Pengaruh Penambahan Polisorbat 80 Terhadap Waktu Hancur Dan Disolusi Tablet Dimenhidrinat Dibuat Secara Granulasi Basah

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN POLISORBAT 80 TERHADAP WAKTU HANCUR DAN DISOLUSI TABLET

DIMENHIDRINAT

DIBUAT SECARA GRANULASI BASAH

Diajukan Oleh: SRI KURNIAWATI

NIM 030814011

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Telah diteliti pengaruh penambahan polisorbat 80 pada pembuatan tablet dimenhidrinat. Konsentrasi penambahan polisorbat 80 adalah 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7%, 0,9% dari jumlah bahan pengikat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa polisorbat 80 dapat mempercepat waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat yakni tablet tanpa polisorbat 80 mempunyai waktu hancur 26,39 ± 0,02 menit dan disolusi 70,14 ± 1,72. Dengan penambahan polisorbat 80 dengan konsentrasi 0,1 %, 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan 0,9% menghasilkan waktu hancur berkisar antara 23,18 ± 0,07 menit sampai 5,16 ± 0,07 menit dan disolusi berkisar antara 79,10 ± 0,37 % sampai 96,41 ± 0,15 %. Untuk kekerasan dan friabilitas diperoleh bahwa tanpa polisorbat 80 mempunyai kekerasan 8,30 ± 0,43 kg dan friabilitas 0,50 %. Dengan penambahan polisorbat 80 dengan konsentrasi 0,1 %, 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan 0,9% menghasilkan kekerasan berkisar antara 7,24 ± 0,36 kg sampai 3,61 ± 0,77 kg dan friabilitas berkisar antara 0,52 % sampai 1,20 %. Namun pada penambahan polisorbat 80 konsentrasi 0,5 % menghasilkan tablet yang paling baik karena waktu hancur dan disolusi yang paling cepat.


(3)

ABSTRACT

Have reseached the influence of increment polysorbat 80 in production dimenhidrinat tablet 0,1%, 0,3%. 0,5%, 0,7%, 0,9% from total binding agent subtance. From the result of research indicate that polysorbat 80 can become fast the shatter time and disolution of tablet dimenhidrinat that’s tablet without polysorbat 80 have the shatter time 26,39±0,02 minutes and disolution 70,14±1,72. With the increment of polisorbat 80 in concentration 0,1%, 0,3%. 0,5%, 0,7%, 0,9% produce shatter time revolve between 23,18±0,07 minutes to 5,16±0,07 minutes and disolution revolve between 79,10±0,37% to 96,41±0,15%. For the hardness and friability received that without polysorbat 80 have hardness 8,30±0,43 kg and friability 0,50kg with increment 0,1%, 0,3%. 0,5%, 0,7%, 0,9% produce hardness revolve between 7,24±0,36 kg to 3,61±0,77 kg and the friability revolve between 0,52 % to 1,20 %. But in the incremet polysorbat 80 the concentration 0,5 %, produces better tablet because the shatter time and the most early disolution.


(4)

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMABAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II METODOLOGI PENELITIA... 4

2. 1 Alat-alat... 4

2. 2 Bahan-bahan... 4

2. 3 Metodologi penelitian... 5

2. 3. 1 Pembuatan pereaksi HCl 0,1 N... 5

2. 3. 2 Formula tablet... 5

2. 3. 3 Pembuatan larutan gelatin ... 6

2.3. 4 Pembuatan granul Dimenhidrinat... 7


(5)

2. 4. 1 Sudut diam... 7

2. 4. 2 Laju alir / kecepatan alir ... 7

2. 4. 3 Indeks tap... 8

2. 4. 4 Proses pencetakan... 8

2. 5 Evaluasi Tablet...9

2. 5. 1 Uji kekerasan tablet ... 9

2. 5. 2 Uji friabilitas ... 9

2. 5. 3 Uji waktu hancur ... 9

2. 5. 4 Penetapan Kadar Dimenhidrinat... 10

2. 5. 4. 1 Pembuatan Larutan Induk Baku Dimenhidrinat... 11

2. 5. 4. 1. 1 Larutan Induk Baku I... 11

2. 5. 4. 1. 2 Larutan Induk Baku II... 11

2. 5. 4. 1. 3 Pembuatan Kurva Serapan Dimenhidrinat... 11

2. 5. 4. 1. 4 Penentuan Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat... 11

2. 5. 4. 1. 5 Penetapan Kadar Dimenhidrinat dalam Sampel...11

2. 5. 4. 1. 6 Keseragaman sediaan... 12

2. 5. 5 Uji Disolusi...13

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

3. 1 Hasil Uji Preformulasi Massa Granul...15

3. 1. 1 Uji sudut diam...16


(6)

3. 2 Hasil Penentuan Kurva Serapan Dan Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat

Baku Dalam Pelarut HCl. 0,1 N... 17

3. 3 Hasil evaluasi tablet... 19

3. 3. 1 Kekerasan Tablet...20

3. 3. 2 Friabilitas...21

3. 3. 3 Waktu Hancur... 21

3. 3. 4 Penetapan Kadar Tablet Dimenhidrinat... 22

3. 3. 5 Keragaman Bobot... 23

3. 3. 6 Disolusi... 23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 27

4. 1 Kesimpulan... 27

4. 2 Saran... 27

DAFTAR PUSTAKA... 28 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Hal

TABEL 1 Formula tablet Dimenhidrinat... 5

TABEL 2 Kriteria penerimaan zat aktif yang larut dengan disolusi... 14

TABEL 3 Data uji preformulasi massa granul...15

TABEL 4 Data evaluasi tablet Dimenhdrinat... 19


(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal GAMBAR 1. Kurva serapan dimenhidrinat baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang

Gelombang 276 nm... 18

GAMBAR 2. Kurva kalibrasi dimenhidrinat baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 276 nm... 19

GAMBAR 3. Perbandingan persentase kumulatif dimenhidrinat yang terlepas terhadap waktu... 26


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

LAMPIRAN 1. Contoh perhitungan pembuatan tablet... 30

LAMPIRAN 2. Contoh perhitungan disolusi tablet dimenhidrinat... 33

LAMPIRAN 3. Contoh perhitungan keragaman bobot... 35

LAMPIRAN 4. Contoh perhitungan kadar tablet dimenhidrinat... 38

LAMPIRAN 5. Hasil penentuan kurva serapan dimenhidrinat baku dalam HCL 0,1 N secara spektrofotameter UV... 40

LAMPIRAN 6. Hasil penentuan kurva kalibrasi dimenhidrinat baku dalam HCL 0,1 N secara spektrofotameter UV... 41

LAMPIRAN 7. Hasil penetapan kadar dimenhidrinat dengan berbagai perbandingan konsentrasi polisorbat 80 ... 44


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Tablet adalah salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik formulasi maupun cara penggunaannya. Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah sediaannya lebih kompak, pembuatannya lebih sederhana, biaya pembuatannya lebih murah, dosisnya tepat, mudah pengemasannya sehingga penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan lain (Lachman et al, 1994).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Selain bahan pengisi digunakan zat tambahan lain yang berfungsi sebagai zat pengembang, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM, 1995). Tablet dibuat dengan memampatkan bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan dengan cara cetak langsung, granulasi basah atau granulasi kering (Lachman et al, 1971).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai. Sediaan tablet dapat berbeda-beda dalam bentuk, ukuran, berat, kekerasan, ketebalan dan daya hancurnya tergantung pada cara pemakaian dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).

Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah adalah salah satu cara pembuatan tablet yang paling banyak dan umum digunakan karena menghasilkan granul-granul yang mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan untuk pencetakan tablet dan tablet yang dihasilkan biasanya lebih kompak (Soekemi, dkk., 1987).


(11)

Dimenhidrinat (Dramamine) adalah senyawa yang khusus digunakan untuk mabuk perjalanan dan muntah karena kehamilan. Berdasarkan mekanisme kerjanya senyawa ini dikelompokkan sebagai antikolinergika. Obat-obatan ini efektif terhadap segala jenis muntah, dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan (antihistaminika) (Tjay, 2002). Dimenhidrinat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform, agak sukar larut dalam eter (Ditjen POM, 1995). Oleh karena itu perlu dinaikkan pelarutannya dengan penambahan surfaktan yaitu polisorbat 80 yang merupakan surfaktan non ionic yang bersifat hidrofil.

Polisorbat 80 merupakan jenis surfaktan non ionik yang mempunyai nilai Hydrophilic-Lipophilic Balance (HLB) 15, berupa cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga coklat muda; bau khas lemah; rasa pahit dan hangat dan mempunyai sifat sangat mudah larut dalam air (Ditjen POM, 1995). Surfaktan non ionik merupakan golongan surfaktan yang banyak digunakan dalam bidang farmasi karena surfaktan non ionik dapat mempercepat waktu hancur dan disolusi tablet. Pada pembuatan tablet surfaktan biasanya digunakan dalam jumlah yang sedikit dan pada proses penggunaanya dicampurkan dengan larutan bahan pengikat untuk menjamin homogenitasnya. Polisorbat 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalam medium (Martin, et al, 1993).

Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkan kelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan


(12)

menaikkan laju kelarutan obat (Martin, et al, 1993). Pada kadar yang lebih tinggi surfaktan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel (Shargel, et al, 1999).

Polisorbat 80 telah digunakan dalam pembuatan tablet Sulfanilamid dan ternyata dapat mempercepat waktu hancur dan waktu larut tablet tersebut (Heng,1984).

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian menggunakan polisorbat 80 pada pembuatan tablet dimenhdrinat yang dibuat secara granulasi basah sehingga dapat mempercepat waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat.

1.1Perumusan Masalah

1. Apakah polisorbat 80 dapat mempercepat waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat.

2. Apakah semakin tinggi konsentrasi polisorbat 80 yang ditambahkan akan semakin cepat waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat.

1.2Hipotesis

1. Penambahan polisorbat 80 mempercepat waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat.

2. Semakin tinggi konsentrasi polisorbat 80 yang ditambahkan akan semakin cepat waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat.

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan polisorbat 80 terhadap waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat.


(13)

2. Untuk mengetahui konsentrasi yang tepat dari polisorbat 80 pada pembuatan tablet dimenhidrinat sehingga dapat mempercepat waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat.

1. 4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai rujukan dalam memformulasi tablet Dimenhidrinat dengan waktu hancur dan disolusi yang baik dan cepat dengan penambahan polisorbat 80.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Uraian Bahan

2. 1. 1 Dimenhidrinat

2. 1. 1. 1 Sifat Fisika Dan Kimia Dimenhidrinat

- Rumus Bangun :

- Rumus Kimia : C17H21NO.C7H7ClN4O2

- Nama lain : 8- Kloroteofilina, senyawa dengan dimetiletilamina

- Berat Molekul : 469,97

- Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau - Kelarutan :

• Sukar larut dalam air

• Mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform


(15)

2. 1. 1. 2 Farmakologi Dimenhidrinat

Dimenhidrinat (Dramamine) adalah senyawa yang khusus digunakan untuk mabuk pejalanan dan muntah karena kehamilan. Berdasarkan mekanisme kerjanya senyawa ini dikelompokkan sebagai antikolinergika. Obat-obatan ini efektif terhadap segala jenis muntah, dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan (Tjay , 2002).

