Jurnalisme Profetik Representasi Pesan Dakwah Islam Dan Nilai-Nilai Jurnalisme Profetik Tentang Obat-Obatan Haram Pada Program Berita Liputan Utama Di Hidayatullah Televisi (Studi Kasus Berita Obat-Obatan Haram Pada Berita Liputan Utama Di Hidayatullah Te

30 terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, memanipulasi atau mendistorsi fakta dan sebagainya. Tablighartinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran, bukan malah memutarbalikkan kebenaran. Fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis muslim dituntut mampu menganalisis dan membaca situasi termasuk membaca apa yang diperlukkan umat. 33 Istilah profetik mengacu pada peristiwa Isra’ mi’raj Muhammad saw. Peran kenabian Muhammad saw yang tidak tergoda oleh manisnya perjumpaan dengan Allah swt saat Isra’ Mi’raj, dibuktikan dengan kembalinya Rasulullah saw tengah-tengah komunitas manusia untuk menyerukan kebenaran dan transformasi transenden. Dengan kata lain, pengalaman religius itu menjadi dasar keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi berbeda keterlibatannya dalam sejarah kemanusiaan. Sunah nabi berbeda dengan jalan seorang mistikus yang puas dengan pencapaiannya sendiri. Sunag nabi yang demikian itulah yang disebut sebagai etika profetik menurut Kuntowijoyo. 34 Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah untuk mengangkat derajat kemanusiaan memanusiakan manusia, membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan. Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang meniru tanggung jawab sosial para nabi. Dengan menyebut ilmu-ilmu profetik seperti halnya komunikasi 33 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, h. 38. 34 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, h. 129. 31 profetik, kita hanya mendapatkan substansinya bukan bentuk. Ilmu profetik menemukan bentuknya dalam wujud ilmu integralistik yang menyatukan wahyu Tuhan dan akal pikiran manusia. Ilmu sosial profetik hadir untuk menempatkan nalar, akal, rasio dan pengalaman empiris sebagai alat untuk menafsirkan wahyu Tuhan atas realitas. Ilmu sosial profetik akan menghadapkan Al-Quran pada realitas sosial atau sebaliknya, wahyu akan ditempatkan sebagai sumber bagi terbentuknya konstruksi sosial. Pilar ilmu sosial profetik ada tiga, yaitu humanisasi amar ma’ruf, liberasi nahi munkar, dan transendensi tu’minu billah. 35 Pengalaman komunikasi Rasulullah s.a.w. ditempatkan pada konteks masa lalu untuk diserap nilainya pada konteks saat ini. Harapan agar komunikasi profetik mampu muncul sebagai konsep alternatif yang memberikan pencerahan dan kemerdekaan yang selama ini justru memperbudak manusia. Manusia menjadi jajahan baru teknologi komunikasi modern. Di antara konsepsi pemahaman komunikasi profetik masa lalu dan harapan masa depan dari konteks gempuran komunikasi saat ini, ada sikap, motivasi, dan suasana hati. Inilah yang kemudian membangun kesadaran bersama menjadi persepsi kolektif kita, sehingga kita satu persepsi dalam memahami pengertian komunikasi profetik. 36 Solusi kenabian prophetic religious policies dapat diterapkan dalam berbagai permasalahan multikultural dan multireligi yang rumit dan kompleks 35 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, h. 130. 36 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, h. 137. 32 dengan memodifikasi dan mengimprovisasinya disesuaikan dengan situasi, kondisi dan konteks zamannya. Pengaruh media cetak dan elektronik, sebagai contoh, telah mengubah kehidupan kita lebih pelik dari masa kenabian dulu. Konsep mengenai komunikasi persuasif atau profetik tercantum juga dalam Al-Quran, 37 yaitu sebagai berikut: Dan hendaklah ada di antara kamu sekelompok umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang Berjaya. QS. Ali Imran: 104 Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.QS. Ali Imran: 110 Misi komunikasi profetik adalah membebaskan manusia sejauh mungkin dari praktik komunikasi yang menimbulkan syak wasangka, kebohongan publik, penyebaran fitnah, kebohongan yang dusta. Komunikasi profetik tidak menoleransi segala perilaku yang dinilai mempraktikan kebohongan. Dalam cita-cita masyarakat profetik, segala kabar bohong yang tersaji di media harus diberi apresiasi kognisi yang interaktif. Khalayak atau 37 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, h.14. 33 komunikan dalam masyarakat profetik tidak diposisikan sebagai objek yang hanya menerima saja seluruh sajian televisi, atau penerima receiver seperti istilah yang dinyatakan Shannon dan Weaver, tetapi diposisikan sebagai subjek dalam kegiatan komunikasi. 38

