Klasifikasi Kendang Sunda Tali rawit yang disisipkam diantara wengku dan wangkis. Gambar 18.Ukuran tali rarawat dan rawit. Warna Bunyi

Bukti keberadaaan dan keanekaragaman kendang, dapat dilihat pada relief candi- candi sebagai berikut : • Candi Borobudur awal abad ke-9 Masehi, dilukiskan bermacam- macam bentuk kendang seperti bentuk : silindris langsing, bentuk tong asimetris, bentuk kerucut Haryono, 1985; 1986. • Candi Siwa di Prambanan pertengahan abad ke-9 Masehi, pada pagar langkan candi, kendang ditempatkan di bawah perut dengan menggunakan semacam tali. • Candi Tegawangi, candi masa klasik muda periode Jawa Timur, sekitar abad 14, dijumpai relief seseorang membawa kendang bentuk silindris dengan tali yang dikalungkan pada kedua bahu. • Candi Panataran, candi masa klasik muda periode Jawa Timur, sekitar abad 14, relief kendang digambarkan hanya menggunakan selaput satu sisi dan ditabuh dengan menggunakan pemukul berujung bulat.

3.2 Klasifikasi Kendang Sunda

Dalam mengklasifikasikan instrumen kendang sunda, penulis mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Sachs dan Horn Bostel 1914, yaitu: sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri dari: idiofon alat itu sendiri sebagai sumber penggetar utama bunyi, membranofon kulit sebagai sumber penggetar utama bunyi, aerofon udara sebagai sumber penggetar utama bunyi, dan kordofon senar sebagai sumber penggetar utama bunyi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan teori di atas, kendang sunda dapat dimasukkan dalam klasifikasi membranofon. Di dalam klasifikasi ini, curt sach memperhatikan bentuk dari membranofon itu sendiri dan membaginya ke dalam: cylindrycal drums, barrel drums, conical drums, hourglass drums, footed drums, goblet drums, kettle drums, handle drums, dan frame drum. Melihat dari bentuknya, kendang sunda dapat dimasukkan dalam klasifikasi barrel drum dengan sub klasifikasi double headed barrel drum. Double headed barrel drum adalah bentuk gendang yang mempunyai sepasang kendang, dan kendang 2 sisi kendangnya menggembung pada bagian perut kendang. Dari ketebalan kendang, Curt Sachs membagi dalam kedua kategori yakni, kendang berbingkai tebal dan berbingkai tipis. Kendang berbingkai tebal adalah ketebalan badan kendang melebihi seperempat dari diameter membrannya. Sedangkan kendang berbingkai tipis adalah kendang yang ketebalan badan kendangnya kurang dari seperempat dari diameter membran. Berdasarkan kategori ketebalan badan kendang, bahwa kendang sunda dapat dikategorikan kendang berbingkai tebal.

3.3 Struktur dan Ukuran Kendang Sunda

Nama-nama bagian kendang dapat dilihat dari aspek organologinya dan fungsinya. Dilihat dari ukurannya, Kendang Sunda terdapat dua ukuran yang masing-masing berbeda. Kendang berukuran besar lazimnya disebut dengan istilah Kendang saja, atau ada yang menyebutnya dengan istilah Kendang Indung. Sedangkan kendang berukuran kecil disebut dengan istilah Kulanter. Dilihat dari Universitas Sumatera Utara aspek organologinya memiliki nama yang sama, yaitu terdiri atas : kuluwung, wangkis, wengku, tali rawit, rarawat, ali-ali dan udel.