Anti-emetika adalah zat-zat yang berdaya menekan rasa mual dan muntah. Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan tiga kelompok, yakni:

- perintang-perintang asetilkolin: skopolamin dan antihistaminika (siklizin, meklizin, dan dimenhidrinat). Obat ini efektif terhadap segala jenis muntah, terlepas dari sebabnya. Efeknya berdasarkan kerja antikolinergiknya.

- perintang dopamin: neuroleptika (derivat-derivat fenotiazin dan butirofenon), metoklopramida dan domperidom. Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang berasal efek samping obat. Mg, yang ekanisme kerjanya melalui perintangan neutransmisi dari Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) ke pusat muntah dengan jalan blokade reseptor-reseptor dopamin.

- obat-obat tambahan: antasida dan zat-zat pelindung yang mengurangi hebatnya rangsangan aferen dari lambung ke pusat muntah sedemikian rupa hingga kecenderungan untuk muntah lenyap.

2. 1. 2 Uraian Surfaktan Polisorbat 80 2. 1. 2. 3 Uraian Surfaktan


(16)

bersifat amfifil yaitu mempunyai afinitas tertentu baik terhadap zat polar maupun nonpolar, bisa secara dominan hidrofilik, dominan lipofilik, atau berada tepat diantara keduanya. Sifat inilah menyebabkan zat ini diadsorpsi pada antarmuka cair/gas, cair/cair maupun cair/padat (Martin, et al, 1993).

Adsorpsi pada permukaan zat padat merupakan fenomena pembasahan. Surfaktan bila dilarutkan dalam air, akan menurunkan sudut kontak dan membantu memindahkan fase udara pada permukaan dan menggantikannya dengan suatu fase cair.

Kerja yang paling penting dari suatu zat pembasah adalah untuk menurunkan sudut kontak antara permukaan zat padat dan cairan pembasah. Sudut kontak adalah sudut antara tetes cairan dan permukaan ke atas mana ia menyebar. Sudut kontak 0°, menandakan pembasahan sempurna, sedangkan mendekati 180°, ini berarti pembasahan tidak bermakna. Supaya suatu zat pembasah berfungsi secara efisien, yaitu menunjukkan suatu sudut kontak yang rendah, ia harus mempunyai HLB kira-kira 6 sampai 9 (Martin, et al, 1993).

Harga HLB (hydrophile lipophile balance) memberi kemungkinan untuk mengidentifikasi surfaktan menurut sifat amfifilnya dan untuk mengklasifikasikan tujuan penggunaannya yang sesuai.

Istilah HLB diciptakan untuk tensid/surfaktan nonionik. Disusun ke dalam bilangan tanpa dimensi, yang dihitung dari perbandingan stoikiometris bagian lipofil dan bagian hidrofil dari tensid. Sehingga harga HLB memberi informasi tentang keseimbangan hidrofil-lipofil, yang dihasilkan dari ukuran dan kekuatan gugus lipofil dan hidrofil. Suatu zat lipofil disusun dalam harga yang lebih rendah, zat hidrofil


(17)

dalam harga HLB yang lebih tinggi. Atas dasar tujuan pemakaiannya, sistem HLB mempunyai skala 1-20. Harga batas dominasi antara zat lipofil dan hidrofil adalah 10 (Voigt, 1995).

Berbeda dengan surfaktan ionik, surfaktan nonionik menunjukkan beberapa keuntungan penting. Surfaktan ini bersifat netral, dapat sedikit dipengaruhi oleh elektrolit namun selanjutnya netral terhadap pengaruh kimia. Aktivitasnya relatif tidak tergantung suhu (Voigt, 1995).

2. 1. 2. 3 Polisorbat 80

Polisorbat 80 adalah Polisorbat 80 adalah cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda sampai coklat muda; bau khas lemah; rasa pahit dan hangat. Kelarutannya sangat mudah larut dalam air, larutan tidak bau dan praktis tidak berwarna; larut dalam etanol, dalam etil asetat; tidak larut dalam minyak mineral (Ditjen POM, 1995).

Rumus bangun :

Polisorbat 80 termasuk salah satu jenis surfaktan ionik yang mempunyai nilai keseimbangan hidrofil-lipofil atau hidrophiel-lypophiel balance (HLB) 15,0. Surfaktan dapat mempengaruhi laju pelarutan obat yang tidak dapat diperkirakan. Surfaktan pada konsentrasi rendah dapat menurunkan tegangan permukaan dan


(18)

surfakatan cenderung membentuk ”micelles” dengan obat, sehingga menurunkan laju pelarutan (Shargel, 1988).

Ada 3 penggunaan utama dari surfaktan yaitu : 1. Sebagai bahan pembasah (wetting agent) 2. Sebagai bahan pengemulsi (emulsifying agent) 3. Sebagai bahan penglarut ( Solubilizing agent)

Tahun 1933 Clayton telah merancang skala dari berbagai angka untuk dipakai sebagai ukuran keseimbangan hidrofilik lipofilik (HLB) dari zat aktif permukaan. Pemakaian HLB campuran sangat baik digunakan untuk mendapatkan efek kerja yang optimal dari surfaktan dalam menurunkan tegangan permukaan maupun dalam membentuk lapisan film pada permukaan. Efek yang diberikan oleh surfaktan dapat dijelaskan menurut teori emulsifikasi yang mana surfaktan bekerja sebagai emulgator yaitu :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension Theory)

Apabila suatu jenis cairan diteteskan maka setiap tetesan tersebut cenderung membentuk bulat dan didalam tetesan tersebut ada suatu tenaga kohesi yaitu : tenaga yang saling tarik menarik sesamanya. Jika dua atau lebih dari tetesan cairan yang sama saling bertemu maka akan bergabung membentuk tetesan yang lebih besar. Jika lingkungan cairan tersebut adalah udara maka dikenal sebagai tegangan permukaan cairan, tetapi jika dua jenis cairan berkontak dan tidak saling bercampur maka tenaga yang menyebabkan masing – masing cairan makin pecah menjadi partikel yang lebih kecil disebut tegangan antar muka.


(19)

Berdasarkan teori ini, surfaktan yang mempunyai dua gugus yaitu hidrofilik dan lipofilik yang masing – masing akan mengarahkan dirinya ke dalam larutan sesuai dengan sifat kelarutan zat tersebut. Surfaktan yang lebih hidrofil akan terlarut dalam air dan gugus lipofil akan terlarut dalam minyak.

3. Teori Lapisan Film (Plastic Film Theory)

Menurut teori ini, surfaktan akan mengeliling tetesan atau partikel fase terdispersi sebagai lapisan film yang tipis dan diadsorbsi pada permukaan partikel tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya partikel terdispersi. Semakin kuat dan lentur partikel tersebut maka emulsi yang terjadi akan semakin stabil.(Anief, 1993)

1. 2 Uraian Bentuk Sediaan Tablet

Dewasa ini, paling sedikit 40% dari seluruh obat diolah dalam bentuk tablet. Bentuk sediaan tablet lebih lanjut membuktikan keuntungannya, massanya dibuat dengan mesin dan karenanya murah, tablet tepat takarannya, baik pengemasannya, untuk ditransportasikan dan untuk disimpan(daya tahan yang baik dari obat dalam sediaan) dan penggunaannya lebih mudah (Voight, 1994).

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Ditjen POM, 1979).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan bahan tambahan farmasetik yang sesuai. Tablet dapat berbeda – beda


(20)

dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menngunakan cetakan baja. Tablet dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (FI edisi IV, 1995).

Tablet mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :

̇ Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.

̇ Tablet merupakan bentuk sediaan yang biaya pembuatannya lebih rendah.

̇ Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.

̇ Tablet merupakan sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk dikemas serta dikrim.

̇ Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah, tidak memerlukan langkah pengerjaan tambahan bila menggunakan permukaan cetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

̇ Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecahnya atau hancurnya tablet tidak segera terjadi.


(21)

̇ Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat.

̇ Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk

diproduksi secara besar – besaran.

̇ Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Selain mempunyai keuntungan atau keunggulan, tablet juga mempunyai kerugian. Kerugian tablet antara lain :

• Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.

• Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan biovailabilitas obat cukup.

• Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yangdari keuntung tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang terbaik serta lebih murah.

Kesimpulan dari keuntungan dan kerugian tablet dibandingkan dengan bentuk sediaan oral lainnya, ternyata tablet benar – benar memberikan keuntungan dalam bentuk tempat atau ruanagn yang paling kecil yang diperlukan untuk penyimpanan,


(22)

juga tablet mudah diberikan dan dikontrol, mudah dibawa, dan ongkosnya murah. Bagi dokter dosisnya fleksibel (tablet dapat dibelah dua), serta dosisnya tepat (Lachman et al, 1994).

Disamping sifat kimia dan fisika dari obat yang akan diformulasi, desain fisik yang sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap atas tablet dapat memberikan efek yang berarti pada kemanjuran dari obat yang akan diberikan, maka tablet :

1. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai

identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan pelunturan atau pemucatan, kontaminasi dan lain – lain.

2. Harus sanggup menahan goncangan mekanik selama produksi, pengepakan. 3. Harus mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk mempertahankan

kelengkapan fisiknya sepanjang waktu.

4. Harus dapat melepaskan zat berkhasiat ke dalam tubuh dengan cara yang dapat diramalkan serta tetap atau dapat diulang.

5. Hasil stabil secara kimia sepanjang waktu sehingga tidak memungkinkan terjadi pemalsuan atau penurunan mutu zat berkhasiat.

2. 3 Bahan-Bahan Pembantu (tambahan) dalam SediaanTablet

Komposisi umum dari tablet adalah zat khasiat, bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang – kadang dapat ditambahkan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring agent), bahan pemanis dan bahan lain yang cocok (Ansel, 1989).


(23)

2. 3. 1 Bahan Pengisi

Bahan pengisi ditambahkan untuk mendapatkan berat yang diinginkan, terutama apabila bahan obat dalam jumlah yang kecil. Bahan pengisi haruslah bersifat inert. Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan pengisi antara lain laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, avicel, bolus alba, kalsium sulfat, dll.

Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Harus non toksik dapat memenuhi peraturan – peraturan dari negara dimana produk akan dipasarkan.

2. Harus tersedia dalam jumlah yang cukup disemua negara tempat produk itu dibuat.

3. Harganya harus cukup murah.

4. Tidak boleh saling berkontra indikasi (misalnya, sukrosa), atau karena komponen (misalnya, natrium) dalam tiap segmen atau bagian dari populasi. 5. Secara fisiologi harus inert dan netral.

6. Harus stabil secara fisika dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen tablet lain.

7. Harus bebas dari segala jenis mikroba.

8. Harue color compotible (tidak boleh mengganggu warna).

9. Bila obat itu termasuk sebaga makanan (produk – produk vitamin tertentu), pengisi dan bahan pembantu lainnya harus mendapat persetujuan sebagai bahan aditif pada makanan.


