KAJIAN ORGANOLOGIS KENDANG SUNDA BUATAN KANG ASEP PERMATA BUNDA DI MEDAN POLONIA
KAJIAN ORGANOLOGIS KENDANG SUNDA BUATAN KANG ASEP PERMATA BUNDA DI MEDAN POLONIA SKRIPSI SARJANA OL H NAMA: AYU TRIANA PUTRI
NIM: 100707040
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014
KAJIAN ORGANOLOGIS KENDANG SUNDA BUATAN KANG ASEP PERMATA BUNDA DI MEDAN POLONIA SKRIPSI SARJANA OL NAMA: AYU TRIANA PUTRI NIM: 100707040
Disetujui Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Drs. Fadlin, M.A. NIP 196512211991031001
NIP 196102201989031003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014
ABSTRAK
Tulisan ini bertajuk Kajian Organologis Kendang Sunda Buatan Kang Asep Permata Bunda di Medan Polonia . Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek organologis kendang Sunda buatan Kang Asep Permata Bunda, salah seorang pembuat kendang Sunda di Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan, dengan pendekatan kualitatif, dan pengamatan terlibat (participant observer). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural dan fungsional yang ditawarkan oleh Kashima Susumu.
Hasil yang diperoleh adalah, dalam ensambel, kendang Sunda terdiri dari satu kendang,dan dua kulanter yang dimainkan oleh seorang pemain.Secara struktural, kendang Sunda terdiri dari: tali rawit, wangkis, wengku, kuluwung, udel, tali rarawat, dan ali-ali. Badan kendang ini terbuat dari kayu nagka (Artocarpus integra sp ), membrannya yang disebut wangkis terbuat dari kulit kambing, wengku dari bambu, rarawat dari kulit kambing atau sapi, ali-ali dari kulit kambing, dan udel dari kulit kambing. Bahan-bahan ini diolah secara manual dengan menggunakan alat-alat: gergaji, kikir, pisau,palu, ketam, pahat, meteran, pensil, parang, tali rafia, dan lain-lain. Fungsi musikal kendang Sunda adalah membawa ritme, dan biasanya digunakan dalam ensambel gamelan Sunda ( degung, salendro, dan pelog). Dalam sistem pembelajarannya fungsi musikal ini menggunakan sistem onomatopeik.
Kata kunci: kendang, struktural, fungsional, organologis, musikal, gamelan.
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasihNya yang begitu besar telah melimpahi kehidupan penulis. Setiap detik dalam perjalanan hidup penulis disertai dan diberi sukacita penuh. Secara khusus dalam penyusunan skripsi ini, kekuatan dan penghiburan diberikanNya jauh melebihi permohonan penulis.
Skripsi ini berjudul “Kajian Organologis Kendang Sunda Buatan Kang Asep Permata Bunda di Jalan Antariksa Gagng Kembar Nomor 16 Medan Polonia.” Skripsi ini diajukan dalam melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan tantangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Hal-hal tersebut berasal dari dalam dan luar diri penulis. Kejenuhan dan kelelahan senantiasa mendekat ke dalam diri penulis. Namun, semangat baru selalu hadir melalui orang-orang di sekitar penulis.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi, ayahanda Filips Matondang dan ibunda Junietty Siahaan. Terima kasih untuk segala cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. Kesabaran, kebijaksanaan, dan kerendahan hati telah diajarkan kepada penulis sejak kecil. Sehingga, saat ini merupakan buah karya dan kasa yang telah dilakukan penulis. Terlebih-lebih dalam penyusunan skripsi ini, suka dan duka terlampaui atas doa- Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi, ayahanda Filips Matondang dan ibunda Junietty Siahaan. Terima kasih untuk segala cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. Kesabaran, kebijaksanaan, dan kerendahan hati telah diajarkan kepada penulis sejak kecil. Sehingga, saat ini merupakan buah karya dan kasa yang telah dilakukan penulis. Terlebih-lebih dalam penyusunan skripsi ini, suka dan duka terlampaui atas doa-
Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat Bapak Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi dan sebagai dosen Pembimbing I penulis yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk ilmu pengetahuan, pengalaman, kebaikan dan nasehat-nasehat yang telah Bapak berikan kepada saya selama berada di perkuliahan. Kiranya Tuhan selalu menyertai dan melimpahkan sukacita kepada Bapak. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. sebagai Sekretaris Departemen Etnomusikologi. Penulis juga tidak lupa mengucapkanterimakasih kepada yang terhormat Bapak Drs. Fadlin, M.A.,
selaku dosen Pembimbing II penulis yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis sejak selaku dosen Pembimbing II penulis yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis sejak
Begitu pula untuk Ibu Adry Wiyanni Ridwan, S.S., sebagai pegawai administrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah berkenan untuk membantu kelancaran administrasi penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih untuk kebaikan yang telah diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Mauly Purba, M.A., Ph.D., Bapak Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifninetrirosa, SST, M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., dan Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, serta semua dosen praktik. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dam pengalaman hidup Bapak/Ibu sekaliam. Seluruh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berhagrga untuk penulis.
Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini : Kang Asep Permata Bunda, Kang Ade Herdiyat, Kang Iwan, Kang Asep Nata dan informan-informan lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kesempatan dan pengalaman yang sungguh berharga telah penulis dapatkan atas kebaikan Bapak/Ibu sekalian. Penulis dapat mengenal budaya Sunda lebih dekat atas pertolongan Bapak-bapak sekalian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh mahasiswi angkatan 2010 terkhususnya sahabat saya Riska Prisila, Shelly Pelawi, Deby Gea, Ruth Marbun, Kezia Purba, Miduk Nadeak, Anna Purba, Rican, Tribudi, Chandra Marbun, Jackri dan teman-teman seangkatan yang tidak saya sebutkan, terimakasih atas kebersamaan dan waktu luangnya yang dihabiskan bersama penulis. Kepada abang saya yang sudah membantu dari jauh dan memberi dukungan yang luar biasa, Brasta Pratama Putra. Kepada teman-teman segereja : Arianda Roy Tobing, Tofri Sitorus, Ella Pardede, Regina Sidauruk, Ester Sihombing atas bantuannya dan waktunya untuk menemani penelitian skripsi ini.
Kepada alumni Etnomusikologi yakni Batoan L Sihotang, Frans Sitepu, Marini Pratiwi, Pardon Simbolon, Daniel Zai, Mario Sianipar dan alumni yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan moril dan informasi yang penulis dapatkan selama proses belajar di Etnomusikologi.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini belum dikatakan sempurna, oleh karenga itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membanugn dari para pembaca, untuk lebih menyempurnakan skripsi ini nantinya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca. Terutama sekali bagi mereka yang menginginkan informasi tentang kendang Sunda.
Medan, Oktober 2014
Ayu Triana Putri
BAB V: PENUTUP .................................................................................................
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................
5.2 Saran-saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan budaya, yang selaras dan didukung oleh beragam etnik yang menyatu dalam sebuah bangsa. Kesenian merupakan hasil produk budaya, yang dalam keberadaannya selalu tidak lepas dari masyarakat, karena kesenian itu lahir dari gagsasan dan aktivitas masyarakat itu sendiri. Kesenian pun tidak akan pernah hilang kalau masih difungsikan masyarakat pendukungnya.
Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1986), menyebutkan kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur. Salah satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Di sisi lain, kesenian itu sendiri masih terdiri dari beberapa sub bagian seperti seni: musik, sastra (cerita rakyat, pantun), tari, teater, dan lain-lain. Demikian pula kesenian dalam masyarakat Sunda.
Masyarakat Sunda memiliki begitu banyak kesenian, salah satunya adalah gamelan. 1 Gamelan Sunda yang merupakan salah satu bentuk kesenian musik
masyarakat Sunda. Gamelan ini ada yang berlaras salendro, pelog, dan degung Secara budaya, istilah degung memiliki dua pengertian, yaitu: (a) nama seperangkat gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yakni gamelan- degung. Gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog dan salendro, baik dari jenis instrumennya, lagu-lagunya, teknik memainkannya,
1 Di sini penulis hanya memaparkan sedikit tentang gamelan Sunda yaitu gamelan degung dengan tujuan untuk memperkenalkan sekilas tentang kesenian
gamelan khas masyarakat Sunda. Alasannya karena kendang Sunda bahagian yang integral dari gamelan, yang dipandang sebagai garda depan budaya musik Sunda, sama halnya dengan gondang sabangunan sebagai garda depan musik Batak Toba.
maupun konteks sosialnya; (b) Nama laras 2 (tangga nada) yang merupakan bagian dari laras salendro berdasarkan teori R. Machjar Angga
Koesoemahdinata. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk nada) mi (2) dan la (5) dan degung triswara (tumbuk nada da (1), na (3), dan ti (4). (sumber: http://www.wikipedia.com).
Karena perbedaan inilah maka degung dimaklumi sebagai musik yang khas dan merupakan identitas kebudayaan masyarakat Sunda. Arti degung dalam konteks Nusantara sebenarnya memiliki hubungan dengan kebudayaan sejenis, yaitu gangsa di Jawa Tengah, gong di Bali, atau goong di Banten. Semuanya
merujuk kepada musik gamelan. Gamelan merupakan sekelompok waditra 3 dengan cara membunyikan alatnya kebanyakan dipukul. (sumber:
http://www.wikipedia. com). Jaap Kunst dalam bukunya Toonkunst van Java (Kunst, 1934), mencatat bahwa awal perkembangan degung adalah sekitar akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-19. Dalam studi literaturnya, disebutkan bahwa kata degung pertama kali muncul tahun 1879, yaitu dalam kamus yang disusun oleh H.J. Oosting.
Dugaan-dugaan masyarakat Sunda yang mengatakan bahwa degung merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa (bahasa Sunda Lama) yaitu bahwa kata degung berasal dari kata ngadeg (berdiri) dan agung” (megah), atau pangagung (menak; bangsawan), yang
2 Laras (berasal dari bahasa Jawa) mengandung pengertian yang sama dengan tangga nada pada musik barat, yakni: deretan nada-nada, baik turun
maupun naik, yang disusun dalam satu oktaf dengan interval tertentu.
