Mendapatkan dukungan yang kuat dari dunia usaha. Selain

Halaman 17 waktu jam istirahat. Hal ini sangat berisiko terhadap kesehatan murid. Untuk itu, komite sekolah dan beberapa orangtua murid berinisiatif untuk memperbaiki kantin sekolah. Mereka dan sekolah merencanakan, membuat anggaran dan mengerjakan perbaikan kantin tersebut. Sebagian orangtua ikut menyumbang bahan kayu, atap, uang, dan kebutuhan terkait lainnya.

c. Memperbaiki toilet murid. Perbaikan toilet selama program intervensi ini

merupakan salah satu langkah awal keterlibatan orangtua di SMPN 1 Belimbing. Toilet untuk murid laki-laki dan perempuan telah dibuat terpisah dan dilengkapi dengan air bersih yang cukup. Bahkan di tahun 2014, sekolah ini mendapat bantuan dari Bank Pembangunan Daerah BPD Kalimantan Barat Cabang Melawi, untuk membangun tambahan lima toilet untuk murid perempuan, sehingga fasilitas toilet saat ini sudah memadai dan mendukung perbaikan kualitas pelayanan di sekolah ini.

d. Memperbaiki penyekat ruang aula. Pada tahun 2013, orangtua murid

SMPN 2013 berinisiatif mengganti sekat kayu antar kelas dengan folding gate sekat aluminium untuk ruang aula yang juga berfungsi sebagai ruang kelas. Usul ini diberikan untuk agar kelas dapat dibuka dengan mudah jika sekolah perlu ruang pertemuan yang dapat menampung 374 orangtua murid. Sejak tahun 2012 hingga 2015, orangtua murid telah memberikan dukungan dana 256.569.700 rupiah untuk membantu perbaikan fasilitas sekolah.

e. Mendapatkan dukungan yang kuat dari dunia usaha. Selain

mendapatkan kontribusi dari orangtua siswa, komite sekolah juga mendorong dunia usaha untuk membantu sekolah memperbaiki fasilitasnya. Sejak tahun 2012, dunia usaha telah memberikan dukungan dana kepada sekolah setiap tahun. Selama empat tahun kerjasama, industri telah mengucurkan 140 juta rupiah kepada sekolah. 5. Kapasitas sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah meningkat. Para guru mulai memahami dan melaksanakan proses perencanaan dan evaluasi mandiri. Hasil evaluasi didiskusikan dengan kepala sekolah dan Halaman 18 juga dalam rapat bulanan dewan guru. Hal ini penting dilakukan agar guru dan kepala sekolah dapat terus memonitor kualitas kegiatan belajar mengajar. Monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi program MBS berorientasi pelayanan publik di SMPN 1 Belimbing dilakukan oleh pihak internal dan eksternal secara berkala. Hasil evaluasi ini ditindaklanjuti oleh sekolah untuk memperbaiki kualitas pelayanan pendidikannya. a. Evaluasi internal. Sebagai pihak yang bertanggungjawab atas pelaksanaan RKS RKAS, kepala sekolah memonitor pelaksanaan rencana kerja sekolah tersebut. Hasil evaluasi tersebut didiskusikan bersama dengan guru dan komite sekolah dalam pertemuan rutin. Selain itu, kepala sekolah dan guru juga mengevaluasi proses kegiatan belajar mengajar di kelas secara mandiri dan mendiskusikan masalah dan rencana pengajaran dalam pertemuan dewan guru. Evaluasi mandiri ini menjadi salah satu alat untuk menjamin mutu pelayanan pendidikan di sekolah. b. Evaluasi eksternal. Evaluasi eksternal dilakukan oleh komite sekolah dan jurnalis warga. Mereka memastikan janji perbaikan pelayanan sebagai respons survey pengaduan dimasukkan dalam RKS RKAS dan dilaksanakan oleh sekolah. Kemudian, komite sekolah mendiskusikan dan mencari solusi masalah pendidikan yang ditemukan dengan sekolah. Sementara itu, jurnalis warga menyebarluaskan hasil monitoring mereka dan isu pendidikan yang dihadapi melalui radio komunitas Suara Melawi. Selain itu, radio komunitas ini juga aktif menyiarkan informasi tentang partisipasi masyarakat dalam memajukan manajemen sekolah dan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif di sekolah. Evaluasi eksternal juga dilakukan secara formal oleh dinas pendidikan melalui pengawas sekolah dan kepala UPTD. Mereka secara rutin menerima laporan dari sekolah tentang penyelenggaraan pelayanan pendidikan di sekolah dan Halaman 19 menghadiri rapat dengan sekolah. Dinas pendidikan juga memberikan masukan terhadap laporan