Fuad Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, Malang: Universitass Schafmeister, N. Kijzer, E.PH. Sitorus, Hukum Pidana, Yogyakarta : Libert, 1995,

mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum dan aturan pidananya 13 . Yang menjadi masalah pokok dalam hukum pidana adalah 14 : 1. Perumusan perbuatan yang dilarang kriminalisasi. 2. Pertanggung jawaban pidana kesalahan. 3. Sanksi yang diancam, baik pidana maupun tindakan. Adapun yang menjadi unsur tindak pidana dibedakan atas unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku, temasuk didalamnya adalah segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya. Unsur subjektif dari tindak pidana meliputi: 15 1. Kesengajaan atau ketidak sengajaan dolus atau culpa. 2. Maksud pada suatu percobaan seperti yang dimaksud dalam pasal 53 ayat 1 KUHP. 3. Macam-macam maksud atau oogmer seperti misalnya yang terdapat dalam tindak pidana pencurian. 4. Merencanakan terlebih dahulu, seperti misalnya yang terdapat dalam pasal 340 KUHP. Sedangkan unsur objektifnya adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan yaitu didalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan unsur objektif dari tindak pidana meliputi : 16 13 Martin Prodjohamidjojo, Memaham Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Pradnya Paramita, halaman 5. 14 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang : UNDIP, 1995, halaman 50. 15