3.3.1 Struktur Kendang Sunda

Berikut struktur atau bagian-bagian gendang Sunda : Gambar 3. Struktur Kendang Sunda

3.3.1.1 WangkisMembran

Wangkis terbuat dari kulit kambing. Biasanya menggunakan kulit yang usianya ±2tahun. Tidak hanya usia, dari jenis kelamin hewan, kulit yang digunakan baiknya kulit kambing jantan karena kulit jantan lebih alot dibandingkan kulit betina. Kulit yang biasanya digunakan oleh Kang Asep, biasanya dipesan terlebih dahulu kepada penyamak yang berada di kota medan di wangkis Tali rarawat Ali-ali udel kuluwung wengku Tali rawit Universitas Sumatera Utara Jalan Karya Gang Wakaf. Kulit yang lebih sering digunakan oleh Kang Asep adalah kulit sapikambing jantan. Ini disebabkan jarangnya pemotongan kerbau di medan. “Kalau di medan, mungkin hanya sekali sebulan produksi kulit kerbau, kalaupun sering kemungkinan hanya pada hari raya atau hari besar saja”, ujar Kang Asep. Sebelum kulit tersebut dijemur, kulit harus dibersihkan, membuang daging maupun lemak yang menempel pada kulit bagian dalam. Setelah bersih, kulit tersebut di jemur sampai kering agar tidak menimbulkan bau amis. Kulit dijemur dengan cara membentangkan dan menarik kulit kerbau. Boleh memakai apa saja untuk menarik kulitnya. Dalam hal ini Kang Asep menarik dengan menggunakan paku setiap pinggir kulit berjarak ±2 cm yang di pakukan di 2 batang pohon kelapa sebagai penarik kulit agar nantinya kulit yang sudah kering tidak bengkok- bengkok dan pohon kelapa untuk menggantung kulit yang sedang dijemur. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kulit tersebut keras dan diam tidak bengkok- bengkok. Lalu dibiarkan dijemur hingga ±3 hari. Menurut hasil wawancara dengan Kang Asep, lamanya proses penjemuran kulit hingga kering tergantung dengan cuaca.”Kalau hujan terus bisa lama, tapi kalau panas terik hanya 3 hari saja sudah bisa”. Universitas Sumatera Utara

A. Proses penjemuran wangkis

Gambar 4. Paku di sisi kulit yang sedang dijemur Gambar 5. Proses penjemuran kulit ngawidang Universitas Sumatera Utara

B. Membuat Wangkis

Pada tahap membuat membran atas kendang dan bawah kendang, wengku akan dilapisi dengan kulit kambing. Kemudian wengku dilapis dengan kulit tersebut dan dijemur sekitar satu malam. Setelah dijemur kulit tersebut menyatu dan mengikat sendirinya dengan wangkis. Kemudian tahap selanjutnya dibuat lubang sebanyak 9 lubang pada wangkis atas dan wangkis bawah untuk tempat tali rarawat sebagai pengikat dengan wengku bawah kendang. A. Wengku atas dan wengku bawah B. Didiamkan satu malam yang dilapisi oleh kulit kambing. C. Membuat 9 lobang dengan menggunakan pisau Gambar 6. Membuat Wangkis Universitas Sumatera Utara

3.3.1.2 Kuluwung

Kuluwung adalah resonatorbadan kendang yang terbuat dari batang nangka atau cempedak, bisa juga menggunakan batang pohon mahoni ataupun pohon mangga. Menurut wawancara dengan Kang Asep, kualitas no 1 kayu terbaik untuk kendang adalah kualitas pohon nangka yang sudah tua. Namun karena kelangkaan pohon nangka di medan, maka Kang Asep lebih sering menggunakan pohon mahoni atau pohon mangga, biarpun kualitas suara yang dihasilkan pohon nangka lebih nyaring. Gambar 7. Batang Pohon Mahoni Universitas Sumatera Utara Beliau memilih batang mahoni yang tua karena menurut beliau dapat menghasilkan bunyi yang lebih bagus. Beliau tetap mementingkan kualitas bunyi dan daya tahan gendang buatannya sekalipun ia menyadari bahwa proses pembuatan kuluwung yang terbuat dari batang kayu pohon nangka lebih menghemat waktu dibandingkan menggunakan batang kayu pohon mahoni. Dalam pembuatan diameter gendang, Kang Asep hanya menggunakan pensil untuk menggambar lingkaran gendang dan meteran untuk mengukur diameter yang dibutuhkan. Setelah lingkaran gendang dibentuk, batang pohon tersebut mulai dikerjakan melalui tahap kasar dan halus. Gambar 8. Kuluwung Tahap kasar yakni menggunakan parang untuk membentuk sisi luar dan dalam gendang. Pada tahap ini alat yang digunakan berupa gergaji kayu , parang dan martil. Kemudian tahap halus,mengunakan pahat dan ketam. Universitas Sumatera Utara I II Batang mahoni diukur menggunakan meteran untuk menentukan ukuran panjang kuluwung dan lebar diameter kuluwung. Membuang kulit kasar bagian paling luar batang mahoni dengan menggunakan parang I II III IV Membuat bentuk kasar kuluwung dengan menggunakan parang. Membuat diameter perut kuluwung dengan menggunakan pensil dan meteran. Universitas Sumatera Utara V VI VII VIII V VI Menghaluskan sisi luar kendang dengan menggunakan kihkir kasar dan kihkir halus. Bentuk kasar kuluwung setelah dipotong VII VIII Membuat ukuran diameter bagian atas dan bawah kuluwung dengan menggunakan pensil dan meteran Bagian atas kuluwung yang sudah dibuat lingkaran diameternya. Universitas Sumatera Utara I XII XIII IX X Memperjelas diameter bagian atas dan bawah kuluwung dengan menggunakan pahat dan palu. Diameter kuluwung yang sudah di pahat. XI XII Setelah pahatan 1 sudah selesai, dilanjutkan dengan Bentuk kuluwung. Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Proses pembuatan kuluwung