sekolah. Tantangan yang dihadapi Selama empat tahun program ini berjalan, ada beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam proses meningkatkan kualitas pelayanan publik di sektor pendidikan, yaitu: 1. Persepsi awal orangtua dan masyarakat bahwa mereka tidak perlu membantu sekolah karena pendidikan adalah tanggungjawab sepenuhnya pemerintah. Pandangan ini menyebabkan sebagian besar dari orangtua jarang mau terlibat dalam program dan kegiatan sekolah. Namun, paradigma ini dapat diubah melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang intensif bagi dinas pendidikan, sekolah dan komite sekolah sebagai perwakilan masyarakat. Sosialisasi tersebut berisi tentang hak masyarakat mendapatkan pendidikan berkualitas dan pentingnya partisipasi publik untuk perbaikan pendidikan bagi sekolah. 2. Kapasitas sumber daya manusia dalam memahami sistem dan cara melaksanakan MBS masih perlu ditingkatkan. Meskipun pemerintah telah melakukan sosialisasi MBS kepada sekolah sebelum program ini berjalan, masih banyak sekolah belum dapat menerapkan MBS karena tidak mempunyai contoh praktik baik dan tidak semua sumber daya manusia di sekolah memiliki keterampilan memadai untuk melaksanakan sistem ini. Tantangan ini diatasi dengan memberikan contoh sekolah yang telah berhasil menerapkan MBS dan memberikan pelatihan intensif kepada sekolah tentang cara penerapan MBS beriorientasi pelayanan publik, termasuk menyusun RKS RKAS secara partisipatif. 3. Sebelum program ini dilakukan, komite sekolah tidak berfungsi secara optimal. Namun, setelah mendapatkan pelatihan tentang partisipasi publik, anggota komite sekolah yang terdiri dari perwakilan masyarakat, sekolah, pemerintah Halaman 20 daerah memiliki komitmen tinggi untuk bekerjasama untuk meningkatkan kualitas pelayanan di sekolah. Mereka melakukan diskusi dan mencari solusi untuk memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah. Akibatnya, sekolah dapat melaksanakan manajemen berbasis sekolah beriorientasi pelayanan publik. Keberlanjutan dan peluang replikasi Pelaksanaan MBS beriorientasi pelayanan publik di SMPN 1 Belimbing dapat berkelanjutan dan berpeluang untuk direplikasi karena: 1. Kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan dalam keberlanjutan program. Beliau sangat berkomitmen untuk menerapkan program MBS beriorientasi pelayanan publik. Kepala sekolah yakin bahwa kerjasama erat antara Dinas Pendidikan, sekolah, masyarakat, dan dunia usaha adalah kunci untuk menyediakan pelayanan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, kepala sekolah juga menjadi panutan bagi guru untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Program ini tetap dapat dilaksanakan meskipun ada kepala sekolah berganti jika ada alih pengetahuan yang baik tentang MBS beriorientasi pelayanan publik. Kepala sekolah yang lama juga perlu mengenalkan dan meyakinkan kepada para pemangku kepentingan bahwa penggantinya memiliki komitmen dan kemampuan yang kuat untuk menerapkan program ini. 2. Dukungan kuat dari komite sekolah, masyarakat dan dunia usaha. Masyarakat telah sadar dan merasakan manfaat partisipasi publik terhadap peningkatan kualitas pelayanan sekolah. Oleh karena itu, mereka akan meminta kepada sekolah untuk tetap terlibat aktif dalam program-program sekolah meskipun staff sekolah berganti. 3. Belajar dari pengalaman SMPN 1 Belimbing, Dinas Pendidikan Kabupaten Melawi menerbitkan surat keputusan yang meminta seluruh sekolah di kabupaten ini untuk memajang rencana kerja dan anggarannya serta Halaman 21 mendokumentasikan pertemuan dengan baik. Hal ini menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sekolah. Surat keputusan tersebut adalah Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Melawi Nomor 36 2014 tentang “Penyediaan Papan Informasi, Pemajangan Perencanaan dan Anggaran Sekolah” yang diterbitkan pada tanggal 28 Mei 2014; dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Melawi Nomor 42 2014 tentang “Penyediaan Absensi dan Notulensi dalam Pertemuan Rapat Sekolah kedalam Dokumen Rencana Kerja