(24)

Bahan pengisi yang umum digunakan adalah laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, golongan amilum, avicel.

2. 3. 2 Bahan Pengikat

Bahan pengikat ditambahkan untuk mengikat komponen-komponen tablet agar bersatu membentuk granul sehingga lebih baik sifat alirnya dan lebih mudah dicetak menjadi tablet. Bahan pengikat yang digunakan tergantung pada sifat fisika dan kimia dari bahan obat, daya ikat yang diperlukan dan tujuan pemakaian dari tablet yang bersengkutan.

Bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung.

Ada 4 macam bahan pengikat yang dipakai dalam pembuatan tablet, yaitu : 1. Bentuk yang atau terdispersi dalam air, misalnya : sukrosa, amilum, dan

lain-lain. Biasanya dipakai dalam bentuk sirup atau musilago.

2. Bahan yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik, misalnya : hidroksi propil metilselulosa dalampelarut organik, etil selulosa dalam pelarut alkohol.

3. Bentuk kering, misalnya Avicel, Emdex. Bahan pengikat biasanya digunakan dalam bentuk granul-granul yang telah disempurnakan.

4. Bentuk cair, contohnya : Isopropanol, digunakan untuk membuat tablet larut dalam tablet effervescent.


(25)

2. 3. 3 Bahan Pengembang

Bahan pengembang digunakan untuk untuk memecahkan tablet menjadi partikel-partikel kecil sehingga kerja dari bahan berkhasiat dipercepat. Beberapa bahan pengembang mempunyai affinitas yang besar terhadap air, dan akan mengembang sehingga pengembangnya akan memecahkan tablet. Bahan pengembang lain memecahkan tablet dengan cara mengembang dan mengeluarkan tenaga seperti pada tablet effervescent (Lowenthal, 1973).

Bahan pengembang yang biasa digunakan adalah pati dan turunannya,gom, selulosa dan turunannya, serta alginat (Soekemi, 1987; Lachman, 1976).

2. 3. 4 Bahan Pelicin

Bahan pelicin ditambahkan untuk memeudahkan pendorongan tablet ke atas daan ke luar ruang cetak melalui pengurangan penggesekkan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet. Hasil terbaik saat ini adalah talk serta kalsium atau magnesium stearat (Voight, 1987).

Bahan pelicin ditambahakan dengan maksud :

1. Untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi. 2. Mencegah melekatnya masa pada punch dan die.

3. Mengurangi pergesekkan antar butir-butir granul. 4. Mempemudah pengeluaran tablet dari die.

Magnesium atau Kalsium stearat adalah pelicin yang umum dipergunakan, sering dipakai pada konsentrasi < 1% serta talkum yang dipakai pada konsentrasi 1-5%(Soekemi, 1987).


(26)

2. 4 Metode Pembuatan Tablet

Secara umum pembuatan tablet adalah dengan metode granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung. Metode tersebut dijelaskan dibawah ini :

2. 4. 1 Pencetakan Langsung

Proses pencetakan langsung adalah suatu cara pembuatan tablet untuk bahan yang tidak tahan pemanasan tinggi, karena dalam proses pembuatannya diperlukan panas yang rendah atau tanpa pemanasan. Ada beberapa zat berbentuk kristal, seperti NaCl, NaBr, dan KCl yang mungkin dapat langsung dikempa. Tetapi kebanyakan obat jarang yang dengan mudah dijadikan tablet.

2. 4. 2 Granulasi Basah

Cara ini paling banyak dipakai dan umum digunakan karena menghasilkan granul-granul yang mempunyai sifat-sifat yan dibutuhkan untuk pencetakan tablet dan tablet yang dihasilkan biasanya kompak. Pada cara ini bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk larutan misalnya larutan gelatin, musilago amili(Soekemi, 1987).

Pada metode ini memerlukan persiapan-persiapan dan langkah-langkah akhir (pengayak, penggilingan, dan penyampuran). Hal yang menarik pada granulasi basah yaitu bahannya dibasahi, penggilingan basah, serta pengeringan.

2. 4. 3 Granulasi Kering

Cara ini lebih sederhana karena tidak memerlukan proses pengeringan yang memerlukan alat dan pengerjaan yang lebih banyak. Juga kehilangan aktivitas obat karena pengaruh lembab dan panas lebih sedikit. Disebut juga slugging atau pencetakan ganda atau pengkompressi. Cara ini dikerjakan bila bahan-bahan obat


(27)

tidak tahan lembab atau panas dan bersifat kohesif sehingga memudahakan waktu mencetak. Bila tidak mempunyai sifat kohesif disarankan ditambahkan bahan pengisi yang mempunyai sifat kohesif yang cukup besar (Soekemi, 1987).

2. 5 Evaluasi Tablet

Untuk mendesain tablet serta selanjutnya memantau kualitas produk obat, evaluasi secara kuantitatif seta penetapan sifat kimia, fisika, dan bioavailabilitas tablet harus dibuat. Ketiga kelas sifat di atas memiliki profil stabilitas yang nyata, tetapi profil stabilitas itu dapat saling berpengaruh, misalnya kerusakan kimia atau interaksi antara komponen-komponen tablet akan mempengaruhi sifat fisika tablet dan sangat mempengaruhi bioavabilitas dari sistem tablet itu.

2. 5. 1 Penampilan Umum

Penampilan umum suatu tablet, identitas visualnya serta seluruh ”keelokannya” sangat penting bagi penerimaan konsumen, bagi pengontrolan keseragaman antar bahan serta antara tablet yang satu dengan yang lainnya, serta untuk memantau pembuatan yang bebas kesalahan. Mengontrol penampilan umum tablet, melibatkan pengukuran sejumlah perlengkapan seperti ukuran tablet, bentuk, warna, ada tidaknya bau, rasa, bentuk permukaan, dan cacat fisik.

2. 5. 2 Ukuran dan Bentuk

Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau, dan dikontrol. Dimensi serta bentuk tablet kempa ditentukan oleh peralatn selama proses pengempaan. Ketebalan tablet adalah satu-satunya variabel dimensi yang berhubungn dengan proses. Pada beban kempa yang konstan, ketebalan tablet bervariasi dengan


(28)

campuran partikel yang dikempa, dan dengan berat tablet, sementara pada keadaan pengisiandie yang konstan, ketebalan bervariasi dengan berubahnya kompresi.

2. 5. 3 Kekerasan dan Kerenyahan (Friabilitas)

Tablet harus mempuyai kekerasan atau kekuatan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan dan pengepakan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen, seperti guncangan di dalam tas wanita. Untuk melakukan uji ini, sebuah tablet diletakkan antara dua landasan, landasan kemudian ditekan, dan kekuatan yang menghancurkan tablet dicatat. Kekerasan kemudian diartikan sebagai kekuatan menghancurkan tablet. Beberapa alat pengukur kekuatan tablet yang masih dipakai adalah alat penguji ; Monsato, Strong Cobb, Pfizer, Erweka, dan Schleuniger. Cara lain untuk mengukur kekuatan tablet, yaitu friabilitas (kerenyahan). Tablet yang mudah menjadi bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya, akan kehilangan keelokkannya serta konsumen enggan menerimanya, dan dapat menimbulkan pengotoran pada tempat pengangkutan dan pengepakan, juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Alat penguji friabilitas untuk laboratorium dikenal sebagai friabilator Roche. Alat ini memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran .Biasanya tablet yang telah ditimbang diletak dan dikan di dalam alat itu, kemudian dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan dan dimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5 % sampsai 1% masih dapat dibenarkan.


(29)

2. 5 Disolusi

Disolusi adalah proses dimana suatu zat menjadi terlarut dalam suatu pelarut. Saat sekarang ini disolusi dipandang sebagai salah satu uji pengawasan mutu yang pas sifat diling penting dilakukan pada sediaan farmasi.

Uji disolusi dikembangkan untuk menunjukkan pelepasan obat dari tablet apakah dapat mendekati 100% dan untuk menunjukkan pelepasan obat seragam pada tiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah dibuktikan bioavaibilitas dan efektif secara klinis.(Lachman, 1994)

Sifat pembahasan tergantung pada tegangan antar muka dan sudut kontak antara zat padat dan cairan. Umumnya sudut kontak yang lebih besar 900 mempunyai sifat kebasahan rendah sedangkan sudut kontak yang lebih kecil 900 menunjukkan zat tersebut mudah dibasahi. Penambahan surfaktan baik dalam formulasi maupun dalam medium disolusi memperkecil sudut kontak sehingga zat tersebut menjadi lebih terbasahi dan akan memperbesar disolusi. Pada konsentrasi rendah, surfaktan dapat meningkatkan laju disolusi dan pada konsentrasi di atas CMC (Critical Micel Concentration) akan menurunkan laju disolusi (Attwood, 1983).

Pada uji disolusi dapat diketahui partikel – partikel obat akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan tertentu. Cepatnya melarut obat atau tablet menentukan berapa kadar bahan berkhasiat yang terlepas ke dalam darah, oleh karena itu laju disolusi berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran) dari tablet dan perbedaan biovaibilitas dari berbagai formula. Bila perlu, uji disolusi serta interpretasinya dapat diteruskan sampai tiga tahap. Pada tahap satu (S1), enam tablet


(30)

pada monograf (Q) di tambah 5%. Bila S1 tidak dipenuhi, enam tablet tambahan diuji lagi (S2). Hasilnya dapat diterima bila hasil rata-rata dari ke-12 tablet lebih besar atau sama dengan Q, dan tidak ada satu pun yang lebih kecil dari Q minus 15%. Bila tetap tidak tidak terpenuhi, 12 tablet tambahan diuji lagi. Hasilnya dapat diterima bila nilai rata-rata ke-24 tablet lebih besar atau sama dengan Q, dan tidak lebih dari dua tablet yang lebih kecil dari Q minus 15% (Lachman et al, 1994).

Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Daerah spektrum ultraviolet membentang dari 190 nm hingga 380 nm (Ditjen POM, 1995).

Teknik analisis spektroskopi berasaskan radiasi elektromagnet dengan komponen atom atau molekul sehingga digunakan sebagai parameter analisis. Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorbsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron bebas, menyebabkan transisi elektron di orbit terluarnya dari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya absorbansi rediasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorbsi dan dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, 2004).

Hukum Lambert-Beer

Menurut hukum Lambert-dim lapisan sel : A = ε . b . c


(31)

ε = Absorptivitas molar b = Ketebalan sel c = Konsentrasi

Jadi dengan hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan lapisan dan absorban. Absorbtivitas molar pada panjang gelombang dan pelarut tertentu untuk setiap senyawa merupakan tetapan senyawa dan sesuai dengan ekstingsi larutan 1 molar dengan ketebalan lapisan 1 cm.