3.3.1.3 Wengku

Wengku terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai penggulung wangkispenutup wangkis. Wengku yang dibuat dalam hal ini ada dua wengku atas dan wengku bawah. Biasanya Kang Asep menggunakan jenis bambu tua untuk membuat wengku bagian atas dan bawah kendang. Dalam membuat wengku, bambu dibelah menjadi dua dan kemudian diiris atau dihaluskan sampai lentur hingga membentuk lingkaranring. Kemudian wengku tersebut diikat menggunakan tali rafia agar bambu tersebut kuat. XIII Bentuk lubang kuluwung sama seperti bentuk luar kuluwung. Universitas Sumatera Utara iii Gambar 9. Wengku

3.3.1.4 Tali Rarawat dan Rawit

Tali rarawat terbuat dari kulit kambingsapi, kemudian dibentuk seperti tali yang berfungsi sebagai pengetat bingkei atas dan bawah beserta kuluwung. Tali rarawat i ii iii Bambu yang akan dipotong. Setelah bambu dipotong, dilengkungkan hingga membentuk lingkaran dengan diameter yang dibutuhkan, lalu direkatkan dengan menggunakan tali plastik, direkatkan hingga ke seluruh diameter bambu. Gambar bentuk wengku yang sudah jadi. Universitas Sumatera Utara berfungsi sebagai penyetem kendang sehingga membuat wangkis semakin ditarik dan wangkis pun makin ketat serta warna suara yang dihasilkan lebih nyaring. Tali rawit adalah tali kendang yang terbuat dari kulit yang melingkar pada pinggul penutup wengku. Tali rawit berfungi untuk sebagai penutup lingkaran diluar wangkis agar tidak longgar. Ukuran tali rawit sebesar ukuran diameter wangkis atas dan bawah yang sudah dipasang wengku. I II Gambar 10. Tali rarawat dan rawit I II Memotong kulit sampai didapatkan panjang yang diinginkan. Mengikis bulu yang masih menempel pada kulit. Tali rarawat dan rawit yang siap dipakai III Universitas Sumatera Utara

3.3.1.5 Ali ali Simpay

Ali ali berfungsi untuk menentukan tinggi rendahnya bunyi kendang yang dihasilkan dan menentukan lemah kencangnya rarawat penegang bidang kendang. Ali-ali terbuat dari kulit kambing sama dengan tali rarawat. Pembuatan ali-ali juga sama dengan rarawat. Yang membedakan hanya pada saat kulit masih basah, lalu didiamkan lagi selama satu malam hingga kering. Ali –ali berbentuk seperti cincin kendang. Ali-ali dibentuk sesuai dengan keinginan si pembuat. III IV Gambar 11. Ali-ali I II III IV Memasukkan sisi ujung sebelah kiri kulit ke dalam lubang yang sudah dibuat Ali-ali. Memotong kulit untuk membuat ali-ali, Membuat lubang ditengah-tengah diameter lebar kulit Universitas Sumatera Utara

3.3.1.6 Udel Bujal

Udel adalah lubang udara yang terdapat pada badan kendang, yang berguna sebagai penghubung udara agar volume suara lebuh nyaring. Udel berfungsi sebagai penghubung udara agar volume suara lebih nyaring. Hanya ada 1 lobang udel, yang letaknya berada di perut kuluwung yang berdiameter 1 cm.

