Analisa Kadar Fluor dalam Air Minum Isi Ulang pada Depot Pengisian Air di Kecamatan Medan Selayang pada Tahun 2011

(1)

A ALISA KADAR FLUOR DALAM AIR MI UM ISI ULA G PADA DEPOT PE GISIA AIR DI KECAMATA MEDA SELAYA G PADA

TAHU 2011

Oleh: UR I SYIRAH

080100331

FAKULTAS KEDOKTERA U IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDA 2011


(2)

A ALISA KADAR FLUOR DALAM AIR MI UM ISI ULA G PADA DEPOT PE GISIA AIR DI KECAMATA MEDA SELAYA G PADA

TAHU 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: UR I SYIRAH

080100331

FAKULTAS KEDOKTERA U IVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDA 2011


(3)

LEMBAR PE GESAHA

A ALISA KADAR FLUOR DALAM AIR MI UM ISI ULA G PADA DEPOT PE GISIA AIR DI KECAMATA MEDA SELAYA G PADA TAHU 2011

AMA : UR I SYIRAH IM : 080100331

Pembimbing Penguji I

... ... (dr Yahwardiah Siregar , PhD) (dr T. Ibnu Alferraly,Sp.PA)

IP: 195508071985032001 IP:196202121989111001 Penguji II

... (dr. Isti Ismi Fujiati, MSc.CM9FM, M.Pd.Ked) IP: 196705271999032001

Mengetahui:

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran

Dekan

Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH IP: 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Fluoride adalah diakui sebagai agen yang efektif untuk pencegahan karies gigi. Umumnya sumber asupan utama fluor adalah air minum. Kadar fluoride yang tinggi pada air minum sehingga 10 mg/L dapat menyebabkan fluorosis gigi (warna gigi yang kekuningan,kecoklatan atau bintik pada enamel) sedangkan tingkat fluoride yang rendah dapat meningkatkan kemungkinana karies gigi.WHO dan Depkes telah menetapkan 1,5 mg/L sebagai konsentrasi maksimum fluoride dalam air minum. WHO juga merekomendasikan tingkat 1 mg/L fluoride dalam air minum untuk mencegah karies gigi dan nilai 0,5 mg/L sebagai konsentrasi minimum.Dalam penelitian ini,konsentrasi fluoride dalam 30 sampel air minum dari 10 depot air minum isi ulang (AMIU) di Kecamatan Medan Selayang dianalisa. Tiga sampel diambil dari setiap depot. Kadar fluoride dari masing. masing sampel dianalisa dengan menggunakan kromatografi ion. Konsentrasi rata.rata fluoride dari sampel air minum berkisar diantara 0,205.0,303 mg/L yaitu lebih rendah dari nilai yang direkomendasikan ( 1 mg/L). Dari hasil yang didapatkan, dapat disarankan supaya masyarakat diberikan edukasi tentang pentingnya penjagaan gigi,asupan fluoride dan diet yang seimbang serta merekomendasikan masyarakat supaya melakukan pemeriksaan rutin gigi untuk mencegah karies gigi.

Kata kunci: Fluoride, karies gigi, depot air minum isi ulang (AMIU), kromatografi ion


(5)

ABSTRACT

Fluoride is recognized as an effective agent for dental caries prevention. Generally, the main source of fluoride intake is drinking water. High level of fluoride at concentration up to 10 mg/L result in dental fluorosis (yellowish or brownish striation or mottling of enamel while low level of fluoride could increase the possibility of dental caries.WHO and Depkes has set 1.5 mg/L as the maximum concentration of fluoride in drinking water. WHO also recommends the rate of 1 mg/L fluoride in drinking water to prevent dental caries and 0.5 mg/L as the minimum concentration. In this study, fluoride content in 30 drinking water from 10 drinking water refil depot in Kecamatan Medan Selayang was investigated. Three samples were taken from each depot. The fluoride content from each samples was analyzed by Ion Chromatography. The mean fluoride content of the drinking water samples range from 0.205.0.303 mg/L which was lower than the recommended value of fluoride content in drinking water (1mg/L). This finding suggest that community needs to be given education about the importance of dental care,fluoride intake and a balance diet and recommend that they conduct dental regular checkup to prevent dental caries.

Keywords: Fluoride, dental caries, drinking water refill depot, ion chromatography


(6)

KATA PE GA TAR

Puji dan syukur terhadap Allah SWT yang tidak henti.heninya memberikan kurnia.Nya sehingga penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “ Analisa Kadar Fluor dalam Air Minum Isi Ulang pada Depot Pengisian Air di Kecamatan Medan Selayang pada Tahun 2011”. Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk medapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak khususnya dr Yahwardiah Siregar, PhD selaku dosen pembimbing. Selain itu,saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga terutamanya kedua orang tua saya, Encik Abdullah bin Deraman dan Puan Norizan binti Aziz serta tenaga pendidik dan kerja di Fakultas Sains Kimia dan Teknologi Makanan UKM terutamanya Prof Dr Mohd Ambar bin Yarmo,Prof Dr Lee Yook Heng dan Encik Mohd Firdauz bin Ismail yang banyak membantu saya dalam sepanjang penelitian ini disiapkan. Tidak dilupakan teman.teman mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan dan bantuan untuk penelitian ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, saya ucapkan terima kasih yang setulusnya.

Akhir kata, saya sadar bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna,disebabkan berbagai keterbatasan yang saya miliki. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan perbaikan di masa akan datang dan saya juga mengharapkan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Kepala Batas, 6 Disember 2011.

(NUR INSYIRAH) 080100331


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PE GESAHA ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PE GA TAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR ISTILAH... ix

BAB 1 PE DAHULUA ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA... 5

2.1. Air Minum... 5

2.1.1. Definisi Air Minum... 5

2.2. Fluor... 7

2.2.1. Definisi Fluor... 7

2.2.2. Fluoridasi Air Minum... 8

2.2.3. Fungsi Fluor Dalam Menghalang dan Mengkontrol Karies Gigi... 9

2.3. Pendedahan Fluor Kepada Manusia... 10

2.3.1. Udara... 10

2.3.2. Pasta Gigi dan Produk Penjagaan Gigi... 11

2.3.3. Makanan dan Minuman(selain air)... 11

2.3.4. Air... 11

2.4. Efek Terhadap Kesehatan Manusia... 12

2.4.1. Metabolisme Fluor... 12

2.4.1.1. Absorpsi... 12

2.4.1.2. Distribusi... 12

2.4.2.3. Ekskresi... 13

2.4.2. Efek Terhadap Tulang dan Gigi... 13

2.4.3. Kanker... 14

2.4.4. Efek Terhadap IQ ... 14


(8)

BAB 3 KERA GKA KO SEP DA DEFI ISI OPERASIO AL... 17

3.1. Kerangka Konsep... 17

3.2. Definisi Operasional... 18

BAB 4 METODE PE ELITIA ... 19

4.1. Jenis Penelitian... 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 19

4.2.1. Waktu Penelitian... 19

4.2.2. Tempat Penelitian... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

4.3.1. Populasi... 20

4.3.2. Sampel... 20

4.3.2.1. Teknik Penarikan Sampel... 20

4.3.2.2. Besar Sampel... 20

4.4. Metode Pengumpulan Data... 21

4.4.1. Cara Pengambilan, Pengawetan dan Penyimpanan Sampel... 21

4.4.2. Alat dan Bahan... 21

4.4.2. Cara kerja... 22

4.5. Pengolahan dan Analisis Data... 25

BAB 5 HASIL PE ELITIA DA PEMBAHASA ... 26

5.1. Hasil Penelitian... 26

5.1.1. Hasil Analisa Data... 26

5.2. Pembahasan... 30

BAB 6 KESIMPULA DA SARA ... 32

6.1. Kesimpulan... 32

6.2. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA... 33 LAMPIRA


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Parameter Wajib Pada Persyaratan Kualitas Air 6 Minum

5.1 Konsentrasi Fluoride di dalam Sampel Air Minum 26

Isi Ulang (AMIU)

5.2 Konsentrasi Rata.rata Anion di dalam Air Minum 29


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 17

4.1 Unit Kromatografi Ion dan Komponennya 21

5.1 Konsentasi Rata.rata Fluoride Setiap Depot AMIU 27

5.2 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Fluoride Sampel 28


(11)

DAFTAR ISTILAH

AMIU: Air Minum Isi Ulang

CDC: Centers for Disease Control and Prevention

Depkes: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

EPA:Environment Protection Agency

IPCS: Institute of Peace and Conflict Studies

IQ: Intelligence Quotient

ISE: Ion Selective Electrode

KPP: Kantor Kesehatan Pelabuhan

MCL: Maximum Contaminant Level

MENKES: Menteri Kesehatan Republik Indonesia

TISAB: Total Ion Strength Adjustment Buffer

USNRC: United States Nuclear Regulatory Commission


(12)

ABSTRAK

Fluoride adalah diakui sebagai agen yang efektif untuk pencegahan karies gigi. Umumnya sumber asupan utama fluor adalah air minum. Kadar fluoride yang tinggi pada air minum sehingga 10 mg/L dapat menyebabkan fluorosis gigi (warna gigi yang kekuningan,kecoklatan atau bintik pada enamel) sedangkan tingkat fluoride yang rendah dapat meningkatkan kemungkinana karies gigi.WHO dan Depkes telah menetapkan 1,5 mg/L sebagai konsentrasi maksimum fluoride dalam air minum. WHO juga merekomendasikan tingkat 1 mg/L fluoride dalam air minum untuk mencegah karies gigi dan nilai 0,5 mg/L sebagai konsentrasi minimum.Dalam penelitian ini,konsentrasi fluoride dalam 30 sampel air minum dari 10 depot air minum isi ulang (AMIU) di Kecamatan Medan Selayang dianalisa. Tiga sampel diambil dari setiap depot. Kadar fluoride dari masing. masing sampel dianalisa dengan menggunakan kromatografi ion. Konsentrasi rata.rata fluoride dari sampel air minum berkisar diantara 0,205.0,303 mg/L yaitu lebih rendah dari nilai yang direkomendasikan ( 1 mg/L). Dari hasil yang didapatkan, dapat disarankan supaya masyarakat diberikan edukasi tentang pentingnya penjagaan gigi,asupan fluoride dan diet yang seimbang serta merekomendasikan masyarakat supaya melakukan pemeriksaan rutin gigi untuk mencegah karies gigi.