Bila absorbtivitas molar tidak diketahui maka absorbtivitas spesifik dapat sebagai pengganti sehingga absorbansi dari sampel dapat diketahui secara pasti, dijelaskan sebagai berikut :

A = a . b . c A = absorbtivitas b = Ketebalan sel


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca (Toledo), mesin pencetak tablet single punch (Atelier), Strong Cobb hardness tester (Erweka), Roche friabilator (Erweka), disintegration tester (Erweka), dissolution tester (Erweka DT), spektrofotometer ultra violet/visible (UV Mini 1240 Shimadzu), stopwatch, termometer, mortir dan stamfer, lemari pengering, ayakan mesh 14 dan 16, timbangan dan alat-alat gelas.

3. 2 Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dimenhidrinat (PT. Kimia Farma Bandung), bahan baku Dimenhidrinat BPFI (BPOM Jakarta), laktosa , polisorbat 80, amilum manihot, talkum, magnesium stearat, asam klorida 0,1 N (PT. Merck) dan akuades.

3. 3 Metode Penelitian 3. 3. 1 Pembuatan Pereaksi

3. 3. 1. 1 Asam Klorida 0,1 N (Ditjen POM, 1979)

Dipipet 8,4 ml asam klorida pekat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 1000 ml dan dicukupkan dengan akuades sampai batas tanda, dikocok hingga homogen.


(33)

3. 3. 2 Formula Tablet

R/: Dimenhidrinat 50 mg

Larutan Gelatin 15 % 30%

Polisorbat 80 X

Amilum manihot 5 %

Talkum 1 %

Mg Stearat 1 %

Saccharum lactis qs

m.f. tab dtd No.C Keterangan :

- Jumlah larutan gelatin 15% yang digunakan dimisalkan sebanyak 30 % dari bobot tablet yang dibuat.

- X yaitu polisorbat 80 dengan konsentrasi 0,1%,0, 3%, 0,5%, 0,7%, 0,9% dari jumlah bahan pengikat.

- Formula dicetak untuk 100 tablet dengan bobot 400 mg pertablet dengan penampang 11 mm.

Tabel 1. Formula tablet Dimenhidrinat

Formula Komposisi

F0 F1 F2 F3 F4 F5 Dimenhidrinat 5 g 5 g 5 g 5 g 5 g 5 g

*Larutan Gelatin 15% 1,8 g 1,8 g 1,8 g 1,8 g 1,8 g 1,8 g Amilum manihot 2 g 2 g 2 g 2 g 2 g 2 g

Polisorbat 80 - 0,012 g 0,036 g 0,06 g 0,084 g 0,108 g Talkum 0,4 g 0,4 g 0,4 g 0,4 g 0,4 g 0,4 g Mg Stearat 0,4 g 0,4 g 0,4 g 0,4 g 0,4 g 0,4 g


(34)

Laktosa 30,400 g 30,388 g 30,364 g 30,340 g 30,316 g 30,292 g Diameter tablet 11 mm 11 mm 11 mm 11 mm 11 mm 11 mm

Keterangan :

* : Jumlah gelatin dalam bentuk kering yang terdapat dalam larutan gelatin 15 % F0 : Formula tanpa penambahan polisorbat 80

F1 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,1 % F2 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,3 % F3 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,5 % F4 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,7 % F5 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,9 %

3. 3. 3 Pembuatan Larutan Gelatin 15 %

Pembuatan larutan gelatian 15 yaitu ditimbang 1,8 gram serbuk gelatin dimasukkan pada cawan yang sudah ditara dan ditambahkan air dingin, biarkan mengembang lalu dipanaskan di penangas air sampai larut. Dicukupkan beratnya dengan air panas, sampai berat yang diinginkan yaitu 12 gram. Ditambahkan polisorbat 80 ke dalam bahan pengikat, kemudian diaduk sampai homogen.

3. 3. 4 Pembuatan Granul Dimenhidrinat

Tablet dibuat dengan cara granulasi basah. Dimenhidrinat, laktosa, dan amilum manihot (pengembang dalam) dimasukkan ke dalam lumpang, digerus homogen kemudian ditambahkan larutan gelatin 15 % yang sudah ditambahkan polisorbat 80, sedikit demi sedikit sambil digerus, digranulasi dengan ayakan mesh 14. Granulat dikeringkan pada suhu 40-60oC pada lemari pengering. Kemudian


(35)

granulat kering diayak dengan ayakan mesh 16, ditimbang, dan ditambahkan magnesium stearat, talkum, dan amilum manihot (pengembang luar), kemudian dicetak dengan berat 400 mg per tablet dengan penampang 11 mm.

3. 4 Uji Preformulasi

Uji preformulasi dilakukan terhadap massa granul yang telah ditambahkan bahan pengembang luar dan bahan pelicin.

3. 4. 1 Uji Sudut Diam

Untuk mengukur sudut diam digunakan alat yang telah dirangkai. Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong yang bagian atas berdiameter 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Granul dimasukkan ke dalam corong setinggi 2/3 tinggi corong, lalu dialirkan melalui ujung corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus :

Tg = 2 H / D Dimana : = Sudut diam

H = Tinggi tumpukan granul (cm) D = Diameter tumpukan granul (cm)

Persyaratan : Uji dikatakan memenuhi syarat apabila berada pada 200 < < 400 (Banker G. S. dan Anderson N. R., 1994).

Cara kerja:

Granul dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, kemudian permukaan granul diratakan. Lalu penutup corong dibuka sehingga granul mengalir


(36)

3. 4. 2 Uji Laju alir/ Kecepatan Alir

Untuk mengukur waktu alir digunakan alat yang telah dirangkai. Penetapan waktu alir dilakukan dengan menggunakan corong yang bagian atas berdiameter 12 cm, diameter bawah 1 cm dan tinggi 10 cm. Granul dimasukkan ke dalam corong setinggi 2/3 tinggi corong, lalu dialirkan melalui ujung corong dan dihitung waktu alirnya.

Persyaratan : 1 < 10 detik (Voight, 1995) Cara Kerja:

Granul dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, kemudian permukaan granul diratakan. Lalu penutup bawah dibuka bersamaan dengan stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan tepat pada saat granul habis melewati corong, dicatat waktu alir yang diperoleh.

3. 4. 3 Uji Indeks Tap

Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur volume 50 ml, diberi batas tanda dan dinyatakan sebagai volume awalnya (V0), kemudian gelas ukur dihentakkan sampai

volume granul konstan dan diperoleh volume akhir (Vtap). Indeks tap dapat dihitung dengan rumus :

I = (1- Vtap / V0 ) x 100%

Persyaratan : 1 < 20% (Voight, 1994)

3. 4. 4 Proses Pencetakan Tablet

Tablet yang akan dibuat berbentuk bulat dengan permukaan rata, berat 400 mg pertablet dengan diameter 11 mm.


(37)

Mesin cetak disiapkan, dipasang punch bawah dengan diameter 11 mm. Sejumlah massa granul yang telah diuji praformulasi dimasukkan dalam hopper, lalu diatur sekrup atas dan bawah untuk menentukan volume dan tekanan pencetakan, lalu tablet dicetak.

3. 5 Evaluasi Tablet

3. 5. 1 Uji Kekerasan Tablet

Alat yang digunakan adalah Strong Cobb hardness tester (Erweka) Cara kerja:

Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan cara memutar skrup pengatur sampai tanda lampu ”stop” menyala. Lalu knop ditekan sampai tablet pecah dan pada saat tablet pecah angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala dibaca. Percobaan ini dilakukan sampai 5 kali.

Persyaratan kekerasan tablet : 4-8 kg (Soekemi, dkk., 1987).

3. 5. 2 Uji Friabilitas

Alat yang digunakan adalah Roche friabiliator (Erweka) Cara :

Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (A gram), lalu dimasukkan ke dalam alat dan alat dijalankan selama 4 menit (100 kali putaran), setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang lagi (B gram). Friabilitas (F) = x100%

A B A


(38)

3. 5. 3 Uji Waktu Hancur

Alat : Disintegration Tester (Erweka)

Alat terdiri dari suatu rangkaian keranjang, gelas piala berukuran 1000 ml, termostat dengan suhu 35-39oC dan alat untuk menaik-turunkan keranjang dengan frekuensi 29 – 32 kali per menit.

Cara :

Satu tablet dimasukkan pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan dan sebagai medium digunakan air dengan suhu 37oC ± 2oC, kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan yang tercantum dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet, semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (FI edisi IV, 1995).

Persyaratan menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) menyatakan bahwa seluruh tablet telah hancur dan melewati kasa pada tabung tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.

3. 5. 4 Penetapan Kadar Dimenhidrinat

Alat : Spektrofotometer UV/Vis Mini 1240 (Schimadzu)

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet Dimenhidrinat mengandung Dimenhidrinat, C17H21NO.C7H7ClN4O2, tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari


(39)

3. 5. 4. 1 Pembuatan Larutan Induk Baku Dimenhidrinat 3. 5. 4. 1. 1 Larutan Induk Baku I

Serbuk Dimenhidrinat baku ditimbang sebanyak 50 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100ml, ditambahkan larutan HCl 0,1 N, dikocok sampai larut dan ditambahkan larutan HCl 0,1 N sampai batas tanda. Konsentrasi teoritis adalah 500 mcg/ml (LIB I).

3. 5. 4. 1. 2 Larutan Induk Baku II

Dari larutan induk baku I dipipet 10 ml larutan, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dan diencerkan dengan HCl 0,1N sampai batas tanda, lalu dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 mcg/ml (LIB II).

3. 5. 4. 1. 3 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Dari larutan induk baku II dipipet 8,25 ml, lalu dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml lalu dicukupkan dengan HCl 0,1N sampai batas tanda, kemudian dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 16,5 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm dan sebagai blanko digunakan larutan HCl 0,1N.

3. 5. 4. 1. 4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat

Dipipet larutan baku II sebanyak 3,75 ml, 6ml, 8,25 ml, 10,50ml, dan 12,75 ml. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai batas tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan


(40)

Kemudian masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang 276 nm dan sebagai blanko digunakan larutan HCl 0,1N.

3. 5. 4. 1. 5 Penetapan Kadar Dimenhidrinat dalam Sampel

Ditimbang seksama 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 50 mg Dimenhidrinat, kemudian dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai batas tanda. Lalu dikocok hingga homogen, disaring melalui kertas saring dan filtrat pertama lebih kurang 25 ml dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung untuk pengukuran. Diperoleh larutan konsentrasi 500 mcg/ml. Dari larutan ini dipipet sebanyak 10 ml larutan dan dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml, lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai batas tanda, lalu dipipet kembali sebanyak 8,25 ml dan dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml, lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai batas tanda, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 16,5 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Pengerjaan ini dilakukan sebanyak 6 kali.