3 Wadrita adalah istilah dalam bahasa Sunda yang berarti sebutan untuk alat-alat bunyi yang biasa dipergunakan sebagai alat musik tradisional, nama
wadrita dipergunakan sebagai nama perusahaan sesuai dengan nama produk yang dibuat yaitu alat musik tradisional Sunda. Waditra dikelompokkan menjadi enam rumpun, yaitu: (a) waditra berperangkat, (b) waditra tiup, (c) waditra gesek , (d) waditra tepuk, (e) waditra petik, dan (f) waditra tatabeuhan.
mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan.
Nama-nama wadrita yang terdapat dalam gamelan degung ini adalah:
1. Bonang, terdiri dari 14 penclon. Bonang biasanya sebagai pembawa melodinya.
2. Saron/Cempres, terdiri dari 14 bilah.
3. Panerus, bentuk dan jumlah nada sama dengan saron, hanya berbeda dalam oktafnya.
4. Jengglong terdiri dari 6 buah gong kecil. Penempatannya ada yang digantung ada pula yang disimpan.
5. Suling, suling yang digunakan biasanya mempunyai 4 buah lobang udara.
6. Kendang, terdiri dari satu buah kendang besar, dan dua buah kendang kecil (kulanter).
7. Gong, pada mulanya hanya satu gong besar saja, kemudian sekarang memakai kempul, seperti yang digunakan pada gamelan pelog- salendro . (sumber: www.wikipedia.com)
Di antara wadrita di atas, selain suling, kendang juga merupakan alat musik pembawa irama. Menurut pernyataan Yudoyono (1998:84), “Dari seperangkat alat gamelan jawa, yang paling menjadi pusat perhatian atapun pendengar gending-gending adalah alat yang disebut kendang”.
Kendang adalah salah satu wadrita yang berperan penting dalam suatu pementasan, karena kendang menjadi pendukung yang sangat dominan dan komunikatif, mengendalikan tempo dan irama setiap lagu, baik tempo pokok Kendang adalah salah satu wadrita yang berperan penting dalam suatu pementasan, karena kendang menjadi pendukung yang sangat dominan dan komunikatif, mengendalikan tempo dan irama setiap lagu, baik tempo pokok
Menurut Soepandi (1987:21) fungsi kendang didalam karawitan Sunda sedikitnya ada 5 kategori, hal itu disebut Panca pramakaras yang berarti 5 huruf pertama sebagai berikut:
1. Anggeran wiletan yaitu penjaga irama.
2. Anceran wiletan yaitu pemberi irama baik pada awal lagu maupun pertengahan lagu sesuai kebutuhan.
3. Amardawa lagu yaitu sebagai melodi lagu.
4. Arkuh lagu yaitu kerangka lagu.
5. Adumanis lagu yaitu pendukung ritmis pada wadrita-wadrita lain dan sinden yang memberi variasi. Kendang pada mulanya ditemukan oleh manusia di peradaban awal yang
memiliki kebiasaan memukul-mukul benda sekitarnya untuk mengekspresikan kegembiraan, misalnya saat berhasil menangkap binatang buruan. Dalam
4 ekskavasi di berbagai wilayah di dunia ditemukan kendang/drum tertua dari masa neolitikum.
Kendang merupakan salah satu instrument tradisional Sunda yang boleh dikatakan memberi pengaruh besar terhadap kesenian lain diluar kesenian Sunda. Pada perkembangan musik gamelan Jawa yaitu pada musik campursari (satu genre musik populer Jawa), kendang yang digunakan adalah kendang
Sunda . Alat musik kendang merupakan alat musik tradisional yang dimainkan
4 Ekskavasi dapat diartikan sebuah proses penggalian yangg dilakukan di tempat yangg mengandung benda purbakala. Istilah ekskavasi ini sangat lazim
digunakan dalam bidang disiplin ilmu arkeologi, yaitu sebuah ilmu yang mengkaji artefak-artefak budaya, terutama situs-situs purbakala.
dengan cara dipukul dengan kedua telapak tangan, dan diredam oleh telapak kaki kiri pemainnya. Ditempatkan di depan pemain secara horizontal. Biasanya pemain kendang Sunda memainkan dua kendang yaitu kendang dan kulanter (kendang kecil).
Dalam konteks budaya, berdasarkan bentuk dan wujudnya, terdapat 2 jenis waditra kendang Sunda, antara yaitu:
1. Kendang besar (indung) yang berukuran besar, Kendang yang biasa dipergunakan dalam jaipongan, wayangan (teater wayang kulit atau golek), kacapian (ensambel kecapi Sunda), dan lain-lain. Membran atas disebut kempyang dan membran bawh disebut gedug.
2. Kulanter adalah kendang yang berukuran kecil. Kendang ini berperan untuk menambah variasi tabuhan kendang sedang, sebab pemakaiannya tidak terlepas dari kendang indung (wawancara dengan Ade Herdiyat Januari 2014). Membran atas disebut kutiplak dan membran bawah disebut kutipang.