Sekolah atau Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah” yang diterbitkan pada tanggal 6 Juni 2014. Regulasi ini merupakan dukungan nyata pemerintah daerah untuk mendorong sekolah- sekolah lain untuk menerapkan MBS berorientasi pelayanan publik. Hasil pembelajaran dan rekomendasi Sekitar empat tahun pelaksanaan program MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SMPN 1 Belimbing Kabupaten Melawi ini telah menghasilkan beberapa perubahan konkrit yang menumbuhkan kesadaran dan paradigm baru bagi para pemangku kepentingan di daerah tersebut. Namun di sisi lain juga memberikan pelajaran untuk perbaikan dalam menghadapi tantangan implementasi program di masa yang akan datang. Pembelajaran dan rekomendasi yang utama dari proses implementasi ini adalah sebagai berikut: 1. Implementasi suatu sistem manajemen yang partisipatif, transparan, akuntabel dan responsif, tidak cukup hanya dilakukan melalui transfer pengetahuan dalam pelatihan atau lokakarya. Diperlukan suatu pola pendampingan intensif langsung di lapangan untuk membangun komitmen dan disiplin kerja para pemangku kepentingan, khususnya sekolah dan orangtua murid. Oleh karena itu, Dinas Manajemen berbasis sekolah membantu sekolah dan masyarakat membangun kesepahaman tentang kualitas pendidikan yang diharapkan . - Theresia Idayani Kepala Sekolah SMPNI Belimbing Halaman 22 Pendidikan perlu membuat panduan pelaksanaan MBS dan memberikan bantuan teknis yang intensif kepada sekolah agar mampu menggalang komitmen dari berbagai pemangku kepentingan. 2. Komunikasi terbuka antara sekolah, komite sekolah dan masyarakat sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan sehingga publik dapat terus memberikan dukungannya kepada sekolah. SMPN 1 Belimbing telah berhasil memperbaiki komunikasinya dengan berbagai pemangku kepentingan sehingga mereka dapat memperbaiki toilet yang telah lama rusak dengan bantuan orangtua murid. Oleh karena itu, sekolah tetap perlu menjaga komunikasinya dengan para pemangku kepentingan secara terbuka. 3. Model pemberdayaan yang mempertemukan penyedia dan pengguna layanan penting dilaksanakan di tingkat sekolah. Model ini membantu peningkatan kapasitas dua sisi yang melibatkan pengguna layanan, dalam hal ini orangtua murid dan masyarakat, dalam membahas permasalahan di sekolah membuat proses mencari solusi dan membuat perencanaan perbaikan menjadi lebih baik; dan secara langsung kapasitas pihak penyedia layanan kepala sekolah dan para guru pun meningkat. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa proses kerjasama antara penyedia dan pengguna layanan menjadi penting dalam upaya peningkatan pelayanan pendidikan oleh sekolah. 4. Selain fasilitas penunjang, sekolah perlu melakukan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar. Supervisi mandiri akan menjadi lebih lengkap ketika disertai dengan inovasi dalam metode pembelajaran dan aspek pedagogis lainnya sehingga prestasi akademik murid meningkat. Dari seluruh pencapaian yang sudah diuraikan di atas dan tantangan yang masih ada, dapat disimpulkan bahwa implementasi program MBS Berorientasi Pelayanan Publik di SMPN 1 Belimbing dapat dijadikan contoh praktik baik bagi sekolah atau pemangku Halaman 23 kepentingan lainnya yang ingin meningkatkan kualitas layanan publik dan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Informasi Kontak Theresia Idayani, S.Pd Kepala Sekolah SMPN 1 Belimbing, Melawi Jl. Provinsi No. 43, Pemuar Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat Program pendidikan USAID Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen pendidikan di tiga bidang: Manajemen Berbasis Sekolah, Distribusi Guru Proporsoional, dan Bantuan Operasional Satuan Pendidikan. Penataan dan Pemerataan Guru Melalui Partisipasi Publik di Kabupaten Barru Halaman 24 Penataan dan Pemerataan Guru Melalui Partisipasi Publik di Kabupaten Barru Situasi sebelum program dilakukan Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang terletak di pesisir pantai barat Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 