Kata kunci: Fluoride, karies gigi, depot air minum isi ulang (AMIU), kromatografi ion


(13)

ABSTRACT

Fluoride is recognized as an effective agent for dental caries prevention. Generally, the main source of fluoride intake is drinking water. High level of fluoride at concentration up to 10 mg/L result in dental fluorosis (yellowish or brownish striation or mottling of enamel while low level of fluoride could increase the possibility of dental caries.WHO and Depkes has set 1.5 mg/L as the maximum concentration of fluoride in drinking water. WHO also recommends the rate of 1 mg/L fluoride in drinking water to prevent dental caries and 0.5 mg/L as the minimum concentration. In this study, fluoride content in 30 drinking water from 10 drinking water refil depot in Kecamatan Medan Selayang was investigated. Three samples were taken from each depot. The fluoride content from each samples was analyzed by Ion Chromatography. The mean fluoride content of the drinking water samples range from 0.205.0.303 mg/L which was lower than the recommended value of fluoride content in drinking water (1mg/L). This finding suggest that community needs to be given education about the importance of dental care,fluoride intake and a balance diet and recommend that they conduct dental regular checkup to prevent dental caries.

Keywords: Fluoride, dental caries, drinking water refill depot, ion chromatography


(14)

BAB 1 PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang

Air adalah sumber kehidupan terutamanya sebagai sumber air minum. Walau bagaimanapun masih terdapat lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia ini tidak mendapat air minum yang selamat. WHO telah menetapkan garis panduan untuk kualitas air minum sebagai langkah untuk menjaga kesehatan dari penyakit yang disebabkan oleh air minum. Hal ini termasuk kawalan terhadap pelbagai mikroorganisma, bahan kimiawi, bahan radiologis dan bahan fisik yang mungkin ada didalam air minum yang bisa mendatangkan resiko penyakit (WHO,2006).

Antara bahan kimiawi yang terdapat didalam air minum adalah fluor (F). Fluor ditemukan didalam semua air natural seperti air laut dan air bawah tanah pada konsentrasi tertentu. Malah di sesetengah negara misalnya Amerika Serikat, air minumnya memang sengaja difluoridasikan dengan tujuan untuk mengurangi insidensi karies gigi. Di Indonesia, air minum tidak di fluoridasikan seperti negara.negara lain. Fluor mempunyai efek yang baik yaitu mencegah kavitas gigi dalam konsentrasi yang rendah pada air minum tetapi eksposur yang berlebihan terhadap fluor di dalam air minum atau dikombinasikan dengan terdedah terhadap fluor dari sumber lain bisa menyebabkan pelbagai efek samping (WHO,2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05 % dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Data dari WHO (2000) menunjukkan rerata pengalaman karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun adalah berkisar 2.4. indeks karies di Indonesia pula berkisar 2.2 untuk kelompok yang sama. Kelompok 12 tahun merupakan indikator kritis karena sekitar 76.97 % karies menyerang pada usia tersebut.

Antara efek samping akibat kelebihan fluor di dalam tubuh pula adalah fluorosis gigi dan tulang. Di China,telah dianggarkan lebih dari 26 juta penduduknya menderita fluorosis gigi karena kadar fluor yang tinggi didalam air


(15)

minum mereka dengan 16.5 juta kasus lain fluorosis gigi disebabkan oleh polusi asap batu bara (Liang et al., 1997). Di India pula dilaporkan 17 daripada 32 buah provinsi (state) telah mengalami fluorosis endemik (FRRDF, 1999; Yadav et al., 1999). Di Indonesia bagaimanapun tidak ditemukan nilai prevalensi fluorosis gigi mahupun tulang, mungkin disebabkan prevalensinya rendah oleh karena air minum tidak difluoridasikan di Indonesia.

Ada juga penelitian di lakukan di India untuk menguji efek air yang tinggi kadar fluor dengan tahap intelligence quotient (IQ) pada anak.anak. Anak.anak berumur 12.13 tahun dengan kondisi pendidikan dan sosio ekonomi yang hampir sama tetapi berbeda dari segi konsentrasi fluor didalam air minum. Skor mean IQ untuk 89 orang anak.anak di daerah yang tinggi kadar fluor air minum secara signifikan lebih rendah (91.72±1.13) berbanding 101 orang anak.anak di daerah yang kurang kadar fluor air minumnya (104.44±1.23) (Trivedi et al, 2007). Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Lu et al (2000) di China dan hasilnya juga menunjukkan skor IQ yang rendah ada hubungan dengan kadar fluor yang tinggi didalam air minum. Ini menunjukkan kadar fluor yang tinggi menyebabkan nilai IQ yang rendah terutama pada anak.anak. Ada sesetengah literatur turut menyatakan fluor sebagai salah satu punca penyebab kanker namun ini masih belum dapat di buktikan.

Nilai 1.5mg/L fluor didalam air minum telah direkomendasikan oleh WHO(1984) sebagai nilai yang selamat. Nilai fluor 1.5 mg/L ini telah di re. evaluasi oleh WHO dan tiada bukti dapat menunjukkan nilai ini perlu direvisi semula (WHO,1996,2004). EPA (Environmental Protection Agency) pula telah menentukan MCL (Maximum Contaminant Level) yaitu kadar maksimal kontaminasi fluor didalam air minum, kadar dimana efek samping terhadap kesehatan tidak berlaku. MCL bagi fluor yang telah ditetapkan oleh EPA adalah 4.0mg/L atau 4.0 ppm. Depkes (2010) pula telah menetapkan nilai 1.5mg/l fluor sebagai nilai maksimum didalam air minum.

Di Indonesia,kadar fluor didalam air minum telah diukur di Asembagus, Jawa Timur (Heikens et al.,2005). Konsentrasi fluor didalam air telaga adalah <0.1.4.2 mg/l. Telaga.telaga yang kadar fluornya paling tinggi terletak


(16)

berhampiran dengan sungai Banyuputih, yang terkontaminasi oleh air dari Danau Kawah Ijen. Air sungai itu secara purata mengandung kadar fluor sebanyak 9.5 mg/l. Air di daerah gunung berapi sememangnya cenderung mengandung kadar fluor yang lebih tinggi.

Berdasarkan data.data yang telah dikumpulkan penelitian yang terdahulu dan kenyataan yang telah disebutkan,jelas menunjukkan bahawa kadar fluor yang tinggi didalam air minum mempunyai banyak efek samping terutamanya dalam jangka masa panjang. Kadar fluor yang rendah juga bermasalah karena menyebabkan peningkatan prevalensi karies gigi. Atas alasan ini,peneliti tertarik untuk mengukur kadar fluor didalam air minum isi ulang di Kecamatan Medan Selayang, Medan untuk menentukan adakah kadarnya dalam batas normal atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang,masalah.masalah yang ingin digali dalam penelitian ini adalah:

1. Berapakah kadar fluor didalam air minum isi ulang di Kecamatan Medan Selayang, Medan, adakah dalam batas yang aman?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umumnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fluor didalam air minum isi ulang di Kecamatan Medan Selayang pada tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus,penelitian ini dapat:

1. Mengukur kadar fluor dalam sampel air minum isi ulang di Kecamatan Medan Selayang.

2. Menentukan apakah kadar fluor dari sampel air minum isi ulang berada dalam batas normal atau tidak.


(17)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Medan dan dinas terkait 2. Dengan penyuluhan, masyarakat dapat mengetahui kesan jangka masa

panjang akibat fluor yang berlebihan didalam air minum dan melakukan pencegahan untuk mempertahankan kesehatan tubuh.

3. Bahan masukan kepada dokter gigi yang dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan edukasi sama ada di praktek mahupun di bagian penyuluhan kesehatan masyarakat.

4. Dapat digunakan oleh bidang penelitian dan pendidikan untuk membantu penelitian lanjutan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan lainnya. 5. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai kajian tulis ilmiah


(18)

BAB 2

TI JAUA PUSTAKA 2.1 Air Minum

2.1.1 Definisi air minum

Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 / MENKES / PER / IV / 2010 tentang persyaratan kualitas air minum,dalam pasal 1 telah memberikan definisi air minum yaitu air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Depkes (2010) telah menetapkan persyaratan kualitas air minum dengan menetapkan parameter wajib dan parameter tambahan. Namun hanya parameter wajib bagi air minum sahaja yang dinyatakan disini.

Parameter Wajib

No. Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang

diperbolehkan 1. Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan a.Parameter mikrobiologi

1) E.Coli Jumlah per 100ml

sampel

0

2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 mml sampel

0

b.Kimia an.organik

1) Arsen mg/l 0.01

2)Fluorida mg/l 1.5

3)Total Kromium mg/l 0.05

4)Kadmium mg/l 0.003


(19)

6)Nitrat,(sebagai NO3.) mg/l 50

7)Sianida mg/l 0.07

8)Selenium mg/l 0.01

2 Parameter yang tidank langsung berhubungan dengan kesehatan a.Parameter Fisik

1)Bau Tidak berbau

2)Warna TCU 15

3)Total zar padat terlarut mg/l 500

4)Kekeruhan NTU 5

5)Rasa Tidak berasa

6)Suhu ° C Suhu udara ±3

b.Parameter Kimiawi

1)Aluminium mg/l 0.2

2)Besi mg/l 0.3

3)Kesadahan mg/l 500

4)Khlorida mg/l 250

5)Mangan mg/l 0.4

6)Ph 6.5.8.5

7)Seng mg/l 3

8)Sulfat mg/l 250

9)Tembaga mg/l 2

10)Amonia mg/l 1.5

Tabel 2.1 Parameter Wajib Pada Persyaratan Kualitas Air Minum

Menurut Depkes (2010) air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,mikrobiologis,kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam paremeter wajib dan parameter tambahan. Dalam pasal 4 peraturan diatas,telah ditetapkan bahawa untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dilakukan pengawasan kualitas air minum secara.