3.3.2 Ukuran Kendang Sunda

3.3.2.1. Ukuran WangkisMembran

Ukuran wangkis atau membran yang dibutuhkan untuk membuat kendang adalah lebih besar dari diameter badan kendangresonator kendang atas maupun bagian diameter bagian bawah. Tujuannya agar kulit yang dilebihkan itu dapat dipakai untuk menutup wengku nantinya. Gambar 12. Udel Universitas Sumatera Utara Gambar 13. Wangkis sebagai membran.

3.3.2.2 Ukuran Kuluwung

Kuluwung mempunyai bagian atas yang nantinya dilapisi oleh kulit berdiameter ±18 cm dengan ketebalan 3 cm dan bagian bawah yang berdiameter ±28 cm dengan ketebalan 5 cm dan tinggi ±61 cm. 61 cm 18 cm 3 cm 32cm Universitas Sumatera Utara Gambar 14. Ukuran Kuluwung 3.3.2.3 Ukuran Wengku 3.3.2.3.1 Wengku Atas Wengku atas mempunyai diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan bingke bagian bawah. Wengku atas berukuran lebih kecil daripada badan kendang. Ukuran wengku atas ±21cm. 28 cm 5 cm Universitas Sumatera Utara Gambar 15. Wengku Atas

3.3.2.3.2 Wengku Bawah

Wengku bawah mempunyai diameter yang lebih besar dibandingkan dengan wengku bagian atas. Ukuran wengku bawah ±31 cm. Kedua wengku berfungsi sebagai penjaga kulit agar tidak renggang. Gambar 16. Wengku Bawah

3.3.2.4. Ukuran ali-ali

Ali-ali berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kulit, yang memiliki ukuran panjang antara 3,5 cm sampai 4 cm. Lebar antara 1 cm sampai 1,5 cm. Oleh 21 cm 31 cm Universitas Sumatera Utara karena ali-ali berfungsi sebagai pengikat rarawat, maka jumlah ali-ali kendang tediri atas 9 buah . Gambar 17. Ukuran ali-ali

3.3.2.5 Ukuran tali rarawat dan rawit

Kulit kambing dipotong sehingga membentuk lingkaran yang mempunyai \diameterberukuran 60 cm . Kemudian Kulit lembu diiris sehingga menghasilkan panjang 15 m tali rarawat. Dengan ketebalan antara 1cm sampai 2,5 cm. a. Ukuran diameter kulit 0,5 mm 1-1,5 cm 3,5-4 cm 60cm Universitas Sumatera Utara b. Ukuran tebal tali c. Ukuran tali rarawat Untuk tali rawit, dibutuhkan 2 buah tali rawit, dengan ukuran lebar 0,5 cm dan tebal 2mm, dengan panjang sesuai dengan membran, disisipkan pada bagian wangkis yang sudah dipasangi wengku, satu pada bagian bawah wangkis, dan satu pada bagian atas wangkis.

d. Tali rawit yang disisipkam diantara wengku dan wangkis. Gambar 18.Ukuran tali rarawat dan rawit.

1cm 15m Tali rawit yang disisipkan Universitas Sumatera Utara

3.4. Bahan Baku Yang Dipergunakan

Berikut bahan baku yang digunakan dalam membuat kendang sunda yakni:

3.4.1 Kayu Mahoni Swietenia Mahagoni

Kayu mahoni digunakan sebagai badanresonator gendang. Pada umumnya yang digunakan untuk membuat resonator gendang tersebut adalah bahagian bawah batang pohon mahoni. Dalam pemilihan bahan untuk membuat resonator gendang, batang pohon yang digunakan baiknya batang pohon yang sudah tua karena memiliki daya tahan yang kuat dan menghasilkan ruang akustik yang bagus. Batang pohon mahoni yang tua juga memiliki kelemahan, dalam pengerjaannya yang memakan waktu yang lama dan resonatornya bisa retak.