1.174,72 Km2 117.472 Ha. Kabupaten Barru dapat ditempuh melalui perjalanan darat kurang lebih 2,5 jam atau berada kurang lebih 102 Km sebelah utara Kota Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Terkait sektor pendidikan, data yang tersedia berupa indeks pendidikan Kabupaten Barru, sebagai gabungan dari nilai angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indeks pendidikan kabupaten ini telah mengalami peningkatan dari tahun 2004 ke tahun 2007, tetapi posisinya masih dibawah rata-rata indeks pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, seperti terlihat pada tabel berikut: Tahunan Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan Nasional 2004 71,29 71,44 76,27 2005 71,91 71,96 76,82 2006 73,07 74,37 77,41 2007 73,56 74,37 77,84 Indeks pendidikan yang masih di bawah rata-rata provinsi dan nasional menunjukkan masih perlunya perbaikan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru. Memang banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di suatu kabupaten, dan salah satu faktor yang penting adalah ketersediaan guru di setiap sekolah. Pemerintah daerah harus memastikan bahwa setiap sekolah mempunyai jumlah guru yang sesuai dengan kebutuhan. Artinya di suatu kabupaten, idealnya selain jumlah guru yang cukup, distribusinya pun harus proporsional. Saat ini data jumlah guru di Barru, untuk guru Sekolah Dasar sekitar 1.680 , Sekolah Menengah Pertama 572 guru, Sekolah Menengah Atas sebanyak 235 guru dan Sekolah Menengah Kejuruan 142 guru. Total jumlah guru mencapai 2.715. Halaman 25 Namun, menurut Kepala Dinas Pendidika Kabupaten Barru, distribusi guru masih belum merata karena masih adanya sejumlah sekolah yang masih kekurangan guru. Ketidakmerataan guru ini mempunyai dampak yang kurang produktif bagi sektor pendidikan. Pertama, pelayanan publik bidang pendidikan di sekolah-sekolah yang kekurangan guru menjadi tidak maksimal karena pada jam pelajaran banyak kelas dibiarkan kosong tanpa kegiatan belajar, kriteria ketuntasan mengajar tidak tercapai, dan akhirnya kompetensi murid manjadi rendah. Kedua, guru-guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berkelebihan guru tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar sesuai standar 24 jam per minggu karena harus berbagi dengan guru lainnya. Keadaan ini menimbulkan kerugian pada guru karena berpengaruh pada pengembangan karir guru, yakni sertifikasi dan kenaikan pangkat yang mensyaratkan terpenuhinya jam mengajar Berdasarkan realitas tersebut dan sesuai dengan regulasi di sektor pendidikan, maka perlu dilakukannya penataan dan pemerataan guru seperti peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah pusat melalui Peraturan Bersama Lima Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS yang dikeluarkan pada Oktober 2011. Juga perlu dilakukan analisis kebutuhan distribusi guru PNS dengan berperdoman pada Petunjuk Teknis Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil dan Permendikbud Nomor 622013 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Bentuk inovasi Tidak meratanya distribusi guru sebagai akibat manajemen yang tidak didasarkan pada kebutuhan sekolah, tetapi lebih pada kebutuhan pribadi guru. Pemindahan atau pengalihan guru umumnya diprakarsai oleh guru secara individual berdasarkan kepentingan mereka sendiri dan bukan kepentingan sekolah atau kabupaten. Dinas Pendidikan umumnya tidak punya dasar atau patokan data yang valid untuk memutuskan memberikan izin atau tidak dalam menanggapi permintaan pindah dari seorang guru. Akibatnya, sering ada kelebihan guru di satu tempat dan kekurangan guru di tempat lain. Biasanya sekolah di wilayah perkotaan mempunyai kelebihan guru sementara sekolah di pedesaan dan wilayah terpencil seringkali kekurangan guru. Halaman 26 Melihat kenyataan bahwa permasalahan ini adalah kewenangan di tingkat pemerintah daerah, maka strategi utama dari program ini adalah memberikan bantuan teknis dan menjalin hubungan kerja yang intensif dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Barru. Program USAID-KINERJA