3. 5. 4. 1. 6 Keseragaman sediaan

Tablet yang dibuat yaitu tablet dimenhidrinat dengan berat satu tablet 400 mg dan mengandung Dimenhidrinat 50 mg, berarti 50 % jumlah zat berkhasiat lebih besar atau sama dengan 50 mg, karena itu penetapan keseragaman sediaan dilakukan dengan menetapkan keragaman bobot (Ditjen POM, 1995), yang dilakukan sebagai berikut :

Ditimbang seksama 10 tablet, satu persatu dan dihitung bobot rata-rata. Digerus homogen dan ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet. Dari hasil


(41)

penetapan kadar dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

Cara penetapan kadar :

Ditimbang seksama 10 tablet, satu persatu dan dihitung bobot rata-rata digerus jadi satu. Kemudian ditimbang sejumlah zat yang setara dengan 50 mg dimenhidrinat dan dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai batas tanda. Kemudian larutan disaring, filtrat pertama lebih kurang 25 ml dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung untuk pengukuran. Dari larutan tersebut dipipet 10 ml dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml dan diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai batas tanda, lalu dipipet kembali sebanyak 8,25 ml dan dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml, lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai batas tanda, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 16,5 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Pengerjaan ini dilakukan sebanyak 6 kali.

Persyaratan : Keragaman bobot terletak antara 85,0 % sampai 115,0 % dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0 %(FI edisi IV, 1995).

3. 5. 5 Uji Disolusi

Media disolusi : 900 ml air

Alat tipe 2 : 50 rpm

Waktu : 45 menit


(42)

Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml medium disolusi (air) yang bersuhu 37 ± 0,5oC, lalu keranjang diputar dengan kecepatan 50 rpm. Pada Interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 45 menit, larutan dipipet 7,5 ml pada daerah pertengahan antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari alat dayung serta tidak kurang 1 cm dari dinding wadah. Lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan diencerkan dengan medium disolusi sampai pada batas tanda. Lalu diukur serapannya pada panjang gelombang 276 nm. Volume cairan medium diusahakan tetap dengan menambahkan sejumlah medium disolusi pada volume yang sama dengan jumlah volume yang diambil. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet, dimana dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75 % (Q) C5H4N4O, dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).

Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian memenuhi S1 atau S2.

Tabel 2. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi

Tahap

Jumlah yang diuji

Kriteria Penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 %

S2 6

Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah sama

dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit


(43)

S3 12

Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah sama

dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2

unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 % dan

tidak 1 unit pun yang lebih kecil dari Q – 25 %


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Uji Preformulasi Massa Granul

Uji preformulasi massa granul meliputi sudut diam, indeks tap, dan waktu alir. Dari data hasil uji yang dilakukan dapat diketahui massa tersebut memenuhi syarat untuk dicetak menjadi tablet.

Tabel 3. Data Uji Preformulasi Massa Granul Formula

Waktu alir (detik) (Rata-rata)

Sudut diam (0) (Rata-rata)

Indeks tap (%) (Rata-rata)

F0 3,71± 0,12 36,65 ± 0,02 11,0

F1 3,43± 0,10 35,71 ± 0,15 8,4

F2 3.32± 0,06 33,11 ± 0,03 8,0

F3 3,28± 0,06 29,74 ± 0,03 7,2

F4 3,21± 0,15 29,47 ±0,02 6,2

F5 3,10± 0,11 29,21 ± 0,04 5,4

Syarat < 10 detik 20o< < 40o < 20% Keterangan :

F0 : Formula tanpa penambahan polisorbat 80

F1 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,1% F2 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,3% F3 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,5% F4 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,7% F5 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,9%


(45)

4. 1. 1 Uji Sudut Diam

Pada tabel 3 dari hasil uji sudut diam, diperoleh rata – rata sudut diam massa granul formula F0 (tanpa polisorbat 80) adalah 36,65o±0,02; F1 (polisorbat 80 0,1 %) adalah 35,71o±0,15; F2 (polisorbat 80 0,3 %) adalah 33,11o ±0,03; F3 (polisorbat 80 0,5%) adalah 29,74o±0,03; F4 (polisorbat 80 0,7%) adalah 29,47o±0,02; F5 (polisorbat 80 0,9%) adalah 29,21o±0.04. Data dari setiap formula menunjukkan bahwa dengan bertambahnya konsentrasi polisorbat 80 dalam granul maka sudut diam semakin kecil. Menurut Lachman granul yang bersifat free flowing mempunyai sudut diam 200 - 400. Adanya polisorbat 80 yang bersifat hidrofil menyebabkan massa serbuk mudah dibasahi sehingga pada waktu pencampurannya massanya lebih cepat homogen dan mudah digranulasi. Granul yang telah dikeringkan lebih cepat mengalir dan akhirnya menyebabkan sudut diam lebih kecil. Hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan.

4. 1. 2 Laju Alir / Kecepatan Alir

Dari tabel 3 terlihat bahwa waktu alir rata – rata massa granul formula F0 adalah 3,71±0,12 detik, F1 adalah 3,43±0,10 detik, F2 adalah 3,32 ±0,06 detik, F3 adalah 3,28±0,06 detik, F4 adalah 3,21±0,15detik, F5 adalah 3,10±0,11 detik. Jika dibandingkan formula tanpa polisorbat 80 dengan formula yang mengandung polisorbat 80 maka formula yang mengandung polisorbat 80 mempunyai laju alir yang lebih cepat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat polisorbat 80 yang kental dan membentuk lapisan halus pada permukaan granul sehingga granul menjadi lebih halus dan akhirnya menjadi lebih mudah untuk mengalir. Semakin tinggi jumlah


(46)

polisorbat 80, semakin cepat waktu alir granul. Hasil yang diperoleh memenuhi syarat.

4. 1. 3 Indeks Tap

Dari tabel 1 terlihat bahwa indeks tap rata – rata dari massa granul F0 adalah 11,0 %, F1 adalah 8,4 %, F2 adalah 8,0 %, F3 adalah 7,2%, F4 adalah 6,2%, F5 adalah 5,4 %. Dari data tersebut dapat dilihat formula yang mengandung polisorbat 80 mempunyai indeks tap yang lebih kecil bila dibandingkan dengan formula yang tidak mengandung polisorbat 80. Hal ini kemungkinan disebabkan pengaruh polisorbat 80 yang bersifat hidrofil sehingga serbuk mudah dbasahi dan mudah digranulasi dan menghasilkan bentuk granul yang lebih seragam (homogen ) sehingga granul tersebut lebih mudah untuk dimampatkan karena terjadinya rongga antar granul lebih sedikit. Indeks tap yang dihasilkan masih memenuhi batasan (Jones, 1976) yaitu granul mempunyai sifat alir yang baik jika mempunyai indeks tap yang lebih kecil dari 20 %. Semakin tinggi jumlah polisorbat 80, semakin kecil indeks tap yang diperoleh.

4. 2 Hasil Penentuan Kurva Serapan Dan Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku Dalam Pelarut HCl 0,1 N

Dimenhidrinat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 276 nm dengan A11 = 268a dalam pelarut asam dan dalam pelarut basa pada panjang

gelombang 278 nm ( Moffat, 1986 ). Dalam medium disolusi dipakai pelarut air sehingga untuk penentuan panjang gelombang maksimum Dimenhidrinat dilakukan dalam pelarut air dengan panjang gelombang 276 nm. Oleh karena itu dimenhidrinat


(47)

secara in vitro dapat ditetapkan kadarnya dengan spektofotometri ultraviolet. ( Gambar 1 )

Gambar 1. Kurva Serapan Dimenhidrinat Baku Dalam HCl 0,1 N Pada Panjang Gelombang 276 nm

Dari hasil identifikasi spektrum ultraviolet larutan Dimenhidrinat baku dalam HCl 0,1 N pada panjang gelombang maksimum 276 nm diperoleh serapan 0,4553 ( lampiran 6, halaman 40 ).

Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Farmakope Indonesia edisi IV yang menyatakan bahwa suatu penetapan atau pengujian mengenai panjang gelombang, serapan maksimum mengandung implikasi bahwa maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan.

Pada penentuan kurva kalibrasi, larutan dimenhidrinat baku dibuat dengan konsentrasi berturut – turut 7,5 mcg/ml; 12 mcg/ml; 16,5 mcg/ml; 21 mcg/ml; 25,5 mcg/ml, diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,0256X + 0,0100 dengan koefisien


(48)

korelasi ( r ) = 0,9995 (lampiran 6, halaman 42). Hasil pembuatan kurva kalibrasi dapat dilihat pada gambar 2, berikut :

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku Dalam HCl 0,1 N Pada Panjang Gelombang 276 nm.

4. 3 Hasil Evaluasi Tablet

Uji evaluasi tablet meliputi kekerasan tablet, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar zat berkhasiat, dan keragaman bobot.

Tabel 4. Data Uji Evaluasi Tablet

Keragaman

Bobot Formula

Kadar

(%)

SBR

(%)

Kekerasan (Kg)

Friabilitas (%)

Waktu Hancur (Menit)

Kadar Zat Berkhasiat

(%)

F0 100,03 1,52 8,13 ± 0,43 0,50 26,39 ± 0,02 100,52 ±0,62

F1 102,48 0,58 7,24 ± 0,36 0,52 23,18 ± 0,07 102,60 ± 1,47


(49)

F3 101,84 0,96 5,40 ± 0,21 0,72 13,68 ± 0,35 105,23 ± 5,51

F4 99,77 1,03 4,56 ± 0,55 0,86 9,23 ± 0,10 103,06 ± 1,98

F5 102,60 0,97 3,61 ± 0,77 1,20 5,16 ± 0,07 106,76 ± 2,02

Syarat 4 – 8 kg < 0,8 % <15menit 90,0 – 110,0 %

Keterangan :

F0 : Formula tanpa penambahan polisorbat 80

F1 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,1 % F2 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,3 % F3 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,5 % F4 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,7 % F5 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,9 %

4. 3. 1 Kekerasan Tablet

Dari tabel 4 terlihat bahwa kekerasan tablet berkisar antara 3 – 8 kg. Formula yang tidak mengandung polisorbat 80 mempunyai kekerasan yang lebih besar bila dibandingkan dengan formula yang mengandung polisorbat 80. Adanya polisorbat 80 mengurangi daya ikat dari granul. Semakin banyak konsentrasi polisorbat 80 yang ditambahkan maka makin kecil kekerasan dari tablet tersebut. Tablet dimenhidrinat tanpa polisorbat 80 mempunyai kekerasan 8,13 kg.

Perbedaan kekerasan dapat disebabkan oleh adanya perbedaan bahan tambahan maupun jumlahnya dalam formulasi, misalnya bahan pengikat dapat mempengaruhi kekerasan tablet bila konsentrasi tinggi. Pada formula dengan penambahan polisorbat 80 menghasilkan kekerasan tablet yang rendah. Hal ini


(50)

disebabkan oleh polisorbat 80 yang membentuk lapisan tipis pada permukaan granul, sehingga gaya adhesi dan kohesi antara partikel – partikel granul berkurang dan daya ikat antar granul juga menurun. Akibatnya mempengaruhi kekerasan tablet yang dihasilkan ( Lachman et al, 1994 ).

4. 3. 2 Friabilitas

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa friabilitas berkisar antara 0,50 % sampai 1,20%. Dari data tersebut dapat dikatakan semakin banyak polisorbat 80 yang ditambahkan semakin besar pula friabilitasnya. Friabilitas berhubungan dengan kekerasan. Semakin besar kekerasan maka semakin kecil friabilitasnya. Ini dapat dibandingkan, antara tablet dimenhidrinat yang tidak mengandung polisorbat 80 dengan tablet yang mengandung polisorbat 80.