3.4.2 Kulit Kambing Kulit kambing adalah bahan yang digunakan untuk membuat membran

kendang, tali rarawat, ali-ali dan tali rawit pada kendang. Kulit yang digunakan baiknya mempunyai ketebalan ±0,5 cm. Kulit yang biasa digunakan Kang Asep biasanya dipesan terlebih dahulu dari tukang penyamak langganan Kang Asep. 3.4.4 Bambu Bambu digunakan oleh Kang Asep untuk sebagai bahan pembuat wengku. Bambutersebut diperoleh dari ladang kemudian dipotong dan dikikis sehingga bisa dilenturkandan menjadi bentuk lingkaran. Setelah berbentuk lingkaran, maka bambu tersebut diikat menggunakan tali rafia agar kuat dan tidak gampang lepas. Universitas Sumatera Utara 3.5 Peralatan Yang Digunakan Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kendang ini adalah alat-alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari Kang Asep. Alat-alat yang digunakan tergolong sederhana dan membutuhkan tenaga manusia dalam menggunakannya. Berikut adalah alat-alat yang digunakan oleh Kang Asep dalam pembuatan kendang tersebut.

3.5.1 Gergaji

Gergaji yang digunakan Kang Asep adalah gergaji manual, dimana penggunaannya memakai kekuatan otot. Digunakan untuk memotong pohon mahoni yang akan digunakan untuk bahan pembuatan kendang sunda. Gergaji ini digunakan dalam tahap kasar. Gambar 19.Gergaji Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Kihkir

Kihkir kayu adalah alat yang digunakan untuk memperhalus bagian luar kuluwung kayu bagian luar kayu kendang. Alat kihkir kayu yang digunakan oleh Kang Asep ada 2 jenis. Yang pertama digunakan Kang Asep adalah Kihkir kasar, setelah itu akan digunakan pisau untuk memperhalus mengerut kayu lalu kihkir halus untuk tahap akhir penghalus kayu bagian luar badan kendang kuluwung. A.Kihkir Kasar B.Kihkir Halus Gambar 20. Kihkir Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Bedog

Bedogpisau adalah bilah besi tipis dan tajam yg bertangkai sebagai alat pengiris bahan dalam pembuatan kendang. Alat ini digunakan beliau untuk mengikismemperhalus badan bagian luat kendang setelah kikir kasar. Agar tidak merusak tali rarawat yang natinya akan dipasang pada kendang bagian luar. Gambar 21. Bedog

3.5.4 Palu Halus

Kang Asep menamakan alat yang dia buat sendiri ini sebagai palu halus. Gunanya untuk menokok. Universitas Sumatera Utara Gambar 22. Palu Halus 3.5.5 Sugu Sugu atau Ketam kayu adalah alat yang berfungsi untuk menghaluskan bagian luar kuluwung serta berperan untuk membentuk bentuk kuluwung. Gambar 23. Sugu

3.5.6 Palu

Palu adalah alat yang digunakan untuk memberikan tumbukan kepada benda. Palu digunakan untuk menokok tatah untuk membuat kuluwung. Universitas Sumatera Utara Gambar 24. Palu

3.5.7 Tatah Awal dan Tatah Bubang

Tatah awal adalah pahat kecil, yang digunakan untuk membuat diameter pada bagian atas kuluwung, dan tatah bubang adalah pahat besar yang meneruskan untuk membuat lubang pada badan kuluwung. a.Tatah Bubang Universitas Sumatera Utara B. Tatah Awal Gambar 25. Tatah

3.5.8 Meteran

Meteran adalah alat yang berfungsi sebagai alat ukur dengan satuan dasar ukuran panjang 39,37 inc. Meteran digunakan ketika pengukurun bahan-bahan yang dibutuhkan oleh Kang Asep. Gambar 26. Meteran