Seiring berjalannya waktu, Instrumen tradisional kendang Sunda kini tengah diupayakan agar diakui UNESCO (United Nations Educations and Cultural Organization) sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia. Saat ini, kendang Sunda juga tengah diupayakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar masuk ke dalam daftar Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dari pengakuan
seorang seniman Bandung yang bernama Wahyu Roche, seniman asal Kabupaten Bandung yang juga berdinas di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat (wawancara dengan Asep Permata Bunda, 4 Mei 2014 di Medan).
Hal ini yang sebenarnya menjadi perhatian penulis, ketika kendang Sunda ingin dijadikan warisan kebudayaan dunia, hingga kini masih sulit Hal ini yang sebenarnya menjadi perhatian penulis, ketika kendang Sunda ingin dijadikan warisan kebudayaan dunia, hingga kini masih sulit
Pada 4 Mei 2014, penulis bertemu dan berbincang dengan seorang pembuat kendang Sunda di Medan, tepatnya di Jalan Antariksa Gang Kembar No. 16 Medan Polonia, yang bernama Asep Permata Bunda (panggilan akrabnya Kang Asep). Kang Asep adalah satu-satunya pembuat kendang di Medan. Menurut beliau, kendang masuk ke dalam budaya Sunda sebelum zaman penjajahan Belanda dan digunakan sebagai penyebaran agama Islam.
Kang Asep mulai tertarik terhadap kendang Sunda semenjak tahun 1984 sejak beliau masih kecil lagi. Dia mengikuti jejak kakeknya yang pada saat itu juga membuat kendang Sunda. Menurut pengakuannya, Kang Asep pada awalnya hanya penasaran membedah alat musik kendang yang dibuat kakeknya dan mengatakan bahwa bahan yang dibuat untuk membuat kendang itu tidaklah begitu sulit didapat dan pembuatannya masih manual bahkan hingga sekarang. Bahan yang diperlukan untuk membuat kendang adalah kayu nangka (Artocarpus heterophyllus) yang mempunyai tekstur yang lunak, kulit kerbau jantan yang sudah dikeringkan, tali rotan, alat bubu kayu, pahatan, palu, batu. Karena merasa mampu, perlahan Kang Asep mencoba-coba membuat kendang dan mulai bisa menyetem rotan (sebagai alat penyetem nada pada kendang). Lama kelamaan beliau mulai tertarik untuk membuat kendang sendiri. Hingga akhirnya kendang buatannya bisa diperjualbelikan.
Menurut Kang Asep, kesulitan dalam pembuatan kendang hanyalah pada saat mencari kayu terbaik dan mengeringkan kulit kerbau yang diperlukan. Keunikan kendang yang dibuat oleh Kang Asep tidak terlepas dari bahan pembuatannya. Kang Asep menggunakan kayu mahoni untuk pembuatan Menurut Kang Asep, kesulitan dalam pembuatan kendang hanyalah pada saat mencari kayu terbaik dan mengeringkan kulit kerbau yang diperlukan. Keunikan kendang yang dibuat oleh Kang Asep tidak terlepas dari bahan pembuatannya. Kang Asep menggunakan kayu mahoni untuk pembuatan
Dengan melihat keadaan yang seperti itu, maka penulis tertarik untuk mengkaji kendang Sunda buatan Kang Asep Permata Bunda ini, dari perspektif Etnomusikologi, ilmu yang selama empat tahun ini penulis pelajari di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan. Tentu saja perlu dipahami apa itu etnomusikologi dalam konteks penelitian ini.
Untuk mengkaji aspek organologis kendang Sunda buatan Kang Asep Permata Bunda di medan ini, penulis akan mengkajinya dari disiplin etnomusikologi. Penjelasan mengenai apa itu etnomusikologi adalah seperti kutipan dari laman web resmi Society for Ethnomusicology sebagai berikut.