Lachman, et al (1994), mengemukakan bahwa friabilitas dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Kandungan air (kelembaban) rendah tetapi masih dalam batasan yang dapat diterima sebagai pengikat. Hal ini juga berhubungan dengan kekerasan tablet bila tablet mempunyai kekerasan yang rendah menyebabkan tablet tersebut tidak tahan terhadap benturan yang kuat.

4. 3. 3 Waktu Hancur

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa formula yang mengandung polisorbat 80 sebanyak 0,1 %, 0,3 %, 0,5 %, 0,7 % dan 0,9 % mempunyai waktu yang lebih singkat bila dibandingkan dengan formula yang tidak mengandung polisorbat 80. Dari data tersebut juga kita dapat melihat hubungan antar konsentrasi polisorbat 80 yang ditambahkan dengan waktu hancur, dimana semakin besar jumlah polisorbat 80 yang ditambahkan maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk hancur. Dalam hal


(51)

ini bahan obat yang bersifat hidrofob dengan adanya surfaktan bila bersentuhan dengan air akan lebih mudah dibasahi karena surfaktan sifatnya menurunkan tegangan permukaan, akibatnya tablet menjadi lebih mudah hancur.

Waktu hancur suatu tablet juga dipengaruhi oleh kekerasan tablet tersebut, seperti dikatakan oleh Aiche (1993), bahwa semakin keras suatu tablet maka ikatan antar partikelnya semakin kuat dan jumlah pori–pori semakin sedikit. Dengan berkurangnya pori-pori tablet, bila tablet diletakkan dalam medium air akan sulit masuk kedalam tablet sehingga waktu hancurnya semakin lama.

Jika dikaitkan dengan disolusi maka waktu hancur merupakan salah satu faktor dalam pelarutan obat. Sebelum obat larut dalam medium pelarut maka tablet terlebih dahulu pecah menjadi partikel – partikel kecil sehingga daerah permukaan partikel menjadi lebih luas. Namun uji ini tidak memberikan jaminan bahwa pertikel – partikel akan melepaskan bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya, karena uji waktu hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh 10 ( Lachman, et al., 1994 ).

4. 3. 4 Penetapan Kadar Tablet Dimenhidrinat

Dari hasil penetapan kadar diperoleh kadar tablet Dimenhidrinat F0 (tanpa polisorbat 80) adalah 100,52±0,62 %, F1 (Polisorbat 0,1 %) adalah 100,60±1,47 %, F2 (Polisorbat 0,3 %) adalah 103,16±2,93 %, F3 (Polisorbat 0,5 %) adalah 105,23±5,51 %, F4 (Polisorbat 0,7 %) adalah 103,06 ± 1,98 %, F5 (Polisorbat 0,9 %) adalah 106,76±2,02 %. Hasil yang diperoleh masih memenuhi syarat yang ditetapkan


(52)

zat berkhasiat tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari zat yang tertera pada etiket.

4. 3. 5 Keragaman Bobot

Dari tabel 4 dapat dilihat keragaman bobot tablet dimenhidrinat berkisar antara 99,45 % sampai 102,60 % dimana dengan kadar yang sedemikian masih memenuhi syarat menurut Farmakope Indonesia edisi IV ( 1995 ) yaitu kadar dari 10 tablet masing – masing tidak kurang dari 85,0 % dan tidak lebih dari 115,0 % dan mempunyai simpangan baku relatif kurang dari 6,0 %.

4. 3. 6 Disolusi

Dari tabel 5 dan gambar 3 dapat dilihat bahwa formula tablet yang mengandung polisorbat 80 memiliki laju disolusi yang lebih singkat bila dibandingkan dengan formula tablet yang tidak mengandung polisorbat 80. Hal ini sesuai dengan fungsi dari surfaktan selain menurunkan tegangan permukaan juga bersifat sebagai solubilizing agent yakni memperbesar kelarutan sehingga dapat mengurangi kohesifitas antara partikel, akibatnya cairan disolusi dapat dengan mudah berkontak dengan tablet, sehingga tablet mudah pecah dan zat berkhasiat lebih cepat larut. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, disebutkan bahwa tablet Dimenhidrinat dilakukan dengan menggunakan metode dayung (tipe 2) 50 rpm, medium air dan dalam waktu 45 menit harus melepaskan bahan obat tidak kurang dari 75 % (Q) C17H21NO.C7H7ClN4O2 dari yang tertera pada etiket. Persyaratan dipenuhi jika tahap

S1, dilakukan uji pada 6 tablet dan tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 % yaitu 80 %. Pada tabel 5 dapat dilihat formula yang tidak mengandung polisorbat 80 (F0)


(53)

pada waktu 45 menit melepaskan zat berkhasiat belum mencapai 75 % yaitu 70,14 ± 1,72%. Ini mungkin dikarenakan tidak ditambahkan polisorbat 80, sehingga tidak ada yang dapat mempercepat pembasahan bahan obat dan juga karena sifat kelarutan bahan obat (dimenhidrinat) yang bersifat hidrofob/sukar larut dalam air, akibatnya pelepasan bahan obat menjadi lambat dalam waktu yang ditentukan.

Sementara pada penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,1 % (F1) pada waktu 45 menit melepaskan zat berkhasiat 79,10±0,37%, formula yang mengandung polisorbat 80 sebanyak 0,3% (F2) melepaskan zat berkhasiat 81,32±0,24% yang tercapai pada menit ke-45, formula yang mengandung polisorbat 80 sebanyak 0,5 % ( F3) melepaskan zat berkhasiat 80,08±0,17 % yang tercapai pada menit ke-25, formula yang mengandung polisorbat 80 sebanyak 0,7 % (F4) melepaskan zat berkhasiat 82,80±0,46% yang tercapai pada menit ke-15, formula yang mengandung polisorbat 80 sebanyak 0,9 % (F5) melepaskan bahan obat sebanyak 83,26±0,26% yang tercapai pada menit ke-15 juga. Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi polisorbat 80 yang ditambahkan maka jumlah bahan berkhasiat yang dilepaskan akan semakin besar. Pada penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,5 % pelepasan obat telah mencapai 84,27±0,26 %, yang tercapai pada menit ke-25 yang berarti lebih besar dari Q + 5 %. Hal ini disebabkan karena polisorbat 80 dapat meningkatkan porositas tablet dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan partikel sehingga gaya kohesif antar partikel-partikel berkurang. Dan tablet semakin mudah pecah dan zat berkhasiat dapat larut.


(54)

Tabel 5. Data Uji Disolusi Tablet Dimenhidrinat

Jumlah kumulatif Dimenhidrinat yang terlepas (%) Waktu

(menit) % K F0 % K F1 % K F2 % K F3 % K F4 % K F5

5 *7,32±1,20 17,97±1,08 25,27±1,16 27,20±0,43 31,02±0,43 31,54±0,73

10 17,80±0,94 34,70±0,58 48,24±1,47 72,44±0,93 74,49±1,06 76,56±0,42

15 24,01±1,74 61,83±1,02 51,54±0,70 72,45±0,90 82,80±0,46 83,26±0,72

20 29,23±0,73 71,01±1,92 72,44±0,93 78,26±0,24 86,75±0,25 83,57±0,54

25 37,13±0,52 73,38±0,11 76,35±0,03 80,08±0,17 86,75±0,26 84,37±0,22

30 46,21±0,82 75,73±0,00 77,52±0,17 81,20±0,15 87,41±0,27 89,92±0,53

35 61,34±0,87 75,89±0,34 77,96±0,37 82,79±0,30 89,36±0,40 92,79±0,88

40 61,34±0,87 76,41±0,31 78,57±0,26 83,49±0,15 93,02±0,46 93,92±0,12

45 70,14±1,72 79,10±0,37 81,32±0,24 84,27±0,26 94,8±90,90 96,41±0,15

Keterangan :

n : 6

F0 : Formula tanpa penambahan Polisorbat 80

F1 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,1 % F2 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,3 % F3 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,5 % F4 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,7 % F5 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,9 %


(55)

% Kumulatif Dimenhidrinat dengan Perbandingan Polisorbat 80 0 20 40 60 80 100 120

0 10 20 30 40 50

Waktu (menit) % K u mu la ti f

% K F0 %K F1 %K F2 %K F3 %K F4 %K F5

Gambar 3. Perbandingan persentase kumulatif Dimenhidrinat yang terlepas terhadap waktu.

Keterangan :

F0 : Formula tanpa penambahan Polisorbat 80

F1 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,1 % F2 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,3 % F3 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,5 % F4 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,7 % F5 : Formula dengan penambahan Polisorbat 80 sebanyak 0,9 %


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Penambahan polisorbat 80 dapat mempengaruhi waktu hancur yang semakin singkat yakni berkisar antara 23,18 ± 0,07 menit sampai 5,16 ± 0,07 menit dan disolusi semakin besar yakni berkisar antara 79,10 ± 0,37 % sampai 96,41 ± 0,15 %. Polisorbat juga mempengaruhi sifat fisik dari tablet yaitu nilai kekerasan menurun yakni berkisar antara 7,24 ± 0,36 kg sampai 3,61 ± 0,77 kg, nilai friabilitas meningkat yakni berkisar antara 0,52 % sampai 1,20 %.

Semakin tinggi konsentrasi polisorbat 80 yang ditambahkan maka semakin cepat waktu hancur dan semakin besar disolusi yang diperoleh. Namun pada penambahan polisorbat 80 dengan konsentrasi 0,5 % menghasilkan tablet yang paling baik yaitu mempunyai waktu hancur yang paling baik dan disolusi yang besar serta mempunyai kekerasan dan friabilitas memenuhi syarat

5. 2 Saran

Selanjutnya disarankan untuk dilakukankan penelitian secara invivo dan juga disarankan untuk membandingkan penggunaan jenis surfaktan lainnya yang dapat mempercepat waktu hancur dan disolusi terhadap tablet.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aiche, JM. (1993), Farmasetika 2, Biofarmasetika Sediaan Per Oral, Edisi II. Airlangga University Press. Surabaya, Halaman 301-303

Ansel, H. C. (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Jakarta, UI Press¸Halaman 244 – 272

Banker, G. S and Anderson N. R (1994). Tablet. Editor : Lachman, L. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jilid II. Jakarta : UI Press. Halaman 643-703

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Depatemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman : 6-7

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan R. I. Jakarta. Halaman 324-326, 687, 999-1000, 1083-1085

Heng W. S., Wan L. S. C., (1984) The Effects of Polysorbat 80 an Sulphanilamide Tablet Formulation Containing Starch and Other Excipients, Pharm. Acta Helv. Page 41

Jones T. M., (1976). Criteres Technologiques des Choix Exipient de Comression Directes, dalam : Laktosa Sebagai Pengisi Tablet : Pegaruh Laktosa Perlakuan dan Laktosa Perdagangan pada Tablet yang Dibuat dengan Metode Cak Langsung, oleh Agusmal, tesis, 1990. Halaman 9-22

Lachman L., Lieberman H. A., Kanig J. L., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri diterjemahkan oleh Suyatni S., Edisi II, Jakarta, UI Press, Halaman 647-662

Moffat. A. C., et al., (1986). Clarkes Isolation and Identification of Drug. Second Edition. London, Pharmaceutical Press. Page 926-927

Soekemi, RA, Yuanita T, Fat Aminah, Salim $Usman, (1987). Tablet. Mayang Kencana. Halaman 18-21

Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2000). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan II. Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo. Halaman 264-265

Voigt R., (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Dr. Soendani Noerono. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


(58)

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan tablet

Sebagai contoh diambil tablet Dimenhidrinat dengan konsentrasi 0,1 % (Formula 1). Dibuat formula untuk 100 tablet, berat per tablet 400 mg dan penampang tablet 11 mm.

