41
p. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompensasi, disebabkan adanya organ–organ yang
inferior. Sehingga berdasarkan beberapa bentuk-bentuk kenakalan remaja yang
telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kenakalan remaja adalah membolos, kekerasan, pencurian, pembunuhan,
pemerkosaan, perampasan, perkelahian, narokotika dan perjudian.
5. Motivasi Remaja
Santrock 2003: 474 menjelaskan mengenai motivasi pada remaja adalah mengenai mengapa remaja bertingkah laku, berpikir dan memiliki
perasaan dengan cara yang mereka lakukan, dengan penekanan pada aktivasi dan arah dari tingkah lakunya.
Selain pengertian di atas Wade dan Travis 2007: 144 juga mendefinisikan mengenai motivasi pada remaja yaitu suatu proses dalam
diri manusia remaja yang menyebabkan manusia remaja tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki atau bergerak menjauh dari situasi
yang tidak menyenangkan. Wade dan Travis membagi motivasi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah suatu
keinginan untuk mendapatkan sesuatu karena memang menikmati kepuasan dalam melakukan tindakan tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
suatu keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan yang bersifat eksternal seperti uang dan popularitas.
42
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi pada remaja adalah suatu keinginan yang mendorong remaja untuk berpikir, dan
bertingkah laku baik dari dalam diri maupun dari luar diri remaja. Motivasi remaja bertato adalah suatu keyakinan dan keinginan yang
mendorong remaja untuk memiliki tato, baik dari dorongan instrinsik maupun dorongan ekstrinsik.
C. Penelitian Terdahulu
Permasalahan mengenai tato pernah diteliti sebelumnya. Beberapa penelitian mengenai tato dengan subjek penelitian perempuan bertato yang
peneliti temukan yaitu Syarief Budiman 2006 meneliti mengenai fenomena remaja perempuan bertato. Kemudian Leonardus Ristiardi Noviyanto 2013
meneliti persepsi masyarakat terhadap perempuan bertato. Dan yang terakhir adalah penelitian yang dilakukan Uswatun Hasanah 2013 adalah penelitian
mengenai pembentukan identitas diri dan gambaran diri self body image pada remaja putri bertato di Samarinda. Sedangkan penelitian lain mengenai tato
adalah yang dilakukan Cons Tri Handoko 2010 mengenai perkembangan motif, makna, dan fungsi tato di kalangan narapidana dan tahanan di
Yogyakarta. Berangkat dari beberapa penelitian terdahulu mengenai tato yang masih
fokus pada wanita, peneliti memilih permasalahan penelitian mengenai identifikasi faktor penyebab bertato pada remaja Kota Yogyakarta. Alasan
pemilihan permasalahan tersebut dikarenakan belum ada penelitian terdahulu yang meneliti tentang identifikasi faktor penyebab bertato remaja. Sedangkan
43
pemilihan Kota Yogyakarta karena banyaknya orang bertato komunitas dan studio tato yang ada di Yogyakarta.
D. Kerangka Berpikir
Dari gejala-gejala yang sudah dibahas di atas mengenai tato dan remaja maka peneliti melihat keduanya sebagai sesuatu yang berkaitan karena remaja
merupakan fase pencarian identitas dan jati diri. Pada masa ini individu akan sangat labil dan mudah untuk terpengaruh. Mereka akan mencoba segala
sesuatu yang menurut mereka menarik. Selain itu mereka akan meniru idola mereka. Hal tersebut salah satunya adalah tato.
Masa remaja juga diidentikan sebagai masa peralihan dari anak-anak ke usia dewasa, dalam fase ini mereka akan menunjukan pada orang lain bahwa
mereka sudah dewasa. Mentato tubuh juga sering dijadikan ajang menunjukan kedewasaan. Mereka beranggapan dengan berani merasakan sakitnya ditato itu
merupakan pembuktian bahwa mereka sudah dewasa. Selain itu masa remaja merupakan masa di mana seseorang belum bisa
berfikir secara matang untuk melakukan sesuatu. Hal inilah yang sering kali menimbulkan permasalahan ketika seorang remaja menato tubuhnya tanpa
pertimbangan yang matang dan alasan yang kuat maka akan terjadi penyesalan di kemudian hari. Mengingat tato masih mendapatkan stigma negatif dari
masarakat. Sehingga seringkali orang yang bertato mendapatkan hambatan dalam melakukan kegiatannya.
Apalagi, saat ini tato sudah menjadi fashion yang sulit untuk dipisahkan dari remaja-remaja di kota-kota besar. Hal inilah yang pada akhirnya membuat
44
peneliti ingin mengetahui mengenai alasan-alasan, serta faktor penyebab
remaja bertato.
E. Pertanyaan Penelitian
Untuk mempermudah pelaksanaan studi penelitian ini maka peneliti menguraikan pokok masalah yang akan diteliti dalam bentuk pertanyaan
penelitian. Berdasarkan hasil kajian teori di atas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini yaitu:
1. Apa saja faktor penyebab remaja di Yogyakarta mentato tubuhnya? 2. Apa saja dampak yang muncul akibat tato yang dimiliki remaja di
Yogyakarta?
45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong 2005: 6 penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen di mana peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktifkualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Sugiyono, 2011: 13.
Penelitian kualitatif ini lebih spesifik pada penggunaan metode studi kasus. Studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu
yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas tetapi variabel-variabel dan
fokus yang diteliti sangat luas dimensinya Sudarwan Danim, 2002: 55.