3.5.9 Patlot

Patlot adalah alat yang digunakan Kang Asep untuk menandai diameter yang akan dibentuk dan dilubangi. Universitas Sumatera Utara Gambar 27. Patlot

3.5.10 Parang

Parang adalah alat yang digunakan untuk membuang kulit kasar pada batang pohon, serta membuat bentuk kasar kuluwung. Gambar 28. Parang

3.5.11 Pernis

Pernis adalah campuran minyak cat, damar, untuk mengecat dan mengkilapkan barang dari kayu. Pernis diperoleh dari toko yang menjual bahan-bahan bangunan. Pernis dilakukan untuk mengkilapkan dan membuat kuluwung kelihatan menarik. Universitas Sumatera Utara

3.5.12 Kuas

Kuas adalah alat yang dipakai dalam men cat dan berfungsi sebagai perata cat pada bagian bahan yang dicat.

3.5.13 Kayu Penyangga

Kayu Penyangga terbuat dari kayu. Kayu penyangga ini digunakan sebagai alat untuk meletakkan kendang saat dimainkan agar pemain dapat memukul kedua sisi membran kendang. Gambar 29. Kayu Penyangga

3.5.14 Tali Rafia

Tali rafia digunakan sebagai perekat untuk merekatkan wengku yang sudah dipotong dan dilengkungkan membentuk lingkaran yang terbuat dari bambu. Universitas Sumatera Utara

3.5.15 Paku

Paku digunakan untuk mengetakan dan menjaga posisi wangkis pada kuluwung agar tetap ketat.

