interaksi sosial, dikarenakan mereka akan hidup bersama dengan sesama lanjut usia, selain itu pada panti werda mereka akan mendapatkan pelatihan-pelatihan
yang bertujuan untuk memberdayakan para orang lanjut usia agar tetap produktif. Perkembangan fisik dan kesehatan orang lanjut usia akan mendapat kontrol yang
efektif Putri, 2008. Permasalahan interaksi sosial di dalam kehidupan sehari-hari di Panti
Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai, akan menimbulkan dampak yang berakibat pada proses penurunan kesehatan jasmani
dan mental. berdasarkan berbagai uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Panti Werdha
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.
2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 2.1. Untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial lansia di Panti Werdha UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai. 2.2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.
3. Pertanyaan Penelitian
Yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah: 3.1. Bagaimana interaksi sosial lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai?
Universitas Sumatera Utara
3.2. Bagaimana kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai?
4. Manfaat Penelitian 4.1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini akan dapat dijadikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memperbaiki pelayanan yang diberikan
kepada para penghuni panti.
4.2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya dan memperluas pengetahuan dalam pengelolaan lansia
khususnya yang tinggal di Panti Werdha.
4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi berharga untuk penelitian lebih lanjut berkaitan dengan interaksi sosial dan kualitas hidup lansia.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
1. PENUAAN 1.1. Defenisi
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya
di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu: anak, dewasa, dan tua. tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur ,rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proforsional Nugroho, 2008.
Menurut Constantanides 1994 proses menua Ageing process menjadi tua adalah satu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki dirimengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
di derita. ini merupakan proses terus menerus berlanjut secara alami, ini di mulai dari sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Menurut Bandiyah 2009 factor-faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi: 1 Hereditas = keturunangenetik, 2 Nutrisi = makanan, 3 Status
kesehatan, 4 Pengalaman hidup, dan 5 Stress. Menurut WHO, Batasan batasan lanjut usia lansia antaralain: 1 Usia
pertengahan middle age, ialah kelompok usia 45-59 thn, 2 Lanjut usia elderly, ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun, 3 Lanjut usia tua old, ialah
kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, 4 Usia sangat tua very old ialah kelompok usia di atas 90 tahun Nugroho, 2000.
Serangkaian perubahan fisik, sosial, maupun psikologis yang dialami selama proses menua membutuhkan kesiapan individu untuk menghadapinya.
Perubahan perubahan yang terjadi pada masa lanjut usia antara lain perubahan fisiologis, perubahan kemampuan motorik, dan perubahan sosial atau psikologis.
Efek-efek dari perubahan tersebut menentukan, apakah pria atau wanita lanjut usia lansia tersebut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk
Hurlock, 1991. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Papalia 2001 yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia
dapat menyebabkan perubahan pada kondisi jiwanya. Namun proses penuaan yang berhasil membutuhkan usaha dan
keterampilan keterampilan mengatasi masalah Satlin, 1994. Akan tetapi tidak semua lanjut usia mengalami proses penuaan yang baik. Memasuki masa tua,
sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri
Universitas Sumatera Utara
dan memecahkan masalah yang dihadapi Widyastuti, 2000. Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti
penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal-hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan
penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan paranoid akan mengakibatkan lanjut
usia semakin sulit melakukan penyelesaian. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit
penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial dan psikologis yang dialaminya
dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru Stull Hatch,
1984.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Teori Teori Proses Menua Teori teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi Somatic Mutatek Theory Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekulDNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel- sel kelamin terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang di sebut teori akumulasi dari produk sisa.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan. e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri auto immune theory. g. Teori immunology slow virus immunology slow virus theory
Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori stress Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh telah
terpakai.
Universitas Sumatera Utara
i. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas kelompok atom mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi. j. Teori rantai silang
Sel- sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. k. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan
lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
Nugroho, 2008 Panti Werdha elderly-hostels adalah suatu institusi hunian bersama dari
para lansia yang secara fisikkesehatan masih mandiri, akan tetapi terutama mempunyai keterbatasan dibidang sosial dan ekonomi. Kebutuhan harian dari
pada penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti. Diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta Martono, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2. INTERAKSI SOSIAL 2.1. Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
Maryati Suryawati, 2003. Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur sosial Murdiyatmoko Handayani, 2004. Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh
memengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial Susanto, 2007.