(20)

eksternal dan secara internal. Jadi pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/Kota atau oleh KKP khusus untuk wilayah kerja KKP. Pengawasan kualitas air minum secara internal pula merupakan pengawasan yang dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut.

2.2 Fluor

2.2.1 Definisi Fluor

Fluorin (F) adalah elemen yang paling ringan dalam kumpulan halogen dan merupakan antara elemen yang paling reaktif. Oleh karena itu, tidak ditemukannya sebagai fluorin di persekitaran. Fluorin adalah elemen yang paling elektronegatif dari semua elemen (Hem,1989) yaitu bermaksud bahawa fluorin mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjadi cas negatif dan menjadi ion F. didalam larutan.

Oleh itu fluorin ditemukan sebagai fluor di persekitaran dan merupakan 0.06.0.09 persen dari kerak bumi. Fluor dijumpai pada konsentrasi yang signifikan pada pelbagai mineral termasuklah fluorspar,batu fosfat, cryolite, apatit, mica,hornblende dan lain.lain (Murray,1986). Fluorite(CaF2) adalah mineral fluor yang sering ditemukan dengan solubility yang rendah pada batu igneous dan batu sedimen. Fluor biasa dikaitkan dengan aktivitas volkano dan gas fumarolik.Kolam air panas,terutamanya dengan airnya pada kadar pH yang tinggi juga mengandung konsentrasi fluor yang tinggi (Edmunds dan Smedley,1996). Antara mineral yang digunakan secara komersil termasuklah cryolite dan batu fosfat. Garam fluor cryolite digunakan untuk produksi aluminium (Murray,1986) dan juga sebagai pestisida (USEPA,1996). Batu fosfat pula dikonversikan kepada pupuk fosfat dengan mengurangkan kadar fluor sehingga 4.2 persen (Murray,1986). Sementara fluor yang telah di purifikasi (sebagai fluorosilika) merupakan sumber fluor disesetengah negara untuk dimasukkan ke dalam air minum demi untuk mencegah berlakunya karies gigi (Reeves,1986,1994).


(21)

2.2.2 Fluoridasi Air Minum

Menurut sejarah fluoridasi air minum,lebih dari 65 tahun dahulu . pada Januari 25,1945 – Grand Rapids di Michigan menjadi bandar pertama di dunia yang telah memfluoridasikan bekalan airnya. Fluoridasi air ini bermula apabila berlaku penemuan secara tidak sengaja ,yaitu pada awal tahun 1900, apabila orang mendapati bahawa penduduk di bandar yang kadar fluor di dalam airnya secara natural lebih tinggi mempunyai gigi yang lebih sehat. Jadi untuk menguji korelasi antara fluor dan karies gigi,pada tahun 1945 sebanyak 4 buah bandar di Amerika dan satu bandar di Kanada telah mengambil bagian di dalam studi terkontrol fluoridasi air. Hasilnya sangat bagus, yaitu menunjukkan bahawa fluor bisa digunakan untuk menghalang karies gigi. Sejak dari itu, fluoridasi air telah menyebabkan peningkatan kesehatan oral bukan sahaja penduduk di Amerika malahan di seluruh dunia.

Sehingga kini, terdapat 40 buah negara yang memfluoridasikan sumber air mereka. Dalam sesetengah kasus,hanya sebagian kecil proporsi daripada populasi itu yang memfluoridasikan air minum. Estimasi populasi negara.negara di dunia yang memfluoridasikan air oleh British Fluoridation Society (2004) adalah : Amerika (64%), Kanada (43%), Panama (18%), Republik Ireland (73%), Ausralia (61%), Israel(75%), Malaysia (70%), United Kingdom (10%), Singapore (100%), Brazil (41%), Argentina(21%), Chile (40%), Sepanyol (10%), Columbia (80%). Hong Kong juga turut memfluoridasikan air dengan 100% dari penduduknya menggunakan air tersebut.

Tiada sumber ditemukan yang menyatakan bahawa di Indonesia dilakukan pemberian fluoridasi secara sistemik yaitu fluoridasi air minum, namun terdapat penelitian di Kodya Banjarmasin oleh Sintawati et al (2001) dimana dilakukan studi evaluasi pertama fluoridasi air minum yang dilakukan selama 5 tahun mulai tahun 1997 hingga 2002. Studi ini dilakukan setelah hasil studi survei status kesehatan gigi pada kelompok usia 12 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1994 didapatkan prevalensi karies gigi tinggi = 90.67% dengan DMT. F=3.44. Hasil evaluasi II pada tahun kedua didapati sudah ada perbaikan tahap


(22)

karies gigi dan dari hasil wawancara ternyata 90% masyarakat setuju dengan penambahan fluoridasi dalam air minum.

2.2.3 Fungsi Fluor Dalam Menghalang dan Mengkontrol Karies Gigi

Karies gigi adalah disebabkan oleh produk yang dihasilkan oleh bakteri (misalnya asam) yang melarutkan permukaan keras enamel gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak dirawat, bakteria bisa penetrasi enamel,menyerang dentin dan akhirnya sampai ke jaringan paling dalam dimana terdapat serabut saraf dan pembuluh darah. Karies gigi bisa menyebabkan hilangnya struktur gigi,nyeri dan gigi rusak sama sekali dan bisa berlanjut kepada infeksi sistemik yang akut.

Bakteri kariogenik yaitu bakteria yang menyebabkan karies gigi berada didalam plak gigi. Plak adalah matriks organik dari bakteri,debris makanan,mukosa sel yang mati dan komponen saliva yang melekat pada enamel gigi. Plak ini juga turut mengandung mineral seperti kalsium dan fosforus dan juga protein,polisakarida,karbohidrat dan lipid. Bakteri kariogenik ini menghasilkan polisakarida yang menguatkan lagi perlekatan antara plak kepada enamel. Jadi pada tahap awal bagaimana karies gigi terjadi adalah apabila bakteria ini memetabolisa substrat dari diet seperti gula dan fermentasi karbohidrat dan asam yang dihasilkan oleh bakteri ini menyebabkan pH rendah dan demineralisasi enamel gigi berlaku. Demineralisasi melibatkan kehilangan kalsium,fosfat dan karbonat. Mineral ini kemudiannya diambil oleh plak disekitarnya dan tersedia untuk reuptake oleh permukaan enamel.

Fluor bekerja mengkontrol karies gigi pada tahap awal dengan pelbagai cara. Fluor berkonsentrasi di plak dan saliva menghambat demineralisasi enamel dan meningkatkan remineralisasi enamel yang telah mengalami demineralisasi(Featherstone, 1999; Koulourides, 1990). Apabila asam yang diproduksi oleh bakteri kariogenik menyebabkan penurunan pH pada permukaan gigi.plak,fluor akan dilepaskan dari plak(Tatevossian, 1990). Fluor yang dilepaskan ini dan fluor yang berada didalam saliva bersama.sama kalsium dan


(23)

fosfat akan diambil oleh gigi yang mengalami demineralisasi untuk memperkuat struktur kristal enamel. Struktur ini lebih resisten terhadap asam dan mengandung lebih banyak fluor dan kurang karbonat (Featherstone, 1999; Chow, 1990; Ericson, 1977; Kidd et al., 1980; Thylstrup, 1990; Thylstrup et al.,1979). Fluor lebih mudah diambil oleh enamel demineralisasi berbanding sound enamel(White,Nancollas, 1990). Siklus demineralisasi dan remineralisasi berlanjut sepanjang hayat gigi tersebut.

Fluor turut menghambat karies gigi dengan mengganggu aktivitas bakteri kariogenik. Semasa fluor berkonsentrasi di plak gigi,ia menghambat proses metabolisme karbohidrat oleh bakteria dan mengganggu produksi polisakarida oleh bakteri(Hamilton, 1990).

2.3 Pendedahan Fluor Kepada Manusia 2.3.1 Udara

Fluor yang didistribusi di atmosfer adalah berasal dari debu produksi pupuk fosfat di pabrik.pabrik, debu dari pembakaran batu bara dan aktivitas volkano. Tetapi jumlah fluor dari udara adalah sedikit berbanding dengan total pengambilan fluor (USNRC, 1993). Di kawasan bukan industri konsentrasi fluor di udara adalah rendah (0.05.1.90 µg m.3 fluor) (Murray, 1986). Ada sesetengah provinsi di China dilaporkan bahawa konsentrasi fluor pada udaranya tinggi akibat dari aktivitas memasak dan pengeringan makanan dengan menggunakan batu bara.

2.3.2 Pasta Gigi dan Produk Penjagaan Gigi

Terdapat berbagai produk yang mengandungi fluor digunakan untuk mencegah karies gigi. Ini termasuklah pasta gigi (1.0.1.5g/kg fluor), larutan fluor dan gel untuk terapi topikal (0.25.24.0 g/kg fluor) dan tablet fluorida (0.25,0.50 atau 1.00 mg fluor per tablet). Dianggarkan bahawa pasta gigi yang tertelan oleh sesetengah anak.anak semasa menyikat gigi menyumbang kepada 0.50 atau 0.75 mg fluor per anak per hari (Murray, 1986).