Ethnomusicology encompasses the study of music-making throughout the world, from the distant past to the present. Ethnomusicologists explore the ideas, activities, instruments, and sounds with which people create music. European and Chinese classical musics, Cajun dance, Cuban song, hip hop, Nigerian juju, Javanese gamelan, Navajo ritual healing, and Hawaiian chant are a few examples of the many varieties of music-making examined in ethnomusicology. Ethnomusicology is interdisciplinary--many ethnomusicologists have a background not only in music but in such areas as anthropology, folklore, dance, linguistics, psychology, and history. Ethnomusicologists generally employ the methods of ethnography in their research. They spend extended periods of time with a music community, observe and document what happens, ask questions, and sometimes learn to play the community’s types of music. Ethnomusicologists may also rely on archives, libraries, and museums for resources related to the history of music traditions. Sometimes ethnomusicologists help individuals and communities to document and promote their musical practices. Most ethnomusicologists work as professors at colleges and universities, where they teach and carry out research. A significant number work with museums, festivals, archives, libraries, record labels, schools, Ethnomusicology encompasses the study of music-making throughout the world, from the distant past to the present. Ethnomusicologists explore the ideas, activities, instruments, and sounds with which people create music. European and Chinese classical musics, Cajun dance, Cuban song, hip hop, Nigerian juju, Javanese gamelan, Navajo ritual healing, and Hawaiian chant are a few examples of the many varieties of music-making examined in ethnomusicology. Ethnomusicology is interdisciplinary--many ethnomusicologists have a background not only in music but in such areas as anthropology, folklore, dance, linguistics, psychology, and history. Ethnomusicologists generally employ the methods of ethnography in their research. They spend extended periods of time with a music community, observe and document what happens, ask questions, and sometimes learn to play the community’s types of music. Ethnomusicologists may also rely on archives, libraries, and museums for resources related to the history of music traditions. Sometimes ethnomusicologists help individuals and communities to document and promote their musical practices. Most ethnomusicologists work as professors at colleges and universities, where they teach and carry out research. A significant number work with museums, festivals, archives, libraries, record labels, schools,
Dalam situs web tersebut dipaparkan bahwa etnomusikologi adalah kajian yang menjangkau terbentuknya musik di seluruh dunia ini, dari masa dahulu hingga sekarang. Etnomusikologi mengeksplorasi segala gagasan, kegiatan, alat-alat musik, suara ang dihasilkan (alat-alat musik atau vokal), dengan masyarakat yang menghasilkan musik tersebut. Musik klasik Eropa dan China, tarian Cajun, nyanyian masyarakat Kuba, hip hop, juju dari Nigeria, gamelan Jawa, ritual penyembuhan penyakit masyarakat Indian Navaho, nyanyian keagamaan Hawaii, adalah beberapa ccontoh budaya kajian terhadap musik di seluruh dunia, yang dilakukan oleh para etnomusikolog. Etnomusikologi merupakan disiplin ilmu pengetahuan yang sifatnya interdisiplin. Beberapa etnomusikolog mempunyai latar belakang tidak hanya di dalam musik tetapi ada yang berasal dari bidang ilmu antropologi, folklor, tari, linguistik, psikologi, dan sejarah. Etnomusikologi secara umum melibatkan metode etnografi dalam penelitiannya. Para etnomusikolog mengkaji musik dalam dimensi waktu dan komunitas pendukungnya, mengamati, mengumpulkan dokumen tentang apa yang terjadi, bertanya tentang apa yang diteliti, dan juga turut terlibat memainkan musik seperti yang dilakukan komunitasnya. Para etnomusikolog juga melakukan studi terhadap arsip, perpustakaan, dan museum, untuk mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan sejarah musik. Kadangkala etnomusikolog melakukan dokumentasi dan mempromosikan pertunjukan musik. Sebahagian besar etnomusikolog biasanya menjadi ilmuwan di berbagai jenis pendidikan dan universitas. Sejumlah karya penting mereka Dalam situs web tersebut dipaparkan bahwa etnomusikologi adalah kajian yang menjangkau terbentuknya musik di seluruh dunia ini, dari masa dahulu hingga sekarang. Etnomusikologi mengeksplorasi segala gagasan, kegiatan, alat-alat musik, suara ang dihasilkan (alat-alat musik atau vokal), dengan masyarakat yang menghasilkan musik tersebut. Musik klasik Eropa dan China, tarian Cajun, nyanyian masyarakat Kuba, hip hop, juju dari Nigeria, gamelan Jawa, ritual penyembuhan penyakit masyarakat Indian Navaho, nyanyian keagamaan Hawaii, adalah beberapa ccontoh budaya kajian terhadap musik di seluruh dunia, yang dilakukan oleh para etnomusikolog. Etnomusikologi merupakan disiplin ilmu pengetahuan yang sifatnya interdisiplin. Beberapa etnomusikolog mempunyai latar belakang tidak hanya di dalam musik tetapi ada yang berasal dari bidang ilmu antropologi, folklor, tari, linguistik, psikologi, dan sejarah. Etnomusikologi secara umum melibatkan metode etnografi dalam penelitiannya. Para etnomusikolog mengkaji musik dalam dimensi waktu dan komunitas pendukungnya, mengamati, mengumpulkan dokumen tentang apa yang terjadi, bertanya tentang apa yang diteliti, dan juga turut terlibat memainkan musik seperti yang dilakukan komunitasnya. Para etnomusikolog juga melakukan studi terhadap arsip, perpustakaan, dan museum, untuk mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan sejarah musik. Kadangkala etnomusikolog melakukan dokumentasi dan mempromosikan pertunjukan musik. Sebahagian besar etnomusikolog biasanya menjadi ilmuwan di berbagai jenis pendidikan dan universitas. Sejumlah karya penting mereka
Dari kutipan di atas dengan jelas menyatakan bahwa etnomusikologi adalah ilmu yang mengkaji budaya musik di seluruh dunia dari masa dahulu sampai sekarang. Di antara kajian itu adalah tentang alat musik, termasuk gamelan Jawa. Dalam skripsi nantinya penulis akan mengkaji alat musik kendang Sunda , dari sisi organologis.