2.2. Macam Macam Interaksi Sosial
a. Interaksi antara individu dan individu Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi
positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya
bermusuhan. b. Interaksi antara individu dan kelompok
Interksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi
dan kondisinya.
Universitas Sumatera Utara
c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan
bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
2.3. Bentuk Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut tim Sosiologi 2002, Interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk- bentuk asosiasi hubungan atau gabungan seperti:
a. Kerja Sama Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. b. Akomodasi
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c. Asimilasi Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka
akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
Universitas Sumatera Utara
d. Akulturasi Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat
manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun
unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri. 2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-
bentuk pertentangan atau konflik, seperti : a. Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa
menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya. b. Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak
senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau tehadap unsur-unsur
kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
c. Konflik Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu,
akibat adanya perbedaan faham dan kepentingan yang sangat mendasar,
Universitas Sumatera Utara
sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut.
2.4. Ciri Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi 2002, ada empat ciri-ciri interaksi sosial, antara lain: 1 Jumlah pelakunya lebih dari satu orang, 2 Terjadinya komunikasi di
antara pelaku melalui kontak sosial, 3 Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas, 4 Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu.
2.5. Syarat Syarat Terjadinya Interaksi Sosial 2.5.1. Adanya kontak sosial
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersam- sama dan tango yang artinya menyentuh. Jadi, secara harfiah kontak sosial berarti
bersama-sama meyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sedangkan dalam gejala sosial tidak selalu berarti hubungan
badaniah. Orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa menyentuhnya seperti berbicara dengan pihak lain tersebut atau memakai media komunikasi
seperti telepon, fax email atau media komunikasi lainnya. Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:
1. Antara orang perorangan, misalnya seorang anak yang meniru prilaku ibunya; 2. Antara orang perorangan dengan kelompok, misalnya sekelompok preman
yang memeras seseorang;
Universitas Sumatera Utara
3. Antar suatu kelompok dan kelompok lainnya, misalnya dua buah perusahaan mengadakan join venture, atau perundingan damai antara dua kelompok yang
bertikai. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi
apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, misalnya saling berjabat tangan atau saling tersenyum. Adapaun kontak sekunder
merupakan kontak yang memerlukan perantara, seperti alat-alat komunikasi telepon atau radio, dan dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.
2.5.2. Adanya komunikasi
Komunikasi adalah situasi yang menjadikan seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badannya atau
sikap dan perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan oleh orang lain tersebut. Suatu kontak sosial dapat terjadi tanpa komunikasi, misalnya pertemuan
antara dua orang yang tidak mengerti bahasa lawan bicaranya, mereka dapat bersalaman sehingga terjadi kontak, namun mereka tidak dapat berkomunikasi
sehingga tidak terjadi interaksi sosial. Dalam komunikasi, kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Misalnya,
senyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan, sikap bersahabat, atau bahkan sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Dengan demikian, suatu
komunikasi memungkinkan terjadinya kerja sama antara perorangan dan kelompok manusia karena komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya
Universitas Sumatera Utara
kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama, bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah faham atau
sikap pihak tidak mau mengalah. Murdiyatmoko, 2007
3. KUALITAS HIDUP 3.1. Pengertian Kualitas Hidup
Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi
dalam kehidupan sehari-hari Donald, 2001. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi laki-lakiwanita
dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana laki-lakiwanita itu tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan
perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat
kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan mereka kepada karakteristik lingkungan mereka WHO, 1994.
Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati kemungkinan dalam hidupnya, kenikmatan tersebut memiliki dua komponen yaitu
pengalaman, kepuasan dan kepemilikan atau pencapaian beberapa karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan tersebut merupakan hasil dari kesempatan dan
keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal lingkungan Chang, Viktor, Weissman, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi
dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan
kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi Universitas Toronto, 2004.