(24)

2.3.3 Makanan dan Minuman (selain daripada air)

Sayur.sayuran dan buah.buahan biasanya mengandung kadar fluor yang rendah yaitu sekitar 0.1.0.4 mg/kg dan oleh karena itu kontribusinya terhadap pendedahan fluor terhadap manusia adalah rendah. Walaubagaimanapun,kadar fluor yang tinggi dijumpai pada barli dan nasi (sekitar 2mg/kg) dan pada taro,keladi dan ubi kayu dijumpai kadar fluor yang secara relatifnya tinggi (Murray,1986).

Secara general,kadar fluor didalam daging (0.2.1.0mg/kg) dan ikan (2. 5mg/kg) secara relatif adalah rendah. Walaubagaimanapun,fluor turut terakumulasi didalam tulang dan tulang ikan yang dikalengkan seperti ikan sardin dan salmon dimana tulangnya turut dimakan oleh konsumer. Protein ikan bisa mengandung sehingga 370mg/kg fluor. Walaubagaimanapun, dengan konsumsi ikan yang tinggi didalam diet campuran,pengambilan fluor dari ikan sahaja jarang melebihi 0.2mg F. per hari (Murray,1986).

Kadar fluor pada susu adalah rendah,yaitu pada air susu ibu kira.kira 0.02mg/liter dan pada susu sapi pula sekitar 0.02.0.05 mg/liter(Murray,1986). Oleh karena itu,susu hanya menyumbang sedikit sahaja dari pengambilan total fluor sehari.hari.

Sementara daun teh mengandung kadar fluor yang tinggi yaitu sehingga 400 mg/kg pada berat kering(dry weight). Pengambilan fluor dari ingesti teh telah dilaporkan dalam batas 0.04 mg sehingga 2.7 mg per orang per hari (Murray,1986). Walaupun begitu,observasi pada sebagian orang Tibet didapati mereka mengambil fluor pada jumlah yang besar (14 mg/hari),hal ini disebabkan oleh konsumsi brick tea sebagai minuman (Cao et al.,1997). Teh jenis ini diperbuat dari daun yang lebih tua dan mengandung kadar fluor yang lebih tinggi brbanding teh yang standar seperti teh hitam dan teh hijau.

2.3.4 Air

Air minum adalah sumber utama yang mengkontribusi kepada pengambilan fluor sehari.hari. Air mungkin secara natural mengandung fluor atau


(25)

fluor mungkin ditambah ke dalam air untuk memfluoridasikan air. Konsentrasi fluor di dalam air secara natural adalah kurang dari 0.1 miligram hingga lebih dari 10 miligram per liter. Air dengan konsentrasi fluor yang tinggi kebanyakannya adalah air tanah yang kekurangan kalsium misalnya air kolam air panas. Air tanah dengan konsentrasi fluor yang tinggi banyak terdapat diseluruh dunia. Antara tempat.tempat tersebut adalah Afrika, China, Mediterranean Timur, dan Asia Selatan ( India dan Sri Lanka)

2.4 Efek Terhadap Kesehatan Manusia 2.4.1 Metabolisme Fluor

2.4.1.1 Absorpsi

Kira.kira 75.90 % dari fluor yang dikonsumsi diserap. Didalam lambung yang bersifat asam, fluor dikonversi menjadi hidrogen fluorida (HF) dan hampir 40% dari fluor yang dikonsumsi diserap oleh lambung dalam bentuk HF. pH asam lambung yang tinggi akan mengurangkan absorpsi dengan mengurangkan konsentrasi HF. Fluor yang tidak diabsorpsi dilambung akan diserap oleh usus dan pH tidak mempengaruhi absorpsinya berbanding di lambung (Whitford,1997;IPCS,2002).

Kadar kation yang tinggi yang bisa membentuk kompleks dengan fluor (seperti kalsium,magnesium dan aluminium) turut menyebabkan menurunnya absorpsi fluor di gastrointestinal.

2.4.1.2 Distribusi

Setelah diabsorpsi ke dalam darah,fluor didistribusikan keseluruh tubuh dengan kira.kira hampir 99% fluor berada di daerah yang tinggi kandungan kalsium seperti tulang dan gigi (dentin dan enamel) dimana ia tersusun seperti

crystal lattice. Fluor bisa meleawti plasenta dan dijumpai didalam air susu ibu pada kadar yang rendah yaitu sama seperti di dalam darah (WHO,1996;IPCS,2002).


(26)

Pada kondisi tertentu,kadar fluor pada plasma juga dapat menjadi indikasi kepada kadar fluor didalam air minum yang dikonsumsi. USNRC (1993) mengatakan bahawa “ Air merupakan sumber utama untuk pengambilan fluor,konsentrasi fluor plasma puasa pada dewasa muda dan dewasa dalam mikromol per liter secara kasarnya sama dengan konsenteasi fluor didalam air minum dalam unit miligram per liter”.

2.4.1.3 Ekskresi

Fluor diekskresikan secara primer oleh urin (ICPS,2002). Urinary fluor clearance meningkat dengan pH urin disebabkan oleh penurunan konsentrasi HF. Pelbagai faktor seperti diet dan obat.obatan yang bisa memberi efek kepada pH urin dan ini seterusnya akan memberi efek terhadap fluoride clearance dan retention (USNRC,1993).

2.4.2 Efek terhadap Gigi dan Tulang

Efek fluor yang berlebihan pada gigi dipanggil fluorosis gigi. Fluorosis gigi merujuk kepada perubahan tampilan enamel gigi yang disebabkan oleh pengambilan fluor dalam jangka masa panjang ketika gigi sedang berkembang (Aoba T, Fejerskov O, 2002). Perubahan tampilan enamel gigi adalah warna gigi menjadi tidak putih,pucat dan buram. Ini bisa berupa tompokan putih yaitu masih pada tahap ringan sehingga kepada tompokan gelap atau hitam. Warna gigi yang gelap atau hitam ini terlihat pada fluorosis yang lebih berat dan enamelnya juga menjadi lunak dan rapuh. Tanda pertamanya berupa erupsi gigi dengan enamel yang berbintik.bintik (mottled enamel). Fluorosis gigi disebabkan konsumsi fluor yang terlalu banyak dalam jangka masa panjang ketika gigi masih berkembang didalam gusi. Jadi hanya anak.anak berumur 8 tahun dan ke bawah yang beresiko karena ketika usia ini gigi yang permanen sedang berkembang didalam gusi (CDC,2011). Oleh sebab itu,fluorosis gigi hanya berlaku pada anak.anak,tidak berlaku pada dewasa. Keparahan kondisi ini tergantung kepada dosis,durasi dan masa pengambilan fluor.


(27)

Berlaku peningkatan fluorosis gigi terutamanya yang tahap ringan disebabkan banyak sumber fluor tersedia yang pada mulanya digunakan untuk menghalang dari berlakunya karies gigi. Sumber.sumber ini termasuklah air minum yang difluoridasi dan pasta gigi berfluorida, terutamanya jika pasta gigi ini tertelan oleh anak.anak ketika menyikat gigi (CDC 2011).

2.4.3 Kanker

Banyak penelitian dilakukan terhadap pekerja terutamanya dalam bidang peleburan aluminium dilaporkan terdapat peningkatan insiden dan mortalitas akibat kanker paru,kanker kandung kemih dan juga kanker.kanker lain. Hasil penelitian Grandjean, Olsen (2004) di Denmark terhadap pekerja pabrik cyrolite

yang berbentuk cohort selama 12 tahun telah menunjukkan hasil yaitu mortalitas total lebih dari 90%. Kematian pekerja.pekerja ini kebanyakannya adalah akibat kanker dengan insiden yang paling tinggi adalah kanker paru primer dan kanker kandung kemih. Grandjean dan Olsen membuat kesimpulan bahawa fluor perlu dipertimbangkan sebagai antara faktor yang menyebabkan kanker kandung kemih dan kanker paru primer.

Walaupun banyak penellitian menunjukkan nilai yang signifikan antara assosiasi berbagai kanker dengan pengambilan fluor didalam air minum, namun kebanyakan data dari penelitian adalah tidak konsisten dan terdapat kemungkinan besar kanker disebabkan oleh substansi lain selain dari fluor.

2.4.4 Efek Terhadap IQ

Berdasarkan kepada penemuan reset yang terkini,didapati bahawa fluor(F) menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap dengan mekanisme yang melibatkan produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid(Guo et al., 2003; Shivarajashankara et al., 2001;Rzeuski et al., 1998). Dalam penelitian yang berkaitan, Wang et al (2005) telah membuktikan bahawa kerusakan DNA pada otak tikus dewasa karena didedahkan kepada kadar fluor yang tinggi dan kadar iodin yang rendah. Penelitian terbaru telah mendedahkan bahawa kadar F yang


(28)

tinggi didalam air minum akan menyebabkan depresi abilitas pembelajaran. memori(learning"memory) pada tikus Winstar (Wu et al., 2006). Terdapat banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat efek kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap intelligent quotient (IQ). Penelitian oleh Lu et al (2000) di China dan Trivedi et al (2007) di India yang mengkaji mengenai efek kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap IQ anak.anak telah menunjukkan hasil yang signifikan yaitu anak.anak yang minum air yang kadar fluornya tinggi mempunyai IQ yang lebih rendah berbanding anak.anak yang minum air dengan kandungan fluor yang rendah.

Biomekanisme cara kerja dari fluor yang bia menurunkan IQ masih tidak jelas namun terdapat bukti yang menyatakan bahawa ini mungkin melibatkan alterasi lipid membran dan menurunnya aktivitas kholinesterase di otak.Fluor juga diketahui mempunyai adverse effect terhadap aktivitas kholinesterase yang terlibat dalam hidrolisis ester choline(Vani,Reddy, 2000). Efek toksik ini bisa menyebabkan perubahan utilisasi acethylcholine,seterusnya memberi efek terhadap transmisi impuls saraf pada jaringan otak(Marks et al., 1996; Blaylock, 2007).Dari semua penelitian ini,hasil penelitian banyak mengarahkan bahawa kadar fluor yang tinggi pada air minum bisa menyebabkan gangguan pada otak sehingga dapat menurunkan IQ pada seseorang .