Kajian organologi atau kebudayaan material musik dalam etnomusikologi telah dikemukakan oleh Merriam (1964) sebagai berikut. Wilayah ini meliputi kajian terhadap alat musik yang disusun oleh peneliti dengan klasifikasi yang biasa digunakan, yaitu: idiofon, membranofon, aerofon, dan kordofon. Selain itu pula, setiap alat musik harus diukur, dideskripsikan, dan digambar dengan skala atau difoto; prinsip-prinsip pembuatan, bahan yang digunakan, motif dekorasi, metode dan teknik pertunjukan, menentukan nada- nada yang dihasilkan, dan masalah teoretis perlu pula dicatat. Selain masalah deskripsi alat musik, masih ada sejumlah masalah analitis lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan etnomusikologi. Apakah ada konsep untuk memperlakukan secara khusus alat-alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Adakah alat musik yang dikeramatkan? Adakah alat-alat musik yang melambangkan jenis-jenis aktivitas budaya atau sosial alain selain musik? Apakah alat-alat musik tertentu merupakan pertanda bagi pesan-pesan tertentu pada masyarakat luas? Apakah suara-suara atau bentuk-bentuk alat musik Kajian organologi atau kebudayaan material musik dalam etnomusikologi telah dikemukakan oleh Merriam (1964) sebagai berikut. Wilayah ini meliputi kajian terhadap alat musik yang disusun oleh peneliti dengan klasifikasi yang biasa digunakan, yaitu: idiofon, membranofon, aerofon, dan kordofon. Selain itu pula, setiap alat musik harus diukur, dideskripsikan, dan digambar dengan skala atau difoto; prinsip-prinsip pembuatan, bahan yang digunakan, motif dekorasi, metode dan teknik pertunjukan, menentukan nada- nada yang dihasilkan, dan masalah teoretis perlu pula dicatat. Selain masalah deskripsi alat musik, masih ada sejumlah masalah analitis lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan etnomusikologi. Apakah ada konsep untuk memperlakukan secara khusus alat-alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Adakah alat musik yang dikeramatkan? Adakah alat-alat musik yang melambangkan jenis-jenis aktivitas budaya atau sosial alain selain musik? Apakah alat-alat musik tertentu merupakan pertanda bagi pesan-pesan tertentu pada masyarakat luas? Apakah suara-suara atau bentuk-bentuk alat musik
Nilai ekonomi alat musik juga penting. Mungkin ada beberapa spesialis yang mencari nafkahnya dari membuat alat musik. Apakah ada atau tidak spesialis pada suatu masyarakat? Apakah proses pembuatan alat musik melibatkan waktu pembuatnya? Alat musik dapat dijual dan dibeli, dapat dipesan; dalam keadaan apa pun, produksi alat musik merupakan bagian dari kegiatan ekonomi di dalam masyarakatnya secara luas. Alat musik mungkin dianggap sebagai lambang kekayaan; mungkin dimiliki perorangan; jika memilikinya mungkin diakui secara individual akan tetapi untuk kepentingan praktis diabaikan; atau mungkin alat-alat musik ini menjadi lambang kekayaan suku bangsa atau desa tertentu. Penyebaran alat musik mempunyai makna yang sangat penting di dalam kajian-kajian difusi dan di dalam rekonstruksi sejarah kebudayaan, dan kadang-kadang dapat memberi petunjuk atau menetukan perpindahan penduuduk melalui studi alat musik.
Sesuai pendapat Merriam tersebut, kendang Sunda termasuk kajian budaya material musik. Alat musik ini termasuk ke dalam klasifikasi membranofon. Selanjutnya adalah gendang yang berbentuk barel. Dipukul dengan dua telapak tangan pemain dan kadangkala diredam dengan tumit kaki kiri pemainnya. Alat musik ini akan penulis ukur, difoto, baik bagian eksternal maupun internalnya. Seterusnya penulis akan memperhatikan dekorasi, pengecatan, warna, dan seterusnya. Selain itu, penulis akan bertanya bagaimana persepsi pemain musik, seniman Sunda, dan masyarakat Sunda mengenai kendang ini. Apakah ia memiliki lambang? Semua yang dipertanyakan Merriam mengenai alat musik akan penulis teliti dalam penelitian ini. Aspek kedua adalah mengenai sisi Sesuai pendapat Merriam tersebut, kendang Sunda termasuk kajian budaya material musik. Alat musik ini termasuk ke dalam klasifikasi membranofon. Selanjutnya adalah gendang yang berbentuk barel. Dipukul dengan dua telapak tangan pemain dan kadangkala diredam dengan tumit kaki kiri pemainnya. Alat musik ini akan penulis ukur, difoto, baik bagian eksternal maupun internalnya. Seterusnya penulis akan memperhatikan dekorasi, pengecatan, warna, dan seterusnya. Selain itu, penulis akan bertanya bagaimana persepsi pemain musik, seniman Sunda, dan masyarakat Sunda mengenai kendang ini. Apakah ia memiliki lambang? Semua yang dipertanyakan Merriam mengenai alat musik akan penulis teliti dalam penelitian ini. Aspek kedua adalah mengenai sisi
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang kendang Sunda buatan Kang Asep. Penelitian ini akan dibuat ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul: “Kajian Organologis Kendang Sunda Buatan Kang Asep Permata Bunda di Jalan Antariksa Gang Kembar Nomor 16 Medan Polonia.”
