Teori Representasi Media Stuart Hall
19
wacana dan pernyataan yang dikemukakan oleh Narasumber terkait dengan permasalalah obat-obatan haram, melalui beberapa narasumber yang
membantah pernyataan Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi mengenai bolehnya obat-obatan haram dikonsumsi karena darurat.
Objek dari berbagai praktik ini adalah makna dan pesan dalam bentuk komunikasi atau bahasa mana pun melalui pengoperasian kode dalam rantai
sintagmatik diskursus. Maka berbagai aparatus, relasi, dan praktik produksi itu muncul, pada momen tertentu dalam bentuk wahana simbolik yang tercipta
dalam aturan bahasa.
4
Hall dalam studi tentang kajian media menggunakan isi media sebagai pemicu, untuk memulai sebuah kerangka kerja yang mengungkap lebih
banyak lagi apa yang secara umum didefinisikan sebagai peran „ideologis’
media. Pendekatan yang terakhir ini mendefinisikan media sebagai kekuatan cultural dan ideologis yang besar, yang berada dan dengan cara bagaimana
pembentukkan dan transformasi ideologi populer dalam diri para audiens ditangani.
5
Kedua, politik penandaan, yakni bagaimana praktik sosial dalam membentuk makna, mengontrol, dan menentukkan makna. Titik perhatian
Hall di sini adalah peran media dalam menandatangani peristiwa atau realitas dalam pandangan tertentu, dan menunjukkan bagaimana kekuasaan ideologi di
sini berperan. Ideologi menjadi bidang di mana pertarungan dari kelompok
4
Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa Yogyakarta :Jalasutra, 2011, h. 214.
5
Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa, h. 214.
20
yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi, posisi demikian juga menunjukkan bahwa ideologi melekat pada produksi sosial, produksi media dan sistem
budaya. Setiap budaya memberikan bentuk episode pemikiran tertentu dan menyediakan anggota dari komunitas tersebut sebuah pemikiran atau gagasan
tertentu sehingga mereka tinggal menerima taken for granted dalam pengetahuan mereka. Efek dari ideologi dalam media itu adalah menampilkan
pesan dan realitas hasil kontruksi tersebut tampak seperti nyata, natural, dan benar. Pengertian tentang realitas itu tergantung pada bagaimana sesuatu
tersebut ditandakan dan dimaknai.
6
Menurut Althusser ideologi adalah citraan, representasi, kategori yang melaluinya manusia menjalani dengan cara
imajiner relasi
nyatanya dengan
kondisi eksistensinya.
Althusser mendefinisikan ideologi sebagai sebuah reprsentasi tentang relasi imajiner
individu-individu dengan kondisi real keberadaan mereka. Karakter, imajiner, relasi ini mengacu pada karakter ideologi yang menyebabkan suatu kondisi
tidak terpersepsi tanpa terdistorsi. Efek ideologis ini tidak dianggap berasal dari kesadaran palsu atau kehendak untuk menipu oleh kelas dominan,
melainkan penyamaran yang tak terelakkan atas pelbagai realitas sosial.
7
Dalam representasi Stuart Hall terdapat pembahasan tentang budaya, kajian tentang budaya didasarkan secara teoritis pada pengetahuan yang akurat
tentang subjek yang bersangkutan.
8
Teks-teks merupakan jenis respons berbeda terhadap interpretasi pertanda histori yang menentukkan. Teks-teks
6
.Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta :PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011, h. 31.
7
Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa Yogyakarta: Jalasutra, 2011, h.33.
8
Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa, h. 4.
21
tersebut memuat pemikiran yang memiliki disiplin agar bisa relevan dengan atau mungkin mempengaruhi zaman atas teks-teks sendiri. Teks-teks itu jauh
dari netral atau ilmiah: teks-teks itu sendiri merupakan intervensi budaya.
9
Levi Straus dan Barthes menggunakan model linguistik struktural sebagai paradigma untuk studi budaya ilmiah. Bahasa yang merupakan media untuk
menghasilkan makna adalah sistem yang teratur atau yang terstruktur dan sekaligus sarana ekspresi. Bahasa bisa secara ketat dan sistematis dikaji
namun bukan dalam kerangka sejumlah determinasi sederhana. Sebaliknya, bahasa harus di analisis sebagai struktur kemungkinan yang beragam, susunan
unsur dalam rangkaian pertandaan, bukan sebagai praktik mengekspresikan dunia, yakni mereflesikannya dalam kata-kata. Budaya tidak lagi semata-
mata merefleksikan praktik lain dalam ide. Budaya pada dirinya sendiri adalah praktik-praktik, melakukan pertandaan, dan memiliki produk sendiri yang
jelas kata-katanya yaitu makna.
10
Representasi terdapat elemen-elemen yang ditandai secara teknis, yaitu dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan
sebagainya. Sedangkan dalam telelvisi seperti kamera, tata cahaya, editing, musik dan sebagaiknya. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam
kode representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana objek di gambarkan: karakter, narasi, setting, dialog dan sebagainya. Representasi
sekaligus misrepresentasi
tersebut adalah
peristiwa kebahasaan.
Misrepresentasi adalah ketidakbenaran penggambaran, kesalahan sebagaimana
9
Stuart Hall, Budaya Media Bahasa, h.6.
10
Stuart Hall, dkk., Budaya Media Bahasa Yogyakarta: Jalasutra, 2011, h. 28.
22
mestinya atau adanya tetapi digambarkan secara buruk. Oleh karena itu, yang perlu dikritisi disini adalah pemakaian bahasa yang ditampilkan oleh media.
Proses ini berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas yang dibaca oleh khalayak. Terdapat dua proses yang dilakukan media dalam
memaknai realitas. Pertama, memilih fakta. Proses ini tidak mungkin melihat peristiwa tanpa persepektif. Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan
dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat, dan proposisi apa, dengan bantuan
aksentuasi foto dan gambar apa dan sebagainya.
11