2.5 Standard dan Garis Panduan Kadar Fluor didalam Air Minum

Efek fluor sebenarnya lebih bagus diprediksi dengan melihat dosisnya(mg fluor per kg berat badan per hari), durasi pengambilan fluor dan faktor.faktor lain seperti usia (fluorosis gigi). Walaubagaimanapun kebanyakan studi epidemiologi lebih menekankan mengenai efek fluor terhadap gigi dan tulang yang berkolerasi dengan konsentrasi fluor didalam air minum (mg/l fluor) yang dikonsumsi berbanding total pengambilan fluor (Fawell et al., 2006).

Pada 1984,WHO telah melakukan satu review yang ekstensif dan mendapati kekurangan data untuk menyimpulkan fluor menyebabkan kanker dan defek pada janin. Dalam masa yang sama, WHO mendapati bahawa fluorosis gigi


(29)

berlaku pada kadungan fluor didalam air minum yang melebihi 1.5mg/l dan fluorosis tulang berlaku pada kadar fluor melebihi 10mg/l. Oleh itu,nilai 1.5mg/l telah direkomendasi oleh WHOsebagai kadar dimanan fluorosis gigi adalah minimal (WHO,1984). Nilai 1.5mg/l fluor ini telah dire.evaluasi oleh WHO dan telah disimpulkan bahawa tiada bukti yang menunjukkan nilai ini perlu direvisi semula (WHO,1984).

EPA (1974) pula telah menetapkan maximum contaminant level (MCL) fluor pada air minum yaitu 4.0mg/l atau 4 ppm. MCL ini adalah kadar kontaminasi maksimal di dalam air minum yang tidak akan menyebabkan efek samping kepada kesehatan. Dan menurut Depkes (2010) pula, kadar maksimum fluorida yang diperbolehkan didalam air minum adalah 1,5 mg/liter.


(30)

BAB 3

KERA GKA KO SEP PE ELITIA DA DEFI ISI OPERASIO AL

3.1 Kerangka Konsep

*Petunjuk: Yang diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Fluor di dalam

air minum isi ulang Sampel air dari

depot.depot air isi ulang

*Konsentrasi fluor didalam air minum isi ulang

Kelebihan fluor:

Fluorosis gigi Fluorosis tulang Efek terhadap IQ

Kanker Defisiensi fluor:


(31)

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1. Air Minum:

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum

Air minum diukur dengan menggunakan spuid. Dalam penelitian ini,sebanyak 0.1. 1 ml air minum diperlukan untuk setiap eksperimen.

Spuid Jumlah air yang diperlukan diambil dalam unit ml. Nilai yang diperlukan adalah 0.1.1 ml. Numerik 2. Fluor Fluor berasal dari fluorin (F), unsur kimia dari kumpulan halogen. Banyak ditemukan dipersekitaran termasuk air.Sekiranya kelebihan mahupun kurang akan menyebabkan gangguan pada kesehatan. Menentukan kadar/konsentra si fluor di dalam air minum isi ulang.

Kadar fluor ditentukan dengan cara memisahkan anion didalam air dengan menggunakan sistem kromatografi ion yang terdiri dari guard column, kolom pemisah anion,alat

supressor dan tinggi puncak (µS/cm) atau luas ((µS/cm)x menit) diukur oleh detektor konduktivitas sementara nilai outputnya direkodkan oleh sistem data

Konsentrasi ion fluoride dan anion lain dapat ditentukan melalui kurva kalibrasi atau konsentrasinya didapat langsung dari sistem data tanpa dilakukan pengiraan.

Kromatografi ion. Konsentrasi fluoride yang didapatkan dalam unit mg/l. Nilai maksimum dibenarkan didalam air minum mengikut WHO dan Depkes adalah 1.5 mg/l. Numerik. Sampel air dari depot

isi ulang

Kadar/konsentrasi fluor didalam air minum isi ulang


(32)

BAB 4

METODE PE ELITIA 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian secara cross"sectional. Dengan pengamatan/pengukuran yang dilakukan satu kali dalam satu waktu yang tertentu, dapat diperoleh kadar atau konsentrasi fluor di dalam air minum isi ulang dari depot air minum isi ulang di Kecamatan Medan Selayang, Medan melalui data yang didapatkan dengan pendekatan secara eksperimen.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dirancang mulai bulan Februari 2011 dengan pertama sekali dilakukan penelusuran tinjauan pustaka yang meliputi sumber dari buku,jurnal serta artikel dari internet,pembuatan serta penyususnan proposal penelitian yang diikuti dengan konsultasi dengan dosen pembimbing. Pembentangan proposal dan penilaian proposal dilakukan pada bulan Mei 2011. Penilaian lapangan yaitu pengumpulan sampel air dilakukan pada 17 Juni,20 Juni dan 23 Juni 2011 ,sementara analisa sampel air dilakukan dalam masa seminggu mulai 11 Juli 2011. Kemudian pengolahan datanya serta penulisan hasil laporan penelitian dilakukan selepas pengumpulan data yaitu sehingga November 2011.

4.2.2 Tempat Penelitian

Lokasi melakukan penelitian adalah laboratorium di Pusat Pengajian Sains Kimia dan Teknologi Makanan di UKM,Bangi, Malaysia karena peralatan dan bahan yang diperlukan untuk melakukan eksperimen ini tersedia disana. Selain itu,untuk membeli peralatannya sendiri biayanya agak mahal.


(33)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi yang diambil adalah air minum dari depot.depot air isi ulang di Kecamatan Medan Selayang,Medan. Berdasarkan dari survei awal yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Medan dan survei di lapangan, jumlah populasi keseluruhan depot air isi ulang di kecamatan ini adalah sebanyak 10 depot.

4.3.2 Sampel

4.3.2.1 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu keseluruhan populasi menjadi sampel dalam penelitian ini. Karena jumlah populasi yang sedikit, jadi metode total sampling digunakan.

4.3.2.1 Besar Sampel

Dengan menggunakan metode total sampling, maka besar sampel diambil keseluruhan populasi yaitu 10 depot air minum isi ulang.Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen dapat dirumuskan:

(t – 1) (r – 1) > 15

Pada penelitian ini terdapat 10 depot air minum isi ulang di kecamatan Medan Selayang, maka nilai t adalah 10. Jadi, jumlah replikasi untuk penelitian ini adalah:

(10 – 1)(r – 1) > 15

9r – 9 > 15

r > 2.66

r ≥ 3 = 3 kali replikasi

Keterangan :

t = banyaknya kelompok perlakuan r = jumlah replikasi


(34)

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Cara Pengambilan, Pengawetan dan Penyimpanan Sampel

Sampel air dibeli dari depot.depot air minum isi ulang. Sampel diambil dengan menggunakan botol plastik. Semua botol plastik dibasuh terlebih dahulu dan dibilas dengan menggunakan aquadest. Sampel di ambil sebanyak 200 ml supaya representatif dan cukup untuk melakukan analisa ulangan. Pengawetan sampel tidak perlu dilakukan tetapi perlu disimpan didalam kulkas dan sampel dianalisa dalam masa 28 hari ( Fawell et al ,2006).

4.4.2 Alat dan Bahan Alat:

1. Timbangan analitik : bisa menimbang secara akurat sehingga 0.0001g 2. Kromatografi ion (Metrohm 850 Professional IC) yang terdiri dari:

Guard column dankolom pemisah anion (Metrosep A Supp 5 150/4.0)

Anion supressor device

Spuid (syringes)

Pompa (pump) : supaya kecepatan alir eluent tetap pada 0.7 mL/min

Simple loop (50µL)

Detektor konduktivitas ( 850 Professional IC 1) Sistem data


(35)

3. Botol sampel: botol polyethylene

4. Pipet

5. Labu ukur 100 mL

Bahan/reagen: 1. Sampel air

2. Akuadest

3. Larutan eluent (3.2 mmol/L Na2CO3, 1.0 mmol/L NaHCO3)

4. Larutan standar baku .1000 mg/L: larutan baku standar dibeli dari pembekal mengandungi anion berikut yaitu;

Fluor (F.) Klorida (Cl.) Nitrit (NO2.)

Bromida (Br.) Nitrat ( NO3.)

Fosfat (PO43.)

Sulfat (S042.)

Larutan standar baku stabil sehingga satu bulan dan disimpan didalam kulkas pada temperatur 4°C.

4.4.2 Cara kerja A)Kalibrasi

1. Larutan standar kalibrasi disediakan pada 3 konsentrasi yang berbeda yaitu 5 mg/L, 2 mg/L dan 1 mg/L.

Pembuatan larutan baku fluoride,klorida,nirit,bromida,nitrat,fosfat dan sulfat (100 mg/l)

Dengan menggunakan pipet, ambil 10 ml larutan baku 1000mg/l dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan aquadest sampai ke tanda ukur.


(36)

Pembuatan larutan baku fluoride, klorida,nirit,bromida,nitrat,fosfat dan sulfat (10 mg/l)

Dengan menggunakan pipet,ambil 10 ml larutan baku 100 mg/l dan masukkan ke dalam labu ukur 100ml. Tambahkan aquadest sampai ke tanda ukur.

Pembuatan larutan standar kalibrasi fluoride, klorida,nirit,bromida,nitrat,fosfat dan sulfat ( 5 mg/l, 2 mg/l dan1 mg/l) Tiga larutan standar fluoride dengan konsentrasi 5 mg/l, 2 mg/l dan 1 mg/l disediakan dengan cara pengenceran larutan baku 10 mg/l.Dengan menggunakan pipet diambil 50 ml, 20 ml, dan 10 ml larutan baku 10 mg/l ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan aquadest sampai tepat tanda batas sehingga memperoleh 5 mg/l, 2 mg/l, dan 1 mg/l larutan standar.