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini, yaitu Bagaimana aspek organologis kendang Sunda buatan Kang Asep Permata Bunda di Medan ? Kajian organologi ini berkaitan dengan aspek struktural dan fungsional. Struktural yang dimaksud adalah bagian-bagian kendang , seperti badan, kulit, penalian, penyeteman, rotan, dan lain-lainnya. Sedangkan aspek fungsional adalah apa fungsi bagian-bagian kendang Sunda itu secara musikal, seperti fungsi pembawa ritme, fungsi menghasilkan warna suara atau onomatope, dan hal-hal sejenis.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian terhadap kendang Sunda adalah untuk mengetahui struktur organologis dan fungsi musikal kendang Sunda buatan Kang Asep Permata Bunda di Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1. Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi mengenai kendang Sunda di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya di kemudian hari.
3. Sebagai proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.
4. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
1.5 Konsep dan Teori
1.5.1 Konsep
Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005). Organologi adalah bidang kajian dalam etnomusikologi yang memfokuskan perhatian kepada struktur dan fungsi alat musik. Ketika membicarakan tentang kajian organologi, maka aspek yang ikut dibahas di antaranya adalah ukuran Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005). Organologi adalah bidang kajian dalam etnomusikologi yang memfokuskan perhatian kepada struktur dan fungsi alat musik. Ketika membicarakan tentang kajian organologi, maka aspek yang ikut dibahas di antaranya adalah ukuran
Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124) bahwa organologi yang digunakan adalah berhubungan dengan alat musik itu sendiri. Selanjutnya menurut beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan dari alat musik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi musikal, dekoratif dan variasi dari sosial budaya.
Dari uraian tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa studi organologis adalah suatu penyelidikan yang mendalam untuk mempelajari instrumen musik baik mencakup aspek sejarahnya maupun deskripsi alat musik itu sendiri dari berbagai pendekatan ilmu sosial budaya.
1.5.2 Teori
Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan tersebut akan menjadi keterangan-keterangan empiris yang berpencar (Moh. Nazir, 1993:22 -25).
Untuk mengkaji secara organologis mengenai alat musik dalam hal ini alat musik kendang Sunda, penulis menggunakan teori struktural dan fungsional yang dikemukakan oleh Susumu Khasima. Menurutnya dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan fungsional. Secara struktural yaitu aspek fisik instrumen musik, pengamatan, Untuk mengkaji secara organologis mengenai alat musik dalam hal ini alat musik kendang Sunda, penulis menggunakan teori struktural dan fungsional yang dikemukakan oleh Susumu Khasima. Menurutnya dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan fungsional. Secara struktural yaitu aspek fisik instrumen musik, pengamatan,
Di sisi lain, secara fungsional, yaitu: fungsi instrumen sebagai alat untuk memproduksi suara. Selanjutnya meneliti, melakukan pengukuran dan mencatat metode, memainkan instrumen, penggunaan bunyi yang diproduksi, (dalam kaitannya dengan komposisi musik) dan kekuatan suara.
Di dalam penulisan ini selain teori yang dikemukakan oleh Susumu Khasima di atas penulis juga menggunakan teori-teori lain yang menyinggung tentang pendeskripsian alat musik khususnya alat musik kendang, sebagai acuan dalam pendeskripsian alat musik kendang. Sedangkan mengenai klasifikasi alat musik kendang dalam penulisan ini penulis mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel (1961) mengenai pengklasifikasian alat musik yaitu: ”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:
(a) Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri, (b) Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara, (c) Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah kulit atau membran, (d) Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.
Mengacu pada teori tersebut, maka kendang Sunda adalah instrumen musik membranofon dimana penggetar utama bunyinya melalui membran atau kulit, dipukul dengan kedua telapak tangan langsung, diletakkan di depan pemainnya.
Salah satu perhatian etnomusikologi adalah studi tentang peralatan musik yang dipakai sebagai media ekspresi dari sebuah kebudayaan (musikal). Hal ini Salah satu perhatian etnomusikologi adalah studi tentang peralatan musik yang dipakai sebagai media ekspresi dari sebuah kebudayaan (musikal). Hal ini
1.6 Metode Penelitian
Arti metode pada tulisan ini adalah sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2003:24).
1.6.1 Studi Kepustakaan
Sebelum mengadakan penelitian lapangan, terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yaitu dengan membaca bahan yang relevan, baik itu tulisan- tulisan ilmiah, literatur, majalah, situs internet dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data relevan untuk mendukung penulisan skripsi ini.
1.6.2 Kerja Lapangan
Penulis melakukan kerja lapangan dangan observasi langsung ke daerah penelitian yaitu rumah Kang Asep dan mencari narasumber dari tokoh masyarakat Sunda yang ada di Kota Medan sebagai narasumber lainya.