Berat 100 tablet = 100 tablet x 0,400 gram = 40 gram

̇ Dimenhidrinat = 100 tablet x 0,050 gram = 5 gram

̇ Musilago Gelatin 15 %, 30 % = 30/100 x 40 gram = 12 gram Mengandung gelatin 15 % x 12 gram = 1,8 gram

̇ Polisorbat 80 0,1 % = 0,1/100 x 12 gram = 0,012 gram

̇ Amilum manihot 5 %

Pengembang dalam = 2,5 % x 40 gram = 1 gram

Pengembang luar = 2,5 % x 40 gram = 1 gram

̇ Talk 1 % = 1/100 x 40 gram = 0.40 gram

̇ Magnesium stearat = 1/100 x 40 gram = 0.40 gram

̇ Laktosa = 40 gram – (5 + 1,8 +0,012 + 1 + 1 +0,40 + 0,40 )gram = 30,388 gram

Pembuatan tablet Dimenhidrinat

Cara kerja : Granulasi basah

1. Pembuatan larutan gelatian 15 yaitu ditimbang 1,8 gram serbuk gelatin dimasukkan pada cawan yang sudah ditara dan ditambahkan air dingin, biarkan mengembang lalu dipanaskan di penangas air sampai larut. Dicukupkan beratnya dengan air panas, sampai berat yang diinginkan yaitu 12 g. Ditambahkan polisorbat 80 ke dalam bahan pengikat, kemudian diaduk sampai homogen.


(59)

2. Dalam lumpang dimasukkan dimenhidrinat, pengembang dalam (amilum manihot) dan pengisi (laktosa).

3. Kemudian ditambahkan larutan gelatin yang telah ditambahkan polisorbat 80 sedikit demi sedikit sambil digerus hingga diperoleh massa yang baik.

4. Kemudian digranulasi dengan ayakan mesh 14. Granulat dikeringkan pada suhu 40- 60o C pada lemari pengering setelah kering diayak dengan mesh 16. Ditimbang dan ditambahkan magnesium stearat, talkum, dan amilum manihot (pengembang luar).

Berat granul basah = 40,240 gram Berat granul kering = 36 gram

Jumlah bahan pengikat yang terpakai = 12 gram

Berat teoritis = Bahan obat + Pengikat + Polisorbat 80 + Pengembang dalam + Pengisi

= 5 gram + 12 gram + 0,012 gram + 1 gram + 30,388 gram

= 48,400 gram

Berat teoritis

Persentase berat = x 100 % Berat seluruhnya

48,400gram

= x 100% 40 gram

= 121 %

100 %


(60)

100 %

= x 36 gram 121 %

= 29,750 gram

Maka jumlah magnesium stearat, talkum, dan amilum manihot (pengembang luar) yang ditambahkan adalah

̇ Amilum manihot = 2,5 % x 29,750 gram = 0,743 gram

̇ Talkum = 1 % x 29,750 gram = 0,297 gram

̇ Magnesium stearat = 1 % x 29,750 gram = 0,297 gram

Setelah bahan tersebut ditimbang lalu ditambahkan dan di uji preformulasi dan di cetak menjadi tablet dengan berat 400 mg per tablet dan diameter 11 mm.


(61)

Lampiran 2. Contoh Disolusi Terhadap Tablet Dimenhidrinat

1. Sebagai contoh dilakukan terhadap sediaan tablet Dimenhidrinat dengan polisorbat 80 sebanyak 0,1 % dalam medium disolusi.

1. 1 Pengujian I

Pengambilan aliquat 7,5 ml pada t = 5 menit, kemudian dipipet 7,5 ml diencerkan sampai 25 ml. Resapan diukur pada panjang gelombang 276 nm, resapan (Y) = 0,0835 A

Dengan persamaan regresi, konsentrasi dimenhidrinat pada t = 5 menit dalam kuvet adalah :

Y = 0,0256 X + 0,0100

X = (0,0847 – 0,0100)/ 0,0256 = 2,9179 mcg/ml

Jumlah Dimenhidrinat yang terlepas didalam 900 ml medium disolusi adalah sebanyak :

= 900 m x 25/ 7,5 ml x 2,9179 mcg/ml = 8753,7mcg = 8,7537 mg

Pengambilan aliquat diteruskan untuk menit 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 45 menit. Untuk sediaan ini setelah di uji resapan pada menit ke 45 dengan Y = 0,3499 A.

Melalui perhitungan seperti diatas diperoleh jumlah dimenhidrinat yang terlepas adalah

% kumulatif dimenhidrinat yang terlepas pada menit ke-5 adalah : Dimenhidrinat yang terlepas pada menit ke-5

= x 100 %


(62)

8,7537 mg

= x 100 %

50 mg = 17,5078 % 1. 2 Pengujian II

Persentase disolusi = 16,6171 % 1. 3 Pengujian III

Persentase disolusi = 17,4375 % 1. 4 Pengujian IV

Persentase disolusi = 18,3515 % 1. 5 Pengujian V

Persentase disolusi = 18,1406 % 1. 6 Pengujian VI

Persentase disolusi = 19,8046

% Kumulatif Dimenhidrinat yang terlepas pada menit ke-5 adalah 17,9765 %

∑ (X – X)

SD = √

n – 1

(17,5078 - 17,9765)2 + (16,6171 –17,9765) 2 +...+(19,8016 –17,9765) 2

= √

6 -1 = 1,08

Perhitungan % kumulatif Dimnehidrinat yang terlepas untuk menit ke – 10 dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama seperti diatas. Hasil uji disolusi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 3.


(63)

Lampiran 3. Perhitungan Hasil Uji Keseragaman Bobot Kandungan Tablet Dimenhidrinat

Formula I (Formula dengan penambahan Polisorbat 0,1 %) Timbang 10 tablet satu persatu masing-masing berat tablet :

1. 402mg 6. 391 mg

2. 395 mg 7. 404 mg

3. 400 mg 8. 390 mg

4. 392 mg 9. 395 mg

5. 402 mg 10. 407 mg

* Contoh : Berat tablet = 402 mg

Berat zat berkhasiat per tablet = 50 mg

Berat zat berkhasiat yang diinginkan = 50 mg

Berat yang ditimbang = 50 mg/ 50 mg x 402 mg

= 402 mg

Lalu ditimbang seksama dan dilarutkan sesuai prosedur yang diuraikan sebelumnya dan diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum.

Konsentrasi teoritis = 16,5 mcg/ml (ppm)

Lalu dicari konsentrasi larutan dengan persamaan regresi Y = 0,0256 X + 0,0100 Misal diperoleh absorbansi (Y) = 0,4343

Maka konsentrasi larutan X = 0,4343 - 0,0100/0,0256

= 16,5742 mcg/ml (ppm)


(64)

= 16,5742 / 16,5 x 100 % = 100,4496%

Dengan cara yang sama dicari persen kadar dari setiap larutan.


(65)

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Kadar Tablet Dimenhidrinat

Misalnya untuk F1 (Formula dengan penambahan polisorbat 80 0,1 %) Berat 20 tablet = 7,924 gram

Berat Dimenhidrinat dalam 20 tablet = 20 tablet x 50 mg = 1000 mg

Berat setara 50 mg Dimenhidrinat = 50mg/ 1000 mg x 7,924 gram = 0,396 gram = 396 mg Dilakukan sebanyak 6 kali perlakuan.

1.1 Pengujian I

Serbuk ditimbang seksama sebanyak 0,396 gram kemudian dilarutkan sesuai prosedur yang telah disebutkan sebelumnya dan diukur serapan pada panjang gelombang maksimum.

Misal A (Y) = 0,4387 dengan menggunakan persamaan regresi : Y = 0,0256X + 0,0100

Diperoleh konsentrasi (X) larutan = 0,4387 – 0,0100/0,0256 = 16,7460 mcg/ml

Diketahui konsentrasi teoritis = 16,5 mcg/ml 16,7460 mcg/ml

Kadar Dimenhidrinat = x 100 % 16,5 mcg/ml

= 101,49% 1. 2 Pengujian II

Kadar Dimenhidrinat = 100,82 % 1. 3 Pengujian III


(66)

1. 4 Pengujian IV

Kadar Dimenhidrinat = 102,91 % 1. 5 Pengujian V

Kadar Dimenhidrinat = 100,47 %

1. 6 Pengujian VI

Kadar Dimenhidrinat = 100,66 % Rata-rata hasil penetapan kadar = 101,74 %

∑ (X – X) SD = √

n – 1

(101,49– 101,74)2+(101,6767 – 101,74)2 +(104,11 - 101,74)...+( 101,5097- 101,74) 2 =√

6 -1

= 1,46


(67)

Lampiran 5. Hasil Penentuan Kurva Serapan Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1N Secara Spektrofotometer UV

1.Hasil Penentuan Kurva Serapan Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N

Gambar 1. Kurva Serapan Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 276 nm

2. Hasil Penentuan Serapan Dimenhidrinat Baku dengan Konsentrasi 16,5mcg/ml dengan Larutan HCl 0,1 N sebagai Blanko.


(68)

Lampiran 6. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N Secara Spektrofotometer UV

1. Hasil Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 276 nm.

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 276 nm.

2. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 276 nm.