2. Sebanyak 0.1.1.0 mL larutan standar dengan konsentrasi 1 mg/L diinjeksi ke dalam loop.Masa retensi (menit) ditentukan dan tinggi puncak (µS/cm) atau luas ((µS/cm) x menit) direkodkan. Langkah ini diulangi dengan menggunakan larutan standar dengan konsentrasi 2 mg/L dan 5 mg/L.Plotkan tinggi puncak atau luas terhadap konsentrasi untuk mendapatkan kurva kalibrasi (data didapat langsung dari sistem data tanpa perlu dilakukan pengiraan.)

B) Prosedur

1. Sampel air sebanyak 0.1.1mL (tergantung kepada jenis loop) 2. Tinggi puncak (µS/cm) dan masa retensi (menit) direkodkan.

3.Langkah 1.2 diulang untuk sampel air yang lain.

C)Pengiraan

1. Daripada tinggi puncak (µS/cm) atau luas ((µS/cm) x menit) yang direkodkan dari anion dalam sampel air, bandingkan dengan kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasinya. Dalam penelitian ini hasil didapat langsung dari sistem data tanpa perlu dilakukan pengiraan.


(37)

Alur Cara Kerja Analisa Kadar Fluor dan Anion Lain Menggunakan Kromatografi Ion

Sistem distabilkan (system equilibration)

1. Kromatografi ion dihidupkan

2.Kadar aliran eluent ditetapkan pada 0.7 mL/min

3.Detektor disesuaikan diantara 10.30 µS/cm

4. Biarkan sehingga sistem mencapai keseimbangan

Kalibrasi

1. Larutan standar disuntik atau diinjeksikan pada loop

2.Masa retensi (menit) ditentukan

3. Tiga konsentrasi yang berbeda larutan standar (1 mg/L, 2mg/L dan 5 mg/L) disuntikkan

4. Tinggi puncak (µS/cm) atau luas((µS/cm) x menit) anion direkodkan

5.Kurva kalibrasi (plotkan tinggi puncak atau luas setiap anion terhadap konsentrasi)

Analisa sampel

1. Sampel air disuntikkan ke loop

2.Tinggi puncak (µS/cm) atau luas((µS/cm) x menit) direkodkan

Pengiraan

1. Tinggi puncak atau luas setiap anion sampel air dibandingkan dengan kurva kalibrasi untuk mendapatkan konsentrasi. (Dalam penelitian, konsentrasi anion didapat langsung dari sistem data)


(38)

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data kadar fluor dari setiap depot diambil dengan 3 kali pengulangan dengan jarak 3 hari didapatkan. Rata.rata dari 3 sampel bagi setiap depot air minum isi ulang tersebut akan dihitung. Nilai rata.rata kadar fluor ini akan menjadi kadar fluor air minum isi ulang bagi setiap depot tersebut.Hasil pengolahan dan data akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik yang bersesuaian


(39)

BAB 5

HASIL PE ELITIA DA PEMBAHASA 5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan mengambil sampel air sebanyak 3 kali dari 10 depot air minum isi ulang di kecamatan Medan Selayang. Sebanyak 30 sampel telah dikumpulkan dan dibawa ke Fakultas Sains Kimia, UKM dan konsentrasi fluoride diukur dengan menggunakan alat ion chromatography. Oleh karena alat ini turut mengukur anion lain yang berada di dalam sampel air yaitu klorida,nitrat dan sulfat maka analisa datanya turut disertakan didalam hasil penelitian.

5.1.1 Hasil Analisa Data

Kadar fluoride didalam air minum isi ulang (AMIU) yang telah dikumpulkan dari 10 depot AMIU dengan pengulangan sebanyak tiga kali dari setiap depot di Kecamatan Medan Selayang ditunjukkan didalam tabel 5.1.

Tabel 5.1

Konsentrasi Fluoride di dalam Sampel Air Minum Isi Ulang (AMIU) Depot Air

Minum Isi Ulang

Bilangan pengambilan sampel air & konsentrasi fluoride sampel air (mg/L)

Konsentrasi rata. rata fluoride (mg/L)

I II III

1 0.215 0.232 0.203 0.217

2 0.207 0.200 0.207 0.205

3 0.237 0.207 0.202 0.215

4 0.358 0.268 0.270 0.298

5 0.238 0.209 0.234 0.227

6 0.209 0.297 0.206 0.237

7 0.322 0.291 0.297 0.303

8 0.210 0.249 0.283 0.247

9 0.199 . 0.218 0.209


(40)

Keterangan:

I: Pengambilan sampel pertama II:Pengambilan sampel kedua III:Pengambilan sampel ketiga

Daripada data pada tabel 5.1, dari semua sampel yang dikumpulkan, kadar tertinggi fluoride (0.358 mg/L) adalah sampel dari depot AMIU 4 pada pengambilan sampel yang pertama. Sementara kadar terendah fluoride (0.199 mg/L) dari keseluruhan sampel air adalah sampel dari depot AMIU 9 juga pada pengambilan sampel yang pertama. Nilai konsentrasi fluoride sampel kedua dari depot AMIU 9 pula tidak terdeteksi oleh alat ion chromatography. Kadar fluoride yang diperhatikan pada sampel air I,II dan III dari depot AMIU 9 relatif tinggi berbanding sampel dari depot AMIU lain.

Konsentrasi fluoride sampel dari setiap depot AMIU diambil nilai rata. ratanya dan ditampilkan pada grafik 5.1.

Grafik 5.1. Konsentrasi Rata9rata Fluoride Setiap Depot AMIU 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 Depot AMIU 2 Depot AMIU 9 Depot AMIU 3 Depot AMIU 1 Depot AMIU 5 Depot AMIU 10 Depot AMIU 6 Depot AMIU 8 Depot AMIU 4 Depot AMIU 7 K o n se n tr a si r a ta -r a ta f lu o ri d e ( m g /L )


(41)

Berdasarkan g penelitian menunjukkan Daripada 10 depot AM AMIU 1,2,3,5,6,8,9 dan yaitu depot AMIU 4 da nilai 0.3 mg/L.

Distribusi frequ konsentrasinya diillustra

Grafik 5.2. Distribu Dalam menentuk 80% berada diantara 0.2 konsentrasi diantara 0.2 sampel (100%), konsentr

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.05 D is tr ib u si F re k u e n si ( % )

asarkan grafik diatas, konsentrasi rata.rata fluoride menunjukkan variasi yang kecil yaitu diantara 0.205 0 depot AMIU, konsentrasi fluoride air pada 8 depot

,5,6,8,9 dan 10 berada diantara 0.2.0.25mg/L. Hanya 2 AMIU 4 dan 7 yang konsentrasi fluoride airnya yang

ribusi frequensi (%) kadar rata.rata fluoride band nya diillustrasikan didalam grafik 5.2.

Distribusi Frekuensi Konsentrasi Fluoride Sampe m menentukan kadar fluoride didalam air minum isi ula diantara 0.2.0.25 mg/L. Sementara 10% masing –masing diantara 0.25.0.3 mg/L dan 0.3.0.35 mg/L. Dan dari

%), konsentrasi fluoridenya adalah kurang dari 0.35 mg/L

0.1 0.15 0.2 0.25

Rentang Konsentrasi Fluor (mg/L)

ta fluoride pada sampel ntara 0.205.0.303 mg/L. ada 8 depot yaitu depot L. Hanya 2 depot AMIU airnya yang menghampiri

uoride banding rentang

oride Sampel AMIU inum isi ulang, sebanyak

masing berada pada /L. Dan dari keseluruhan

0.35 mg/L.


(42)

Konsentrasi anion lain didalam air minum yang sama juga dimasukkan ke dalam tabel 5.2 dibawah.

Tabel 5.2

Konsentrasi Rata9rata Anion di dalam Air Minum Isi Ulang Depot AMIU Konsentrasi rata9rata (mg/L)

Klorida Nitrat Sulfat

1 2.380 1.301 18.951

2 2.307 3.838 20.191

3 2.415 0.931 19.604

4 1.560 3.843 7.879

5 2.657 0.757 18.088

6 2.476 1.332 18.979

7 1.984 1.030 9.591

8 2.993 1.001 19.390

9 2.759 1.461 19.119

10 2.505 1.523 18.991

Didalam tabel 5.2 diatas, anion yang terdapat didalam sampel air minum adalah klorida,nitrat dan sulfat. Konsentrasi klorida rata.rata adalah diantara 1.560.2.993 mg/L. Konsentrasi nitrat rata.rata sampel air ini pula adalah diantara 0.757.3.843 mg/L. Sementara konsentrasi sulfat rata.rata adalah diantara 7.879.20.191 mg/L.


(43)

5.2 Pembahasan

Seperti yang ditunjukkan pada grafik 5.1, konsentrasi rata.rata fluoride bagi semua sampel menunjukkan variasi yang kecil yaitu dalam rentang 0.205. 0.303 mg/L. Rentang yang sempit pada konsentrasi rata.rata fluoride bagi semua sampel air kemungkinan besar disebabkan sumber air yang didapatkan oleh semua depot dalam penelitian ini adalah dari sumber air yang sama. Sumber airnya mungkin kontak dengan tanah dan batu yang rendah kandungan fluoridenya, ini mungkin adalah sebab kadar fluoride pada sampel diperhatikan rendah. Kadar fluoride di dalam air sebenarnya bervariasi di seluruh dunia , ini tergantung kepada lokasi geografi. Banyak faktor yang mempengaruhi kandungan fluoride seperti batu volkanik, granit dan batu gneissic. Batu.batu ini tinggi kadar fluoride dan sering ditemukan di bawah tanah sehingga mempengaruhi kadar fluoride air bawah tanah (WHO, 2000). Kadar fluoride yang tinggi dan mengandungi substansi yang toksik dan infeksius banyak ditemukan di bagian selatan Asia dan Asia Tenggara seperti India dan Iran (WHO, 2000). Di dalam penelitian ini tidak diketahui dari mana sumber air yang diolah menjadi air minum diperoleh . Ada sesetengah pemilik depot AMIU mendakwa mereka menggunakan air kran namun hal ini tidak dapat dibuktikan.Penelitian lain mengenai kadar fluoride di dalam air minum di Medan tidak ditemukan sehingga hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan.