3.2. Komponen Kualitas Hidup
Menurut Trobojevic 1998 kualitas hidup dikembangkan untuk memberikan suatu pengukuran komponen dan determinan kesehatan dan
kesejahteraan. Pengukuran kualitas hidup ini penting berhubungan dengan prioritas kesehatan sepanjang atau semasa hidup yang tidak hanya membutuhkan
pengobatan tetapi juga kualitas dari kelangsungan hidup. Universitas Toronto 2004 menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam
tiga bagian yaitu: 1. Internal individu; internal individu dalam kualitas hidup dibagi tiga yaitu secara fisik, psikologis dan spiritual. Sedangkan menurut
WHOQOL mengidentifikasi kualitas hidup dalam enam domain, tiga diantaranya yaitu domain fisik, domain psikologis, dan domain spiritual, 2 Kepemilikan
hubungan individu dengan lingkungannya, kepemilikan dalam kualitas hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial. Sedangkan menurut WHOQOL
mengidentifikasi kualitas hidup dalam enam domain, dua diantaranya yaitu domain tingkat kebebasan dan domain hubungan sosial, 3 Harapan prestasi dan
aspirasi individu, Harapan prestasi dan aspirasi individu dalam kualitas hidup
Universitas Sumatera Utara
dapat dibagi dua yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Sedangkan menurut WHOQOL mengidentifikasi kualitas hidup dalam enam domain, dua diantaranya
yaitu domain tingkat kebebasan dan domain lingkungan. Menurut Ventegodt, Merriek, Anderson 2003, kualitas hidup dalam hal ini
dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yang berpusat pada suatu aspek hidup yang baik, yaitu:
1. Kualitas hidup subjektif, yaitu bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing individu
secara personal mengevaluasi bagaimana mereka menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka.
2. Kualitas hidup eksistensial, yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan level yang dalam. Ini mengasumsikan bahwa individu memiliki suatu sifat
yang lebih dalam yang berhak untuk dihormati dan dimana individu dapat hidup dalam keharmonisan.
3. Kualitas hidup objektif, yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang
untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya.
Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokkan dengan pernyataan yang relevan pada kualitas hidup yang dapat ditempatkan dalam suatu
spektrum dari subjektif ke objektif, elemen eksistensial berada diantaranya yang merupakan komponen kulitas hidup meliputi kesejahteraan, kepuasan hidup,
Universitas Sumatera Utara
kebahagiaan, makna dalam hidup, gambaran biologis kualitas hidup, mencapai potensi hidup, pemenuhan kebutuhan dan faktor-faktor objektif
a. Kesejahteraan Kesejahteraan berhubungan dekat dengan bagaimana sesuatu berfungsi
dalam suatu dunia objektif dan dengan faktor eksternal hidup. Ketika kita membicarakan tentang perasaan baik maka kesejahteraan merupakan pemenuhan
kebutuhan dan realisasi diri. b. Kepuasan hidup
Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya, ketika pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup diperoleh disekitarnya
maka seseorang puas, kepuasaan adalah pernyataaan mental yaitu keadaan kognitif.
c. Kebahagiaan Menjadi bahagia bukan hanya menjadi menyenangkan dan hati puas, ini
merupakan perasaan yang spesial yang berharga dan sangat diinginkan tetapi sulit di peroleh. Tidak banyak orang percaya bahwa kebahagiaan diperoleh dari
adaptasi terhadap budaya seseorang, kebahagiaan diasosiasikan dengan dimensi- dimensi non rasional seperti cinta, ikatan erat dengan sifat dasar tetapi bukan
dengan uang, status kesehatan atau faktor-faktor objektif lain. d. Makna dalam hidup
Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan dari
Universitas Sumatera Utara
ketidak berartian dan kesenjangan berartian dari hidup dan suatu kewajiban untuk mengarahkan diri seseorang membuat perbaikan apa yang tidak berarti.
e. Gambaran biologis kualitas hidup Gambaran biologis kualitas hidup yaitu sistem informasi biologis dan
tingkat keseimbangan eksistensial dilihat dari segi ini kesehatan fisik mencerminkan tingkat sistem informasi biologi seperti sel-sel dalam tubuh
membutuhkan informasi yang tepat untuk berfungsi secara benar dan untuk menjaga kesehatan dan kebaikan tubuh. Kesadaran kita dan pengalaman hidup
juga terkondisi secara biologis. Pengalaman dimana hiup bermakana atau tidak dapat dilihat sebagai kondisi dari suatu sistem informasi biologis. Hubungan
antara kualitas hidup dan penyakit diilustrasikan dengan baik dan menggunakan suatu teori individual sebagai suatu sistem informasi biologis
f. Mencapai potensi hidup Teori pencapaian potensi hidup merupakan suatu teori dari hubungan
antara sifat dasarnya. Titik permulaan biologis ini tidak mengurangi kekhususan dari makhluk hidup tetapi hanya tingkat dimana ini merupakan teori umum dari
pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup dari sel ke organisme sosial.