(69)

Penentuan Persamaan Regresi

C (mcg/ml)/[X] A [Y] XY X2 Y2

0,0 0,000 0,000 0,00 0,0000 7,5 0,206 1,545 56,25 0,0424 12,0 0,320 3,840 144,00 0,1024 16,5 0,437 7,210 272,25 0,1909 21,0 0,550 11,500 441,00 0,3025 25,5 0,659 16,804 650,25 0,4342 ∑X = 82,5 ∑Y = 2,172 ∑XY = 40,899 ∑X2= 156,75 ∑Y2 = 1,0724

X = 13,75 Y = 0,362

C1 = n ∑XY – ( ∑X x ∑Y )

n∑X2 - (∑X)2 6(40,899) – 82,5 x 2,172 =

6(1563,75) – (82,5) 2 245,394 - 179,19

=

9382,5 – 6806,25 66,204


(70)

= 0,0256 Y = ax + b

b = 0,362 – (0,0256). 13,75 = 0,362 – 0,352

= 0,0100

Nilai a dan b disubstitusikan sehingga persamaan regresi :

Y = 0,0256X + 0,0100

Dengan nilai r :

∑XY - ∑X x ∑Y/n

r =

( ∑X2 – ( ∑X )2/n) x ( ∑Y2 – ( ∑Y )2 /n)

40,899 – ( 82,5 ) x ( 2,172)/6 r =

(1563,75 - ( 82,5 ) 2 /6 ) x (1,0724 - ( 2,172) 2/6 r = 0,9995


(71)

Lampiran 7. Data Hasil Uji Keseragaman Kandungan dengan Berbagai Konsentrsi Polisorbat 80

Formula Berat tablet

(mg) Absorbansi

Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (%)

Kadar (%)

(Rata-rata) SBR

412 0,4299 16,4023 99,4081

402 0,4304 16,4218 99,5260

399 0,4319 16,4804 99,8816

396 0,4341 16,5664 100,4024

380 0,4294 16,3828 99,2897

398 0,4255 16,2304 98,3660

391 0,4270 16,2898 98,7215

399 0,4273 16,3007 98,7926

398 0,4261 16,2539 98,5084

F0

402 0,4266 16,2734 98,6266

99,1522 1,98

402 0,4343 16,5742 100,4496

395 0,4410 16,8359 102,0359

400 0,4448 16,9843 102,9351

392 0,4349 16,5976 100,5918

402 0,4360 16,6406 100,8522

391 0,4363 16,6523 100,9232

404 0,4369 16,6757 101,0648

395 0,4384 16,7343 101,4200

407 0,4399 16,7929 101,7751

F1

390 0,4341 16,5664 100,4024

101,2450 1,96

398 0,4299 16,4023 99,4081

405 0,4309 16,4414 99,6448

402 0,4311 16,4492 99,6922

400 0,4314 16,4609 99,7632

397 0,4320 16,4843 99,9053

399 0,4338 16,5546 100,3314

403 0,4360 16,6406 100,8522

396 0,4365 16,6601 100,9706

398 0,4369 16,6757 101,0653

F2

393 0,4373 16,6914 101,1600

100,2793 2,02

409 0,4331 16,5273 100,1657

408 0,4327 16,5117 100,0710

409 0,4329 16,5195 100,1183

383 0,4344 16,5781 100,4734

399 0,4349 16,5976 100,5918

402 0,4358 16,6328 100,8049

392 0,4365 16,6601 100,9706

389 0,4373 16,6914 101,1600

390 0,4369 16,6757 101,0653

F3

390 0,4373 16,6914 101,1600

100,6581 1,27

385 0,4403 16,8085 101,8696

F4

389 0,4406 16,8203 101,9412


(72)

402 0,4400 16,7968 101,7992

393 0,4415 16,8554 102,1543

399 0,4423 16,8867 102,3437

396 0,4417 16,8632 102,2017

398 0,4420 16,8750 102,2727

410 0,4429 16,9101 102,4854

390 0,4431 16,9179 102,5331

395 0,4433 16,9257 102,5804

406 0,4406 16,8203 101,9412

408 0,4411 16,8398 102,0596

407 0,4417 16,8632 102,2017

390 0,4404 16,8125 101,8939

409 0,4407 16,8242 101,9649

407 0,4411 16,8398 102,0596

408 0,4414 16,8515 102,1306

403 0,4419 16,8710 102,2490

408 0,4424 16,8906 102,3674

F5

396 0,4434 16,9296 102,6041

102,1472 0,65

Keterangan :

F0 : Formula tanpa penambahan polisorbat 80

F1 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,1 % F2 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,3 % F3 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,5 % F4 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,7 % F5 : Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,9 %


(1)

Lampiran 5.

Hasil Penentuan Kurva Serapan Dimenhidrinat Baku dalam

HCl 0,1N Secara Spektrofotometer UV

1.Hasil Penentuan Kurva Serapan Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N

Gambar 1

. Kurva Serapan Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang

Gelombang 276 nm

2. Hasil Penentuan Serapan Dimenhidrinat Baku dengan Konsentrasi 16,5mcg/ml

dengan Larutan HCl 0,1 N sebagai Blanko.


(2)

Lampiran 6.

Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku dalam

HCl 0,1 N Secara Spektrofotometer UV

1. Hasil Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang

Gelombang 276 nm.

Gambar 2

. Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N pada Panjang

Gelombang 276 nm.

2. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Dimenhidrinat Baku dalam HCl 0,1 N pada

Panjang Gelombang 276 nm.


(3)

Penentuan Persamaan Regresi

C (mcg/ml)/[X]

A [Y]

XY

X

2

Y

2

0,0 0,000 0,000 0,00 0,0000

7,5 0,206 1,545 56,25 0,0424

12,0 0,320 3,840 144,00 0,1024

16,5 0,437 7,210 272,25 0,1909

21,0 0,550 11,500 441,00 0,3025

25,5 0,659 16,804 650,25 0,4342

X = 82,5

Y = 2,172

XY = 40,899

X

2

= 156,75

Y

2

= 1,0724

X = 13,75

Y = 0,362

C1 = n

XY – (

X x

Y )

n

X

2

- (

X)

2

6(40,899) – 82,5 x 2,172

=

6(1563,75) – (82,5)

2

245,394 - 179,19

=

9382,5 – 6806,25

66,204

=


(4)

= 0,0256

Y = ax + b

b = 0,362 – (0,0256). 13,75

= 0,362 – 0,352

= 0,0100

Nilai a dan b disubstitusikan sehingga persamaan regresi :

Y = 0,0256X + 0,0100

Dengan nilai r :

XY -

X x

Y/n

r

=

(

X

2

– (

X )

2

/n) x (

Y

2

– (

Y )

2

/n)

40,899 – ( 82,5 ) x ( 2,172)/6

r =

(

1563,75 - ( 82,5 )

2

/6 ) x (1,0724 - ( 2,172)

2

/6

r = 0,9995


(5)

Lampiran 7.

Data Hasil Uji Keseragaman Kandungan dengan Berbagai

Konsentrsi Polisorbat 80

Formula Berat tablet

(mg) Absorbansi

Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar (%)

Kadar (%) (Rata-rata) SBR

412 0,4299 16,4023 99,4081 402 0,4304 16,4218 99,5260 399 0,4319 16,4804 99,8816 396 0,4341 16,5664 100,4024 380 0,4294 16,3828 99,2897 398 0,4255 16,2304 98,3660 391 0,4270 16,2898 98,7215 399 0,4273 16,3007 98,7926 398 0,4261 16,2539 98,5084 F0

402 0,4266 16,2734 98,6266

99,1522 1,98

402 0,4343 16,5742 100,4496 395 0,4410 16,8359 102,0359 400 0,4448 16,9843 102,9351 392 0,4349 16,5976 100,5918 402 0,4360 16,6406 100,8522 391 0,4363 16,6523 100,9232 404 0,4369 16,6757 101,0648 395 0,4384 16,7343 101,4200 407 0,4399 16,7929 101,7751 F1

390 0,4341 16,5664 100,4024

101,2450 1,96

398 0,4299 16,4023 99,4081 405 0,4309 16,4414 99,6448 402 0,4311 16,4492 99,6922 400 0,4314 16,4609 99,7632 397 0,4320 16,4843 99,9053 399 0,4338 16,5546 100,3314 403 0,4360 16,6406 100,8522 396 0,4365 16,6601 100,9706 398 0,4369 16,6757 101,0653 F2

393 0,4373 16,6914 101,1600

100,2793 2,02

409 0,4331 16,5273 100,1657 408 0,4327 16,5117 100,0710 409 0,4329 16,5195 100,1183 383 0,4344 16,5781 100,4734 399 0,4349 16,5976 100,5918 402 0,4358 16,6328 100,8049 392 0,4365 16,6601 100,9706 389 0,4373 16,6914 101,1600 390 0,4369 16,6757 101,0653 F3

390 0,4373 16,6914 101,1600

100,6581 1,27

385 0,4403 16,8085 101,8696 F4

389 0,4406 16,8203 101,9412


(6)

402 0,4400 16,7968 101,7992 393 0,4415 16,8554 102,1543 399 0,4423 16,8867 102,3437 396 0,4417 16,8632 102,2017 398 0,4420 16,8750 102,2727 410 0,4429 16,9101 102,4854 390 0,4431 16,9179 102,5331 395 0,4433 16,9257 102,5804 406 0,4406 16,8203 101,9412 408 0,4411 16,8398 102,0596 407 0,4417 16,8632 102,2017 390 0,4404 16,8125 101,8939 409 0,4407 16,8242 101,9649 407 0,4411 16,8398 102,0596 408 0,4414 16,8515 102,1306 403 0,4419 16,8710 102,2490 408 0,4424 16,8906 102,3674 F5

396 0,4434 16,9296 102,6041

102,1472 0,65

Keterangan :

F0

: Formula tanpa penambahan polisorbat 80

F1

: Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,1 %

F2

: Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,3 %

F3

: Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,5 %

F4

: Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,7 %

F5

: Formula dengan penambahan polisorbat 80 sebanyak 0,9 %


Dokumen yang terkait

Uji Bioekivalensi Tablet Metoklopramid Bahan Tambahan Sari Tape Dibandingkan Dengan Tablet Metoklopramid Merek Dagang Pada Hewan Kelinci Secara KCKT

14 255 102

PENGARUH KADAR GELATIN TERHADAP MUTU FISIK TABLET EKSTRAK BIJI MAHONI SECARA GRANULASI BASAH

1 5 21

PENGARUH PENAMBAHAN AMPROTAB SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN Pengaruh Penambahan Amprotab Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Dan Profil Disolusi Tablet Parasetamol Dengan Metode Granulasi Basah.

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Penambahan Amprotab Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Dan Profil Disolusi Tablet Parasetamol Dengan Metode Granulasi Basah.

1 6 16

PENGARUH PENAMBAHAN AC-DI-SOL TERHADAP WAKTU HANCUR DAN DISOLUSI TABLET.

0 0 7

Uji Karakteristik Fisik Tablet Parasetamol Yang Dibuat Secara Granulasi Basah Dan Granulasi Kering Dengan Bahan Tambahan Karaginan - Ubaya Repository

0 0 1

Pengaruh Konsentrasi Superdisintegran Sodium Strach Glycolate 1, 2 dan 5 terhadap Waktu Hancur Tablet Kitosan yang dibuat dengan Metode Granulasi Kering - Ubaya Repository

0 0 1

Studi Komparatif Konsentrasi Crospovidone Terhadap Waktu Hancur Tablet Kitosan yang dibuat dengan Metode Granulasi Kering - Ubaya Repository

0 0 1

Pengaruh Penggunaan Avicel PH 101 Dan Laktosa Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Karakteristik Fisik Tablet Ekstrak Pegagan Yang Dibuat Secara Granulasi Basah - Ubaya Repository

0 0 1

Pengaruh Sorbitol Dan Laktosa (Yang Disalut Lapis Tipis Opadry) Dengan Dan Tanpa Natrium-Pati-Glikolat Terhadap Daya Disintegrasi Dan Disolusi Tablet Parasetamol Yang Dibuat Secara Granulasi Basah - Ubaya Repository

0 0 1