E. Jurnalistik Televisi

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962. Saat itu masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tapi siaran pertama televisi di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Booming televisi dimulai pada tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decorder. 39 Televisi didasarkan pada teknologi elektronik. Dalam teknologi yang masih analog, kamera peka cahaya memindai sebuah adegan dengan pergeseran amat cepat melintasi beberapa ratus garis horizontal. Hasilnya adalah lintasan cahaya yang ditransmisikan ke penerima, dan penerima ini mengubahnya kembali menjadi gambar aslinya dengan memanfaatkan elektron yang dikirimkan garis horizontal di layar kaca. Sekarang terjadi pergeseran dari teknologi ke digital. 40 Jurnalisme televisi bersandar pada informasi visual dalam mengilustrasikan lapisannya. Termasuk wawancara kamera dengan orang- 38 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profektif: Konsep dan Pendekatan, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, h. 135. 39 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media: Bandung, 2006, h.15. 40 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Prenada Media Group, 2008, h. 228. 34 orang sengaja dilibatkan dan berkaitan dengan objek yang diwawancarai. Grafis juga bisa digunakan dengan mendukungnya. 41 Televisi lebih mengutamakan kecepatan dan berita yang disampaikan kepada pemirsa dengan berlomba-lomba menampilkan berita secara langsung. Televisi bekerja lebih untuk menampilkan gambar yang menarik dan fakta yang akurat kepada khalayak. Fokus utama berita televisi biasanya kurang mengutamakan isi. Mereka lebih menekankan kualitas televisi sebuah berita, seperti tayangan videonya, tata suara, pemilihan waktu tayang dan bagaimana semua hal tersebut cocok untuk disiarkan. 42 Televisi mempengaruhi pemikiran khalayak yang melihatnya baik dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang. Televisi memberikan pengaruh bagi pikiran khalayak. Para jurnalis televisi hanya mengambil berita yang memiliki pengaruh yang paling kuat dan disaat itulan mereka membuatnya menjadi berita terbaik yang dapat mereka kerjakan. 43 Jurnalis televisi menginformasikan fakta, peristiwa dan fenomena. Kualitas pribadi jurnalis televisi ditentukan pada setiap bentuk penyiaran. Bagaimana ia mempengaruhi pemirsa dengan tayangan yang memiliki keistimewaan personalitas. Salah satu aspek jurnalisme televisi ialah menampilkan persoalan, kejadian dan fenomena melalui kemasan tayangan suara dan gambar. 41 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Jakarta: Kalam Indonesia, 2005, h. 82. 42 Septiawan Santara K., Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 120. 43 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h.124. 35

F. Berita

Berita merupakan sebuah laporan tentang suatu peristiwa, kecenderungan,opini, situasi, kondisi yang sangat cepat disampaikan melalui media yang mengandung hal yang menarik dan penting bagi masyarakat. 44 Berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang aktual, menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa periodik yaitu surat kabar, majalah, radio dan televisi. Berita televisi bukan hanya sekadar melaporkan fakta tulisan atau narasi, tetapi juga gambar visual, baik gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita dan mampu memikat pemirsa. Bagi berita televisi, gambar adalah primadona atau paling utama daripada narasi. Kalau gambar berita yang disiarkan mampu bercerita banyak, maka narasi hanya sebagai penunjang saja. Berita televisi tanpa gambar tidak ubahnya dengan berita radio. Jadi, dapat disimpulkan, berita televisi adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat manusia atau kedua-duanya yang disertai gambar visual, aktual, menarik, berguna dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik. 45 Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang disebut piramida terbalik. Dalam menulis berita setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, whendanhow atau biasa disebut dalam rumus 5W+1H dapat 44 Suhaemi M.si dan Rulli Nasrullah M.si., Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 28. 45 Drs. Arifin S. Harahap, M.si, Teknik Memburu dan Menulis Berita TV Jakarta: PT Indeks, 2007, h. 4.