3.5.16 Tali Kain

Gambar 30. Tali Kain Keterangan : a. Tali kain berwarna hijau = untuk meletakkan kaki kanan dan kaki kiri. b.Tali kain berwarna hitam = mengkaitkan kendang pada kayu penyangga. 3.6 Teknik Pembuatan Kendang Dalam pembuatan kendang, Kang Asep tidak mengunakan tenaga mesin. Beliau menggunakan kemampuannya dan alat seadanya untuk membuat alat musik ini. Berikut tahap pembuatan kendang oleh Kang Asep. Universitas Sumatera Utara Tabel 1 : Prosedur pembuatan Kendang Sunda No Aktivitas Penjelasan 1. Pemilihan Bahan  Kulit kambing jantan yang berusia ±2 tahun. b.Batang mahoni yang sudah tua, yang sudah berumur 10 tahun keatas. c. Bambu. 2 Membentuk bagian-bagian kendang a. WangkisMembran bulu pada kulit kambing harus dibersikan dan dikikis dengan menggunakan pisau. Wangkis diletakkan menutupi bagian atas dan bawah kuluwung. b. Membuat ukuran diameter kuluwung dengan menggunakan pensil dan diameter. Tahap selanjutnya pengerjaan kasar dengan menggunakan alat seperti parang, pahat besar dan kecil Tahap terakhir yakni pengerjaan halus dengan menggunakan alat kikir kayu kasar dan halus, dan ketam sebagai tahap membuat badan kuluwung lebih halus, kemudian dicatdipernis sesuai keinginan agar badan kendang keliatan menarik. c. Wengku, terbuat dari bambu yang dibelah dua dan dihaluskan dengan pisau dan diikat dengan menggunakan tali rafia. d. Tali rarawat terbuat dari kulit sapi yang diiris hingga berbentuk seperti tali. e. Tali rawit terbuat dari kulit sapi yang digunakan untuk memperketat wangkis agar tidak longgar. f. Ali-ali terbuat dari kulit juga guna sebagai kunci kendang yang mengikat badan kendang melalu tari rarawat. g. Udel, lobang udara sebagai pengantar suara pada perut kendang. Universitas Sumatera Utara 3. Teknik pembuatan kendang sunda a. Diatas dan dibawah kuluwung ditaruh wangkis b. Kemudian, wengku yang terbuat dari bambu menjepitke 2 sisi kuluwung atas dan bawah sehingga kulit terjepit. c. Memasang rawit pada wengku yang sudah terpasang pada bagian atas dan bawah kuluwung. d. Memasang tali rarawat pada wangkis dan diikatkan saling berkaitan tidak terputus dari atas kuluwung ke bawah seluruh diameter kuluwung. e. Mengikat secara simetris agar keketatan membran terjaga. f. Membuat lubang udel pada bagian perut kendang 3.6.2 NgayamTeknik Penalian Setelah keketatan kendang sudah terjaga, maka proses selanjutnya adalah memasang tali rarawat. Caranya yakni, lobang, masukkan tali, tarik nali, melilit tali begitulah seterusnya. Cara melobang yang dimaksud adalah melobangi diantara kulit dan bingkei dengan menggunakan pisau. Setelah itu dilobangi kulitnya menggunakan bambu dan tali rarawat pun dimasukkan ke lobang tersebut. Setelah tali masuk, tali ditarik dan dililitkan ke wengku atas. Cara melilitnya, dimasukkan dari sisi pinggir wengku bawah kemudian memasukkan 1 buah ali-ali, lalu tali masuk melalui sisi dalam wengku atas, dan masuk ke ali-ali yang sama, lalu dilanjutkan dengan menarik ujung tali dan dimasukkan kecelah yang wengku bawah dan begitu seterusnya. Universitas Sumatera Utara A B. C D F I II Memasang paku pada wangkis agar tidak goyang pada saat penalian. Memasukkan tali rarawat dari wangkis bagian bawah. III IV Menegangkan tali Memasukkan ali-ali v VI Memasukkan tali rarawat dari atas membran ke bawah. Melilit sisa tali rarawat dengan tujuan memperketat tali yang sudah dipasang. Universitas Sumatera Utara G Gambar 31. Ngayam 3.7 Teknik Penyeteman Teknik penyeteman adalah teknik membuat kestabilan suara pada kendang. Teknik Penyeteman pada kendang sunda adalah sebagai berikut : 1. Menegangkan rarawat , yaitu menarik rarawat dari simpul awal sampai ke ujung simpul awal, dan menarik ali-ali ke bagian atas kendang, lalu menurunkannya setelah tali selesai ditegangkan. 2. Menegangkan wangkis, yaitu proses menentukan bunyi, dengan cara memukul kendang ke arah bawah kendang. Apabila bunyi yang diinginkan belum tinggi, maka wengku terus dipukul, tetapi bila bunyi yang dihasilkan masih kurang rendah, bisa dengan cara menekan keras bagian wangkis, atau memukul wengku ke arah bagian atas kendang. Tali rarawat yang sudah terpasang. VII Universitas Sumatera Utara Gambar 32. Penyeteman bunyi kendang Menarik ali- ali ke atas Menegangkan tali rarawat Menyetem ulang ali-ali ke tempat semula Universitas Sumatera Utara

BAB IV. TEKNIK MEMAINKAN DAN FUNGSI MUSIK

KENDANG SUNDA PADA MASYARAKAT SUNDA Pada bab ini, penulis mendiskusikan kajian dari kendang sunda. Penulis akan membahas mengenai warna bunyi dari kendang sunda, teknik pukulan, posisi memainkan, pola dasar ritem kendang sunda, dan fungsi kendang secara musikal.

4.1 Posisi Memainkan

Gambar 33. Posisi memainkan Universitas Sumatera Utara A. Kaki Kanan B. Kaki kiri Gambar 34. Posisi kaki Pada bagian gedeg terdapat dua tali yang melingkar, berfungsi menstabilkan posisi kendang kaki kanan dan sebagai proses menekan pada bagian degug dengan tumit kaki kiri. Gambar 35. Memasukkan tali ke kayu penyangga Universitas Sumatera Utara Inilah posisi meletakkan Kendang Sunda, meletakkan kendang pada kayu penyangga dengan tujuan agar pemain bisa memukul kedua sisi membran kendang.

