Asep, karena instrumen tersebutlah yang
kerap digunakan oleh Kang Asep dan sepupunya dalam setiap pertunjukan yang mereka adakan maupun yang mengundang mereka untuk bermain musik
tradisional. Hingga kini, Kang Asep masih tetap membuat alat musik sunda khususnya kendang sunda di Medan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Kang Asep Sebagai Pemusik Tradisional Sunda
Kemampuan bermusik khususnya musik tradisional Sunda sudah dimiliki oleh Kang Asep sejak masa kanak-kanaknya , dikarenakan latar belakang kakek beliau
yang merupakan seorang praktisi musik tradisional Sunda di Bandung. Kakek beliau adalah seorang pemusik tradisional Sunda. Sejak kecil beliau memutuskan
untuk terjun ke dunia kesenian sunda. Dimulai dari rasa penasarannya hingga ajakan dari sang kakeklah yang membuat Kang Asep semakin menggeluti bidang
ini. Sewaktu masih sekolah, Kang Asep dan teman-temannya membentuk
sebuah group musik tradisional sunda yang mereka beri nama Group Barakatak. Group ini sering dipanggil-panggil untuk bermain musik sunda di Bandung. Kang
Asep begitu tekun berkecimpung di dunia musik tradisional sunda. Hal ini terlihat dari terlibatnya Kang Asep pada kegiatan di sanggar kakek beliau. Begitu pula
Kang Asep juga ikut bermain pada saat sanggar sang kakek tampil di TVRI dan RRI Bandung. Menurut hasil wawancara dengan Kang Asep sendiri, walaupun di
kota asalnya sendiri Bandung, sudah sangat susah untuk mencari orang yang bisa memainkan alat musik tradisional sunda. Hal inilah yang membuat Kang
Asep tetap ingin bertahan agar kelak nantinya kesenian tradisional sunda tidak segera punah.
2.2.6 Manajemen Seni Asep Permata Bunda
Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu menegement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini memang
Universitas Sumatera Utara
belum ada kata yang mapan dan diterima secara universal sehingga pengertiaanya untuk masing-masing para ahli masih memiliki banyak perbedaan.
Pengertian Manajemen menurut Seni Kang Asep : 1. Tahap Pra Produksi = tahap semua pekerjaan dan aktivitas yang terjadi
sebelum kendang diproduksi secara nyata. Perencanaan secara baik sebelum diproduksi dapat menghemat biaya bagi pembuatan kendang.
Inilah manfaat utama dari tahap pra produksi. Pada tahap ini, menurut hasil wawancara dengan Kang Asep, perlulah menyediakan bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam membuat kendang. Apakah kulit gampang ditemukan? Lalu jika tidak bagaimana mengantisipasinya.
Begitu juga dengan bahan-bahan pembuat kendang lainnya.
2. Tahap Produksi = suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Pada
tahap ini, Kang Asep memperhatikan modal yang dia butuhkan untuk memproduksi sebuah kendang, setelah itu juga beliau memperhatikan
unsur lainnya seperti alam dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pada
tahap ini, pembuatan kendang pun dilakukan.
3. Tahap Marketing = Pemenuhan selesainya kendang , penetapan harga kendang, pengiriman kendang dan mempromosikan kendang. Pada
tahap ini, Kang Asep memasarkan kendang buatannya di Medan
melalui sanak saudara dan rekan kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengembangan = Pada tahap ini, Kang Asep mengembangkan usahanya dengan cara tetap eksis dalam dunia seni sunda dimanapun
dia berada. Karena jiwa seninya yang begitu tinggi terhadap kesenian sunda, dimanapun Kang Asep berada dia selalu mempromosikan
kesenian sunda, termasuk alat musik yang beliau produksi.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERSPEKTIF, STRUKTUR DAN TEKNIK
PEMBUATAN KENDANG SUNDA
3.1 Perspektif Sejarah Kendang Sunda
Asal usul kendang pada kebudayaan musikal Sunda menurut wawancara dengan Kang Asep masih belum dapat dipastikan, biarpun
secara sejarah bisa memperkirakan masuknya kendang ke Jawa. Tidak ada cerita legenda ataupun mistis yang mengiringi perjalanan masuknya
kendang ke masyarakat Sunda.
Menurut sejarah, kendang sunda diperkirakan masuk ke Jawa pada masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha.
Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana khususnya di Jawa. Saat itu, musik tidak
hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan sebagai sarana hiburan para tamu raja. Musik istana yang
berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok
kendang, dan kelompok pelengkap. Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan. Kendang atau gendang dapat
dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang mempunyai peranan penting dalam tarian Jaipong.
Universitas Sumatera Utara
Bukti keberadaaan dan keanekaragaman kendang, dapat dilihat pada relief candi- candi sebagai berikut :
•
Candi Borobudur awal abad ke-9 Masehi, dilukiskan bermacam- macam bentuk kendang seperti bentuk : silindris langsing, bentuk tong asimetris, bentuk
kerucut Haryono, 1985; 1986.
•
Candi Siwa di Prambanan pertengahan abad ke-9 Masehi, pada pagar langkan candi, kendang ditempatkan di bawah perut dengan menggunakan
semacam tali.
•
Candi Tegawangi, candi masa klasik muda periode Jawa Timur, sekitar abad 14, dijumpai relief seseorang membawa kendang bentuk silindris
dengan tali yang dikalungkan pada kedua bahu.
•
Candi Panataran, candi masa klasik muda periode Jawa Timur, sekitar abad 14, relief kendang digambarkan hanya menggunakan selaput satu sisi dan
ditabuh dengan menggunakan pemukul berujung bulat.
3.2 Klasifikasi Kendang Sunda