Menurut Depkes (2010) dan WHO( 2004) ,kadar maksimum fluoride yang dibolehkan didalam air minum adalah 1.5 mg/L dan menurut WHO (2004) dalam cuaca yang normal, kadar yang direkomendasikan untuk mengurangi tooth decay

adalah 1 mg/L sementara nilai minimum yang direkomendasikan adalah 0.5 mg/L. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian, kadar fluoride sampel yang didapatkan adalah dibawah 0.35 mg/ L dan konsentrasi fluoride sampel diantara 0.2.0.25 mg/L adalah 80% daripada jumlah sampel. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahawa konsentrasi fluoride air adalah rendah berbanding dari yang direkomendasikan. Kurangnya konsentrasi fluoride didalam air minum yang


(44)

merupakan sumber nutrisi fluoride utama bagi manusia akan menyebabkan masalah pada kesehatan manusia terutamanya gigi dan struktur tulang.

Kadar fluoride yang tinggi sehingga 10 mg/L dapat menyebabkan terjadinya fluorosis gigi sementara kadar fluoride yang rendah, kurang dari 0.1 mg/L akan menyebabkan meningkatnya resiko untuk terjadi karies gigi (Edmunds & Smedley., 1996).Telah dilaporkan bahawa suitable substitution antara karies dan fluorosis sering terjadi pada konsentasi fluoride sekitar 0.7 mg/L (Heller et al., 1999). Malangnya dalam penelitian ini menunjukkan bahawa kadar fluoride air minum adalah dibawah 0.7 mg/L. Resiko terjadinya karies gigi terutamanya pada anak.anak juga meningkat. Oleh sebab itu, adalah penting untuk memperhatikan asupan fluoride terutamanya pada anak.anak yang meminum air minum isi ulang sebagai sumber utama air minum. Rendahnya kadar fluoride didalam air minum dengan meningkatnya resiko terjadi karies pada anak.anak ini dapat disokong oleh data dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, yang menyatakan bahawa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90.05% yang ternyata cukup tinggi. Rendahnya kadar fluoride didalam air minum merupakan salah satu faktor mengapa derajat keparahan dan prevalensi karies gigi di Indonesia cukup tinggi.

Selain dari fluorida, alat ion chromatography yang digunakan dalam penelitian ini juga turut mendeteksi anion lain yaitu klorida, nitrat dan sulfat. Anion ini sebenarnya ditemukan didalam air minum dan tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia kecuali pada konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi maksimum yang dibenarkan oleh Depkes (2010) bagi klorida ,nitrat dan sulfat masing.masing adalah 250 mg/L, 50mg/L dan 250 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian ini konsentrasi klorida (1.560.2.993 mg/L), nitrat (0.757.3.843 mg/L) dan sulfat (7.879.20.191 mg/L) yang disimpulkan adalah rendah berbanding nilai maksimum yang dibenarkan.


(45)

BAB 6

KESIMPULA DA SARA 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapati bahawa kadar air minum isi ulang dari depot. depot di Kecamatan Medan Selayang ternyata mengandungi kadar fluoride yang rendah.Kadar fluoride rata.ratanya adalah diantara 0.205.0.303 mg/L dan dari keseluruhan sampel AMIU konsentrasi fluoride yang tertinggi diperoleh adalah 0.358 mg/L sementara konsentrasi fluoride yang terendah adalah 0.199 mg/L. Sedangkan kadar masing.masing ion Nitrat, Sulfat dan Klorida yang serentak diperoleh dari penelitian ini adalah jauh dibawah kadar maksimum yang diizinkan.

6.2 Saran

Hasil dari penelitian ini menunjukkan air minum isi ulang di Kecamatan Medan Selayang mengandungi kadar fluoride yang rendah berbanding kadar yang direkomendasikan oleh WHO, Oleh sebab itu dokter gigi dan juga pemberi pelayanan kesehatan perlu peka terhadap masyarakat, mereka mungkin menderita defisiensi fluoride dan karies gigi jika menggunakan air ini sebagai sumber utama air minum seharian. Suplemen fluoride mungkin perlu dipertimbangkan.

Masyarakat juga perlu diberi edukasi mengenai pentingnya penjagaan kesehatan gigi, aplikasi fluoride dan kontrol diet serta menyarankan agar melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi atau klinik kedokteran gigi sebelum terjadinya karies.Peran dokter terutama dokter gigi sebagai penyuluh saat menangani pasien perlu ditingkatkan.

Peneliti selanjutnya bisa melakukan penelitian dengan melihat hubungan antara prevalensi karies gigi dengan kadar fluoride didalam air minum . Penelitian lain yaitu analisa kadar fluoride didalam pasta gigi dan teh juga bisa dilakukan. Dinas kesehatan bisa menganalisa kadar fluoride depot air minum dari semua depot di Medan dan dilakukan pembandingan.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Aoba,T., Fejerskov, O., 2002. Dental fluorosis: Chemistry and biology. Crit Rev Oral Biol Med Vol 13:155–171. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Cao, J., Bai, X., Zhao, Y., Zhou, D., Fang, S., Jia, M. and Wu, J., 1997. Brick tea consumption as the cause of dental fluorosis among children from

Mongol, Kazak and Yugu populations in China. Food and Chemical Toxicology, 35(8), 827–833. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water: 22.

Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States. Available from:

http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5014a1.htm. [Accessed 23 March 2011].

Chow, L.C., 1990. Tooth.bound fluoride and dental caries. J Dent Res 69(special issue):595..600. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Persyaratan Kualitas Air Minum . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes /Per/IV/2010. Available from:


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aoba,T., Fejerskov, O., 2002. Dental fluorosis: Chemistry and biology. Crit Rev Oral Biol Med Vol 13:155–171. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Cao, J., Bai, X., Zhao, Y., Zhou, D., Fang, S., Jia, M. and Wu, J., 1997. Brick tea consumption as the cause of dental fluorosis among children from

Mongol, Kazak and Yugu populations in China. Food and Chemical Toxicology, 35(8), 827–833. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water: 22.

Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States. Available from:

http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5014a1.htm. [Accessed 23 March 2011].

Chow, L.C., 1990. Tooth.bound fluoride and dental caries. J Dent Res 69(special issue):595..600. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Persyaratan Kualitas Air Minum . Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes /Per/IV/2010. Available from:


(48)

%20ttg%20Persyaratan%20Kualitas%20Air%20Minum.pdf [ Accessed 25 March 2011]

Edmunds, W.M. and Smedley, P.L., 1996. Groundwater geochemistry and health: an overview. In: Appleton, Fuge and McCall [Eds] Environmental

Geochemistry andHealth. Geological Society Special Publication, 113, 91–105. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:6.22.

Ericsson, S.Y., 1997. Cariostasis mechanisms of fluorides: clinical observations.

Caries Res, 11(suppl 1):2..23. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006.

Fluoride in Drinking Water.

Featherstone, J.D.B., 1999. Prevention and reversal of dental caries: role of low level fluoride. Community Dent Oral Epidemiol ,27:31..40. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

FRRDF 1999 State of Art Report on the Extent of Fluoride in Drinking Water and the Resulting Endemicity in India. Fluorosis Research and Rural

Development Foundation,New Delhi.Dalam:Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:105.106.

Grandjean, P., Olsen, J.H., 2004. Extended Follow.up of Cancer Incidence in Fluoride.ExposedWorkers. J 3atl Cancer Inst; Vol. 96, No. 10. Available from:


(49)

http://jnci.oxfordjournals.org/content/96/10/802.2.full.pdf [Accessed 2 April 2011].

Hamilton, I.R., 1990. Biochemical effects of fluoride on oral bacteria. J Dent Res, 69(special issue):660..7. Dalam: Centers for Disease Control and

Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Heikens, A., Sumarti, S., van Bergen, M., Widianarko, B., Fokkert, L., van Leeuwen, K. And Seinen, W. 2005 The impact of the hyperacid Ijen Crater Lake: risks of excess fluoride to human health. Science of the Total Environment, 346, 56–69. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:107.

Hem, J.D., 1989. Study and Interpretation of the Chemical Characteristics of 3atural Water. Water Supply Paper 2254, 3rd edition, US Geological Survey, Washington, D.C., 263 pp. Murray J.J. [Ed.] 1986 Appropriate Use of Fluorides for Human Health, World Health Organization, Geneva.

IPCS, 2002. Fluorides. Environmental Health Criteria 227. World Health Organization, Geneva.

Kidd, E.A.M., Thylstrup, A., Fejerskov, O., Bruun, C., 1980. Influence of fluoride in surface enamel and degree of dental fluorosis on caries development in vitro. Caries Res, 14:196..202. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.


(50)

Dent Res Vol 69(special issue):558.Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Lu, Y., Sun, Z.R., Wu, L.N., Wang, X., Lu, W., Liub, S.S., 2000. Effect of High Fluoride On Water Intelligence In Children.Fluoride , 33 No. 2 74.78. Available from:

http://www.fluoridealert.org/epa08/lu.2000.pdf [ Accessed 23 March 2011].

Murray J.J. [Ed.] 1986 Appropriate Use of Fluorides for Human Health, World Health Organization, Geneva. Available from:

http://whqlibdoc.who.int/publications/1986/9241542039_(part1).pdf [Accessed 27 March 2011].

London:British Fluoridation Society, 2004. History of Water Fluoridation. Available from:

http://www.nature.com/bdj/journal/v199/n7s/pdf/4812863a.pdf [Accessed 29 March 2011]

Reeves, T.G. 1986 Water Fluoridation. A Manual for Engineers and Technicians. United States Department of Health and Human Services, Centres for Disease Control and Prevention, 138 pp. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:6.26.