4.1.1 Teknik Dasar Memainkan Kendang

Keterampilan memainkan suatu wadrita instrumen dengan maksimal tidak dapat dicapai dengan hanya melalui teknik dan cara membunyikannya saja, akan tetapi ditunjang pula dengan persoalan-persoalan lain, yang apabila dilihat sepintas hanya merupakan sebuah etika saja, misalnya sikap duduk. Untuk membunyikan wadrita kendang, sikap duduk bukan merupakan persoalan etika, melainkan sebuah tehnik yang akan berkaitan langsung dengan kepentingan tehnik membunyikan kendang

4.2 Warna Bunyi

Setiap suku bangsa mempunyai persepsi yang berbeda terhadap bunyi yang dianggap musikal maupun cara menghasilkan bunyi tersebut Merriam, 1964: 3. Kondisi yang menyebabkan penulis mengalami kesulitan dalam mengukur bunyi mana yang dianggap benar-benar musikal dan yang dianggap tidak musikal oleh masyarakatnya. Setelah penulis mengamati persepsi masyarakat Sunda mengenai warna bunyi dari kendang indung sunda, ternyata persepsi mereka berdasarkan onomatope. Onomatope adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi- bunyi dari sumber yang digambarkannya dengan kata lain penamaan berdasarkan Universitas Sumatera Utara peniruan bunyi. Tidak ada satu ketentuan yang baku dan bisa dipakai sebagai pedoman yang tetap dalam memainkan kendang ini. Ada berbagai versi mengenai warna bunyi yang dihasilkan oleh kendang sunda, menurut Kang Asep menyatakan warna bunyi kendang ini ada 3 untuk membran bagian atas kumpyang , yakni : • warna bunyi “pang” dibunyikan dengan jari tengah, manis dan kelingking, pada bagian tengah muka kumpyang, batas jari yang membunyikan dari telapak tangan hingga ujung jari. Jari yang mengenai wangkis bersifat efek sesaat, artinya setelah membunyikan, jari tidak boleh menempel pada bagian wangkis, sehingga bunyi yang dihasilkan terdapat gaung. • warna bunyi “pak” dibunyikan dengan jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking, pada bagian tengah muka kumpyang, batas jari yang membunyikan mulai dari telapak tangan sampai ke ujung jari. Jari yang mengenai kepada wangkis itu menempel pada bagian wangkis, sehingga bunyi yang dihasilkan terkesan mati. • warna bunyi “peng” dibunyikan dengan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis, atau terkadang ditambah dengan kelingking pada bagian pinggir muka kumpyang, batas jari yang membunyikan mulai dari buku kedua jari sampai ke unjung jari. Jari yang mengenai wangkis bersifat efek sesaat, artinya setelah membunyikan, jari tidak boleh menempel pada bagian wangkis, sehingga bunyi yang dihasilkan terdapat gaung. Dan ada 2 warna bunyi membran bagian bawah gedug, yakni : • warna bunyi “dang” dengan memukul bagian agak pinggir kendang Universitas Sumatera Utara • warna bunyi “dut” dengan memukul bagian agak pinggir kendang serta posisi kaki menekan membran bawah gedug. Penyaji Warna Bunyi Kang Asep P.B. Kumpyang Membran atas Pang Pak Peng Gedug Membran bawah Dang Dut Sekalipun penulis menyadari bahwa mendeskripsikan satu bunyi ke dalam tulisan adalah tidak mungkin, namun dengan mendeskripsikan letak tangan dan permukaan kendang yang dipukul serta posisi kaki mampu memberikan gambaran kepada pembaca. Penulis juga menyadari bahwa sekalipun deskripsi memukul kendang ini dipraktekkan oleh orang yang tidak tahu bermain kendang, belum tentu dapat mewakili bunyi yang diharapkan kecuali ada alat bantu seperti kaset rekaman yang bisa dijadikan orientasi bunyi atau belajar langsung dengan bimbingan seorang guru. Berikut letak tangan yang mengahasilkan warna bunyi secara keseluruhan dalam satu kendang.

A. Kempyang Bagian Atas

Pang Universitas Sumatera Utara Pak Peng

B. Gedug

Dut Gambar 39. Cara memukul kendang dang Universitas Sumatera Utara

4.3 Pola Ritem