A. Fuad Usfa dan Tongat, Pengantar Hukum Pidana, Malang: Universitass

Muhammadiyah Malang,2004, halaman 33. 16

D. Schafmeister, N. Kijzer, E.PH. Sitorus, Hukum Pidana, Yogyakarta : Libert, 1995,

halaman 27. Universitas Sumatera Utara 1. Sifat melanggar melawan hukum. 2. Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang pegawai negeri dalam kejahatan menurut pasal 415 KUHP. 3. Kasualitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan kenyataan sebagai akibat. 2. Pengertian Perbankan. Definisi atau batasan mengenai bank pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain, kalaupun ada perbedaan hanya akan tampak pada tugas dan jenis usaha bank tersebut. Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik, “bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, mana pun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar dan tempat giral.” 17 Menurut A. Abdurahman 2001 dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Pedagangan, “bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjama, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda- benda berhaga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain”. Menurut Undang-Undang Nomo 14 Tahun 1967 Pasal 1 tentang Pokok-pokok Perbankan, “bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”. Pendapat lain 17 Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Bank Dan Lembaga Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, halaman 2 Universitas Sumatera Utara mengemukakan “bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya; menghimpun uang dan sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit kepada pihak ketiga pada waktu tertentu.” Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, pengertian bank diatur pada Pasal 1 angka 1 bahwa bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pengertian bank menurut perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yakni Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kalau dilihat dari fungsinya, maka definisi bank dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun uang dari pihak ketiga 2. bank dilihat sebagai pemberi kredit, artinya bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara akti.f 3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanantabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengertian tersebut, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan dan bank merupakan suatu pranata sosial yang bersifat finansial, yang melaksanakan jasa-jasa keuangan. Berdasarkan kasus yang di bahas dalam Kajian hukum terhadap tindak pidana korupsi dalam dunia perbankan tidak lepas juga dari penyalahgunaan wewenang pejabat perbankan dalam mengeluarkan suatu kredit pinjaman. Pengertian pinjaman kredit menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjaman melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 18 Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa pinjaman atau kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antar bank kreditor dengan nasabah penerima kredit debitur, bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak termasuk jangka waktu serta bunga yang telah ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi apabila debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama. Pemberian kredit tanpa di analisis terlebih dahulu sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga 18 Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, loc.cit, halaman 163. Universitas Sumatera Utara kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. 19 Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan. Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan berupa czuang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. 2. Kesepakatan. Kesepakatan ini meliputi kesepakatan antar si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatn ini dituangkan dalam sebuah perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya. 3. Janga waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. 4. Risiko. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu kondisi tidak tertagihnyamacet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya. 5. Balas jasa. Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau fase tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. 20 Pejabat perbankan yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan kredit haruslah mengikuti semua unsur di atas. Apabila unsur itu tidak dipenuhi maka pejabat perbankan itu telah menyahlahgunakan wewenangnya dengan mengeluarkan kredit tanpa memikirkan unsur yang harus dipenuhi. Dan apabila 19 Ibid, halaman 164. 20 Ibid, halaman 166. Universitas Sumatera Utara hal tersebut menimbulkan kerugian negara maka pejabat perbankan tersebut dapat di jatuhi Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berbunyi : setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan atau didenda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milliar rupiah. Jelas di dalam pasal tersebut dikatakan menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dapat di kenakan sanksi pidana begitu juga seorang pejabat perbankan yang menyalagunakan wewenangnya hingga menimbulkan perbuatan tindak pidana korupsi. 3. Pengertian tindak pidana korupsi. Menganalisis Undang-Undang Tipikor Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 maka yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi adalah: a. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Pasal 2. b. Setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau suatu badan atau suatu korporasi menyalahgunakan kewnangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang daoat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Pasal 3. c. Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 416, Pasal 417, Pasal 418, Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, atau pasal 435 KUHP, serta pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Universitas Sumatera Utara d. Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-Undang yang secara tegas menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang yang secara tegas menyatakan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang- Undang tersebut sebagai tindak pidana korupsi Pasal 14 e. Setiap orang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk melakukan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi Pasal 15 f. Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan sarana atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi Pasal 16. 21 Pengertian melawan hukum di dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU PTPK “... secara melawan hukum, dalam pengertian formil dan materil. Dengan perumusan terebut, pengertian melawan hukum tindak pidana korupsi dapat pula mencakup perbuatan-perbuatan tercela yang menurut perasaan keadilan masyarakat harus dituntut dan dipidana.” Menurut Simon yang dimaksud dengan wederrechtelijk melawan hukum tidak bertentang dengan hukum pada umumnya, jadi tidak hanya sekedar bertentangan dengan hukum tertulis, akan tetapi juga bertentangan dengan hukum yang tidak tertulis. 22 Sejalan dengan pendapat Simon, Bambang Poernomo menyatakan suatu perbuatan itu dapat dikatakan melawan hukum, bila memenuhi dua ukuran, yaitu sifat melawan hukum formil formele wederrechtelijkheid dan sifat melawan hukum yang materil materiele wederrechtelijkheid. Yang menjadi alasan pertimbangan pembuat undang-undang mencamtumkan unsur melawan hukum dalam pengertian formil maupun materil di dalam Undang-Undang Nomor 21 Edi Yunara, Korupsi dan pertanggungjawaban pidana korporasi, PT Citra aditya bakti, Bandung, 2005, Halaman 36-37 22 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa : tanpa tahun, halaman 349. Universitas Sumatera Utara 31 Tahun 1999 jo Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tersebut, yaitu : Pertama : Mengingat korupsi terjadi secara sistematis dan meluas, tidak hanya merugikan keuangan dan perekonomian negara, tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga digolongkan sebagai extraordinary crime, maka pemberantasannya harus dilakukan dengan cara yang luar biasa Kedua : Dampak dari tindak pidana korupsi selama ini, selain merugikan keuangan dan perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi Ketiga : Dalam upaya merespon perkembangan keutuhan hukum didalam masyarakat, agar dapat lebih memudahkan didalam pembuktian, sehingga dapat menjangkau berbagai modus operandi penyimpangan keuangan atau perekonomian negara yang semakin canggih dan rumit. 23 Jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 24 1. Perbuatan yang merugikan Negara. 2. Suap-menyuap. 3. Penyalahgunaan jabatan. 4. Pemerasan. 5. Korupsi yang berhubungan dengan kecurangan. 6. Korupsi yang berhubungan dengan pengadaan. 7. Korupsi yang berhubungan dengan grafikasi hadiah. Menurut Romli Atmasasmita kriteria korupsi yang utama menurut Undang- Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang lama, yaitu Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1971 adalah adanya unsur kerugian bagi negara, tetapi 23 Ibid. 24 Dr. Ermansjah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika, 2010, halaman 53. Universitas Sumatera Utara pada kenyataannya unsur kerugian bagi negara itu sulit pembuktiannya karena deliknya delik maeriel. Namun, di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 unsur kerugian tetap ada kemudian rumusannya diubah menjadi delik formil sehingga tidak perlu dibuktutikan adanya kerugian atau tidak bagi negara. Kriteria berikutnya adalah adanya keuntungan bagi diri sendiri atau orang lain atau suatu badan karena adanya wewenang atau kesempatan. Kriteria ini sudah diperluas karena ada istilah karena jabatan, kedudukan, dan seterusnya, termasuk juga suap- menyuap, baik antara bukan pegawai negeri maupun pegawai negeri. Begitu juga dengan pemberian hadiah dan janji pada undang-undang yang baru, kriterianya sudah diperluas. 25 Dalam Pasal 27 UU PTPK dijelaskan bahwa tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya antara lain tindak pidana korupsi di bidang perbankan perpajakan pasar modal, perdagangan dan industri. Komoditi berjangka, atau di bidang moneter dan keuangan yang: a. Bersifat lintas sektoral; b. Dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih atau c. Dilakukan oleh tersangkal terdakwa yang berstatus sebagai Penyelenggara Negara sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. 25 Edi yunara,ibid, Halaman 39 Universitas Sumatera Utara

E. Metode penelitian