Reeves, T.G. 1994 Water Fluoridation. A Manual for Water Plant Operators. United States Department of Health and Human Services, Centres for Disease Control and Prevention, 99 pp. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:6.26.


(51)

Sintawati, F.X., 2001. Studi Evaluasi Pertama Fluoridasi Air Minum di Kodya

Banjarmasin Tahun ke Empat.Available from:

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk.gdl.res.2001.fx. 267.fluoridasi [Accessed 3 April 2011].

Supranto, J., 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen.Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. Available from:

http://www.pdfwindows.com/goto?=http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2 010/05/MENGHITUNG.BESAR.SAMPEL.PENELITIAN.pdf&25287 [Accessed 14 Mei 2011]

Tatevossian, A., 1990. Fluoride in dental plaque and its effects. J Dent Res 69(special issue):645..52. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Thylstrup, A., 1990. Clinical evidence of the role of pre.eruptive fluoride in caries prevention. J Dent Res ;69(special issue):742..50. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Thylstrup, A., Fejerskov, O., Bruun, C., Kann, J., 1979. Enamel changes and dental caries in 7.year.old children given fluoride tablets from shortly after birth. Caries Res ;13:265..76. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.


(52)

Trivedi, M.H., Verma, R.J., Chinoy, N.J., Patel, R.S., Sathawara, N.G., 2007. Effect of High Fluoride Water On Intelligence of School Children In India.

Fluoride 40(3)178–183. Available from:

http://wearechangecoloradosprings.org/doc/indiaFluoride.pdf [Accessed 23 March 2011].

USEPA 1996 R.E.D. FACTS, Cryolite, EPA.738.F.96.016, United States Environmental Protection Agency.

USNRC 1993 Health Effects of Ingested Fluoride. National Research Council, National Academy Press, Washington D.C.

Vani, M.L. & Reddy, K.P., 2000. Effects of Fluoride Accumulation On Some Enzymes of Brain and Gastrocnemius Muscle of Mice. Vol. 33 No. 1 17. 26. Available from: http://www.fluoride.journal.com/00.33.1/331.17.pdf [Accessed 3 April 2011].

Whitford, G.M., 1997. Determinants and mechanisms of enamel fluorosis. Ciba Foundation Symposium, 205, 226–241.

White, D.J., Nancollas, G.H., 1990. Physical and chemical considerations of the role of firmly and loosely bound fluoride in caries prevention. J Dent Res

Vol 69(special issue):587..94.

WHO 1996 Guidelines for Drinking"Water Quality. Second Edition. Volume 2, Health criteria and other supporting information. World Health

Organization, Geneva. Available from:

http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/2edaddvol2a.pdf [Accessed 3 April 2011]


(53)

WHO 2004 Guidelines for Drinking"Water Quality. Volume 1 Recommendations. 3rd edition, World Health Organization, Geneva. Available from:

http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/GDWQ2004web.pdf [Accessed 3 April 2011].

Yadav, S., Khan, T.I., Gupta, S., Gupta, A.B. and Yadava, R.N. 1999 Fluorosis in India with special reference to Rajasthan.


(1)

%20ttg%20Persyaratan%20Kualitas%20Air%20Minum.pdf [ Accessed 25 March 2011]

Edmunds, W.M. and Smedley, P.L., 1996. Groundwater geochemistry and health: an overview. In: Appleton, Fuge and McCall [Eds] Environmental

Geochemistry and Health. Geological Society Special Publication, 113, 91–105. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:6.22.

Ericsson, S.Y., 1997. Cariostasis mechanisms of fluorides: clinical observations. Caries Res, 11(suppl 1):2..23. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water.

Featherstone, J.D.B., 1999. Prevention and reversal of dental caries: role of low level fluoride. Community Dent Oral Epidemiol ,27:31..40. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

FRRDF 1999 State of Art Report on the Extent of Fluoride in Drinking Water and the Resulting Endemicity in India. Fluorosis Research and Rural

Development Foundation, New Delhi.Dalam:Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:105.106.

Grandjean, P., Olsen, J.H., 2004. Extended Follow.up of Cancer Incidence in Fluoride.ExposedWorkers. J 3atl Cancer Inst; Vol. 96, No. 10. Available from:


(2)

http://jnci.oxfordjournals.org/content/96/10/802.2.full.pdf [Accessed 2 April 2011].

Hamilton, I.R., 1990. Biochemical effects of fluoride on oral bacteria. J Dent Res, 69(special issue):660..7. Dalam: Centers for Disease Control and

Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Heikens, A., Sumarti, S., van Bergen, M., Widianarko, B., Fokkert, L., van Leeuwen, K. And Seinen, W. 2005 The impact of the hyperacid Ijen Crater Lake: risks of excess fluoride to human health. Science of the Total Environment, 346, 56–69. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:107.

Hem, J.D., 1989. Study and Interpretation of the Chemical Characteristics of 3atural Water. Water Supply Paper 2254, 3rd edition, US Geological Survey, Washington, D.C., 263 pp. Murray J.J. [Ed.] 1986 Appropriate Use of Fluorides for Human Health, World Health Organization, Geneva.

IPCS, 2002. Fluorides. Environmental Health Criteria 227. World Health Organization, Geneva.

Kidd, E.A.M., Thylstrup, A., Fejerskov, O., Bruun, C., 1980. Influence of fluoride in surface enamel and degree of dental fluorosis on caries development in vitro. Caries Res, 14:196..202. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.


(3)

Dent Res Vol 69(special issue):558.Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Lu, Y., Sun, Z.R., Wu, L.N., Wang, X., Lu, W., Liub, S.S., 2000. Effect of High Fluoride On Water Intelligence In Children.Fluoride , 33 No. 2 74.78. Available from:

http://www.fluoridealert.org/epa08/lu.2000.pdf [ Accessed 23 March 2011].

Murray J.J. [Ed.] 1986 Appropriate Use of Fluorides for Human Health, World Health Organization, Geneva. Available from:

http://whqlibdoc.who.int/publications/1986/9241542039_(part1).pdf [Accessed 27 March 2011].

London:British Fluoridation Society, 2004. History of Water Fluoridation. Available from:

http://www.nature.com/bdj/journal/v199/n7s/pdf/4812863a.pdf [Accessed 29 March 2011]

Reeves, T.G. 1986 Water Fluoridation. A Manual for Engineers and Technicians. United States Department of Health and Human Services, Centres for Disease Control and Prevention, 138 pp. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:6.26.

Reeves, T.G. 1994 Water Fluoridation. A Manual for Water Plant Operators. United States Department of Health and Human Services, Centres for Disease Control and Prevention, 99 pp. Dalam: Fawell, J., Bailey, K., Chilton, J., Dahi, E., Fewtrell, L., and Magara, Y., 2006. Fluoride in Drinking Water:6.26.


(4)

Sintawati, F.X., 2001. Studi Evaluasi Pertama Fluoridasi Air Minum di Kodya

Banjarmasin Tahun ke Empat.Available from:

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk.gdl.res.2001.fx. 267.fluoridasi [Accessed 3 April 2011].

Supranto, J., 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen.Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. Available from:

http://www.pdfwindows.com/goto?=http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2 010/05/MENGHITUNG.BESAR.SAMPEL.PENELITIAN.pdf&25287 [Accessed 14 Mei 2011]

Tatevossian, A., 1990. Fluoride in dental plaque and its effects. J Dent Res 69(special issue):645..52. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Thylstrup, A., 1990. Clinical evidence of the role of pre.eruptive fluoride in caries prevention. J Dent Res ;69(special issue):742..50. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.

Thylstrup, A., Fejerskov, O., Bruun, C., Kann, J., 1979. Enamel changes and dental caries in 7.year.old children given fluoride tablets from shortly after birth. Caries Res ;13:265..76. Dalam: Centers for Disease Control and Prevention, 2001. Recommendation for Using Fluoride to Prevent and Control Dental Caries in United States.


(5)

Trivedi, M.H., Verma, R.J., Chinoy, N.J., Patel, R.S., Sathawara, N.G., 2007. Effect of High Fluoride Water On Intelligence of School Children In India. Fluoride 40(3)178–183. Available from:

http://wearechangecoloradosprings.org/doc/indiaFluoride.pdf [Accessed 23 March 2011].

USEPA 1996 R.E.D. FACTS, Cryolite, EPA.738.F.96.016, United States Environmental Protection Agency.

USNRC 1993 Health Effects of Ingested Fluoride. National Research Council, National Academy Press, Washington D.C.

Vani, M.L. & Reddy, K.P., 2000. Effects of Fluoride Accumulation On Some Enzymes of Brain and Gastrocnemius Muscle of Mice. Vol. 33 No. 1 17. 26. Available from: http://www.fluoride.journal.com/00.33.1/331.17.pdf [Accessed 3 April 2011].

Whitford, G.M., 1997. Determinants and mechanisms of enamel fluorosis. Ciba Foundation Symposium, 205, 226–241.

White, D.J., Nancollas, G.H., 1990. Physical and chemical considerations of the role of firmly and loosely bound fluoride in caries prevention. J Dent Res Vol 69(special issue):587..94.

WHO 1996 Guidelines for Drinking"Water Quality. Second Edition. Volume 2, Health criteria and other supporting information. World Health

Organization, Geneva. Available from:

http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/2edaddvol2a.pdf [Accessed 3 April 2011]


(6)

WHO 2004 Guidelines for Drinking"Water Quality. Volume 1 Recommendations. 3rd edition, World Health Organization, Geneva. Available from:

http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/GDWQ2004web.pdf [Accessed 3 April 2011].

Yadav, S., Khan, T.I., Gupta, S., Gupta, A.B. and Yadava, R.N. 1999 Fluorosis in India with special reference to Rajasthan.