menunjuk mitra pelaksana yaitu Lembaga Pendidikan dan Konsultan Inovasi Pendidikan Indonesia LPKIPI untuk mendampingi Tim Teknis yang disiapkan oleh pemerintah daerah setempat. Melalui berbagai forum diskusi yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan, akhirnya terbentuklah Tim Teknis yang terdiri dari unsur Dinas Pendidikan, Badan Kepegawaian Daerah BKD, Bappeda, PGRI, dan perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Gambar 1. Dinas pendidikan berdikusi tentang capaian standar pelayanan minimum, yang salah satunya mencakup rasio guru dan murid. Hasil analisa ini menjadi sebagai salah satu latar belakang pelaksanaan distribusi guru proporsional Halaman 27 Gambar 2. Staff dinas pendidikan melakukan analisa data distribusi guru setempat. Tim inilah yang dilatih oleh LPKIPI untuk menggunakan aplikasi komputer untuk pengolahan data Distribusi Guru Proporsional yang disebut SIMPK. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas penyedia layanan, dalam hal ini staf Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, agar trampil dalam melakukan pengolahan data untuk penataan dan pemerataan guru di seluruh wilayah kabupaten. Strategi lain yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan data distribusi guru adalah mendampingi Tim Teknis tersebut melakukan pemutakhiran data jumlah dan profil guru-guru yang ada di sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Umumnya data yang ada di Dinas Pendidikan berdasarkan pada laporan bulanan dan tahunan yang dibuat sekolah sebagai kelengkapan administrasi di Dinas Pendidikan. Namun pengelolaan yang tidak rapi dan sistematis membuat data tersebut sudah tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Untuk itulah tim teknis tersebut dengan dibantu oleh LPKIPI turun langsung ke sekolah-sekolah untuk melakukan validasi data sebelum dimasukkan ke dalam aplikasi SIMPK. Data yang valid dan tersimpan secara sistematis dalam suatu sistem pengelolaan data sangat bermanfaat bagi Dinas Pendidikan, tidak hanya untuk mengambil keputusan dan kebijakan tentang distribusi guru proporsional secara tepat, namun juga digunakan untuk menghitung kebutuhan terkait Standar Pelayanan Minimal, pemetaan sarana dan prasarana satuan pendidikan, penyusunan rencana kerja tahunan, dan lain-lain. Dengan data yang valid dan sistem pengolahan data yang terkomputerisasi, Dinas Pendidikan mempunyai dasar yang kuat untuk menghitung distribusi guru dengan benar Halaman 28 sehingga kebijakan yang diambil dapat memberikan pemerataan guru untuk semua sekolah yang ada di Kabupaten Barru. Sehingga secara umum strategi penataan dan pemerataan guru di kabupaten Barru ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa prinsip, yaitu: 1. Penghitungan distribusi guru berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru. Proses penghitungan dilaksanakan secara partisipatif, artinya juga menampung aspirasi murid, orangtua, dan masyarakat. 2. Penghitungan distribusi guru menggunakan data yang sudah diperbaharaui. Untuk itu manajemen data di Dinas Pendidikan dan sekolah harus tertata dengan baik dan sistematis. 3. Penghitungan didasarkan pada Standar Pelayanan Minimal SPM sehingga distribusi guru di sekolah lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih tinggi. 4. Penghitungan didasarkan pada regulasi daerah Peraturan Bupati. Hal ini diperlukan untuk menjamin program pemerataan guru ini dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. 5. Monitoring pelaksanaan distribusi guru ke sekolah diperlukan agar penataan dan pemerataan guru dapat tepat sasaran dan dapat terus diperbaharui. 6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai masalah-masalah kekurangan guru. Proses pelaksanaan program Setelah komitmen bersama dari pemerintah daerah, DPRD, dan pemangku kepentingan lainnya telah tercapai, maka proses penataan dan pemerataan guru di kabupaten Barru ini dilakukan dengan tahapan seperti sebagai berikut: Halaman 29 Gambar 3. SK Bupati Barru tentang Distribusi Guru Proporsional

a. Penghitungan Kebutuhan Guru