g. Pemenuhan kebutuhan Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan
seseorang terpenuhi kualitas hidup tinggi. Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar kita yang pada umumnya di miliki oleh makhluk hidup. Pemenuhan
kebutuhan dihubungkan pada aspek sifat dasar manusia. Kebutuhan yang kita
Universitas Sumatera Utara
rasakan baik ketika kebutuhan kita sudah terpenuhi. Informasi ini berada dalam suatu bentuk komplek yang dapat dikurangi menjadi sederhana yakni kebutuhan
aktual. h. Faktor-faktor objektif
Aspek objektif dari kualitas hidup dihubungkan dengan faktor-faktor eksternal hidup dan secara baik mudah diwujudkan. Hal tersebut mencakup
pendapatan, status perkawinan, status kesehatan dan jumlah hubungan dengan orang lain. Kualitas hidup objektif sangat mencerminkan kemampuan untuk
beradaptasi pada budaya dimana kita tinggal. Secara umum pengkajian kulitas hidup berhubungan dengan kesehatan yang
menggambarkan suatu usaha untuk menentukan bagian variabel-variabel dalam dimensi kesehatan, berhubungan dengan dimensi khusus dari hidup yang telah
ditentukan untuk menjadi penting secara umum atau untuk orang yang memiliki penyakit spesifik. Konseptualisasi kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan
menegaskan efek penyakit pada fisik, peran sosial, psikologiemosional dan fungsi kognitif. Gejala-gejala persepsi kesehatan dan keseluruhan kualitas hidup
sering tercakup dalam konsep kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan American Thoracic Society, 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka konsep
Kerangka konseptual dalam penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi interaksi sosial dan kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai. Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu
proses pengaruh memengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial Susanto, 2007.
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk- bentuk asosiasi hubungan atau gabungan seperti: 1 Kerja sama, adalah suatu
usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama, 2 Akomodasi, adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi
antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada
bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti: 1 Persaingan, adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar
memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya, 2 Kontravensi, adalah bentuk
proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi
maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau
Universitas Sumatera Utara
kelompok atau tehadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan
atau konflik. Menurut McDowell dan Newell 1996, kualitas hidup lansia itu
berhubungan dengan kepuasan atau kebahagiaan individu dalam kehidupannya yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan kesehatan mental lansia.
Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta
hubungan individu dengan lingkungan Curtis, 2000; Renwick Brown, 1996. Kesehatan fisik merupakan salah satu yang paling dikenal sebagai indikator
yang secara tradisional digunakan. Hal ini meliputi, nyeri dan rasa tidak nyaman, ketergantungan pada terapi medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur, aktivitas
sehari-hari, dan kemampuan kerja. Kesehatan psikologis mengacu pada efek positif, spritualitas, berfikir, belajar, memori dan konsentrasi, gambaran diri dan
penampilan, harga diri, dan efek negatif. Hubungan sosial meliputi hubungan pribadi, aktivitas seksual, dan dukungan sosial. Sedangkan aspek lingkungan
terdiri dari keselamatan dan keamanan fisik, lingkungan fisik, sumber keuangan, kesempatan untuk mandapatkan informasi baru dan keterampilan tertentu, peran
serta dan kesempatan untuk rekreasi atau aktivitas santai, lingkungan rumah, kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan dan sosial, serta transportasi.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1. Kerangka Konseptual
Keterangan: : Diteliti
: Tidak diteliti Interaksi sosial.
1.bersifat asosiatif.
- kerja sama - akomodasi
- asimilasi - akulturasi
2.bersifat disosiatif - persaingan
- kontravensi.
- konflik
Kualitas hidup. 1. kesehatan fisik.
2. kesehatan
psikologis. 3. hubungan sosial
Lansia di Panti Werdha
Universitas Sumatera Utara
2. Definisi Operasional 2.1. Interaksi Sosial