Halaman 53
dan masyarakat pun menjadi kurang peduli dengan sekolah. Ditambah juga dengan masih terbatasnya kapasitas Komite Sekolah, membuat peran dan fungsi sebagai besar
komite sekolah yang ada di Kabupaten Bener Meriah belum berjalan optimal.
Secara umum kenyataan di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah MBS di sebagian besar sekolah belum berjalan secara efektif dan
efisien. Prinsip utama dari MBS sebagaimana yang tertulis dalam Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 49 Ayat 1 adalah:
“Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”. Ketika tata kelola sekolah masih belum bersifat partisipatif, transparan dan akutabel, maka hal itu menunjukkan masih
belum optimalnya pelaksanaan MBS di sekolah tersebut.
Bentuk inovasi
Partisipasi masyarakat
dalam manajemen
sekolah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Program ini
mempertemukan sisi penyedia dan pengguna layanan.
Survei pengaduan merupakan salah satu komponen
dalam kerangka
MBS yang
dimaksudkan agar sekolah dapat memperoleh masukan dari murid, orangtua, dan masyarakat
tentang apa yang dirasakan dan dibutuhkan terkait dengan pelayanan sekolah. Dalam penerapannya, MBS menekankan
pentingnya kerjasama tata kelola di kedua sisi, yaitu:
1. Sisi penyedia layanan:
d. Intervensi yang dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada Dinas Pendidikan dan pihak sekolah untuk membahas langkah-langkah sistematis
Manfaat komite sekolah dalam pemenuhan standar pelayanan
minimal sangat tinggi. Komite sekolah dapat mengetahui mana
yang dapat dipenuhi oleh sekolah, dan mana yang
dipenuhi oleh kabupaten.
- Salmiati
Komite Sekolah MIN Janarata
Halaman 54
dalam penerapan MBS dan berbagi pengalaman praktek yang baik yang sudah dilakukan di daerah lainnya.
e. Pihak sekolah juga diberikan pemahaman tentang pentingnya peranan Komite Sekolah dan masyarakat secara luas dalam mengoptimalkan
penerapan MBS ini. Selain itu diberikan juga pendampingan kepada sekolah mitra untuk terampil dalam mengajak dan mendorong keterlibatan komite
sekolah dan masyarakat dalam ikut menyelesaikan permasalahan pendidikan.
f. Peningkatan kapasitas
Dinas Pendidikan
dan sekolah
dalam mengembangkan suatu mekanisme dan prosedur di mana pemangku
kepentingan di masyarakat dapat menyampaikan aspirasi dan pendapat mereka secara efektif dan efisien. Peran masyarakat penting untuk
membangun tata kelola yang partisipatif dan responsif sesuai dengan prinsip MBS.
2. Sisi penerima layanan:
d. Pemberdayaan atau penguatan fungsi dan peran pemangku kepentingan di tingkat kabupaten dan kecamatan.
e. Pemberdayaan fungsi dan peran Komite Sekolah sebagai rekan kerja Kepala Sekolah dan Guru.
f. Mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam perencanaan dan monitoring pelayanan publik melalui mekanisme Survei Pengaduan secara tertulis dan
sistematis.
Untuk bisa melakukan pendekatan di kedua sisi tersebut, strategi utama yang harus dibangun adalah hubungan dan komunikasi di antara para pemangku kepentingan.
Pengembangan komunitas Manajemen Berbasis Sekolah dapat berjalan apabila ada komunikasi dan rasa saling percaya. Peningkatan kapasitas dari penyedia dan
pengguna layanan telah dilakukan lewat beberapa kegiatan inovatif, yaitu:
1. Kebijakan Kolektif dan Pembentukan Fasilitator Daerah Fasda.