1.6.3 Observasi
Observasi adalah suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung (Bimo Walgito, 1987:54).
1.6.4 Wawancara
Penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat untuk melakukan wawancara (1985:139) yaitu: wawancara berfokus (focused interview), wawancara bebas (free interview,) dan wawancara sambil lalu (casual interview). Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan dan pernyataan yang akan ditanyakan pada saat wawancara. Pertanyaan bisa diajukan secara bebas ataupun tertuju dari satu topik ke topik lain yang dimana materinya tetap berkaitan dengan topik penelitian.
Penulis akan melakukan wawancara langsung terhadap informan, yang dimana dalam hal ini Kang Asep selaku informan kunci dan beberapa informan- informan lainnya.
1.6.5 Kerja Laboratorium
Penulis akan mengumpulkan data-data dari hasil kerja lapangan yang diperoleh dari objek penelitian penulis dengan data dan informasi yang didapat dari beberapa informasi tertulis maupun lisan. Keseluruhan data yang telah terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses dalam kerja laboratorium. Data- data yang bersifat analisis nantinya akan disusun dengan sistematika penulisan ilmiah. Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi (Meriam, 1995:85).
Untuk membantu proses penulisan ini, penulis juga mengambil data beberapa tulisan yang membahas tentang kendang sehingga dapat membantu penulis untuk melihat eksistensinya dalam masyarakat. Untuk melihat tehnik pembuatan alat musik ini, penulis akan langsung belajar dengan informan kunci penulis yaitu Kang Asep Permata Bunda walaupun sementara penulis hanya memperhatikan beliau dalam membuat instrumen ini.
BAB II BIOGRAFI KANG ASEP PERMATA BUNDA DALAM KONTEKS BUDAYA SUNDA DI SUMATERA UTARA
2.1 Pengertian Biografi
Dalam disiplin ilmu sejarah biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta - fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas. Sebuah biografi biasanya menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya.
Dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya. Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang - orang atau tokoh-tokoh Dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya. Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang - orang atau tokoh-tokoh
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut. Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.
Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah beliau lakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; (c) Sifat apa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang tersebut; (d) Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang tersebut; (f) Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko,atau karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah beliau lakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; (c) Sifat apa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang tersebut; (d) Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang tersebut; (f) Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko,atau karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang
2.2 Alasan Dipilihnya Asep Permata Bunda
Dalam tulisan ini, penulis memilih Asep Permata Bunda sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Sunda diantaranya adalah: (a) Beliau adalah satu-satunya orang yang dapat membuat kendang Sunda yang
bisa dimainkan dalam kesenian Sunda di medan (hasil wawancara Kang Ade Hidayat);
(b) Beliau dapat memainkan alat musik tradisional Sunda dengan sangat baik (pemain kendang di Paguyuban Wargi Sunda (PWS), Medan; (c) Pengalaman beliau yang merupakan cucu dari pembuat kendang Sunda dari kecil yang membuat Kang Asep menjadi orang yang lebih paham mengenai alat musik tradisional Sunda. Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapan/wawancara dengan
Kang Asep dan juga dari rekan-rekan. Peranan dan pengalaman beliau yang banyak ini menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta-fakta mengenai kehidupan beliau, dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan beliau sebagai pembuat alat musik dan lebih dikhususkan kepada instrumen musik kendang buatan beliau.
2.2 Biografi Asep Permata Bunda
Biografi Asep Permata Bunda yang akan dideskripsikan dalam tulisan ini, mencakup aspek - aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, dan kehidupan sebagai pembuat alat musik Kang Asep Permata Bunda, khususnya mengenai gendang buatan beliau tersebut.
Gambar 1. Kang Asep Bersama Istri
Gambar 2. Kang Asep Bersama Penulis
2.2.1 Latar Belakang Keluarga
Kang Asep P.B lahir di Bandung, Desa Rancamanya Kec. Pamempek pada tanggal 28 November 1972, anak tunggal dari alm. Bapak Salhi M dan alm. Ibu Nunung. Kang Asep lahir dari keluarga seniman, dimana kakek dari Kang Asep yaitu yang sering dipanggil Pak Adang adalah seorang pemusik dan pembuat alat musik tradisional Sunda di Bandung (seperti kacapi, suling, kendang ). Sedangkan alm. ayah Kang Asep sendiri adalah seorang militer dan almarhumah ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Semasa hidupnya ayah dan ibu Kang Asep sering berpindah-pindah kota. Namun dari kecil hingga sampai menamatkan pendidikannya, Kang Asep tetap tinggal di Bandung bersama kakeknya. Mereka memiliki sebuah sanggar yang bernama Sanggar Degung Sariwangi. Sanggar ini sudah berdiri semenjak Kakek kang Asep masih muda. Sanggar sariwangi ini sendiri sudah sering diundang untuk mengisi acara di TV lokal Bandung seperti TVRI dan RRI Bandung. Profesi keseharian kakek beliau yang adalah pemain sekaligus pembuat instrumen musik tradisional