Tinjauan Pustaka Sistematika Penulisan

16 Bab III Profil Hidayatullah TV Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat Hidayatullah TV, visi dan misi Hidayatullah TV dan struktur redaksi Hidayatullah. Bab IV Analisa Data dan Penemuan Bab ini berisi temuan data penelitian yaitu nilai pesan dakwah Islam dan nilai jurnalisme profetik. Bab V Penutup Bab ini meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiran- lampiran. 17 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Teori Representasi Media Stuart Hall

Istilah representasi menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi itu penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak. 1 Representasi dilakukan oleh sebuah media tertentu guna memunculkan dan membuat gambaran pada media tersebut. Representasi tidak akan ada jika representasi tersebut tidak dibuat sesuai dengan misi media itu sendiri dan memenuhi media itu sendiri. Jadi, reprsentasi melalui proses bagaimana gagasan ditampilkan oleh suatu media. Menurut Stuart Hall, media melakukan representasi kelompok lain melalui proses yang kompleks, melalui proses pendefinisian dan penandaan, sehingga ketika ada kelompok yang buruk dalam pemberitaan, itu direpresentasikan sebagai sesuatu yang wajar, terlihat alamiah, memang demikian kenyataannya. Hall berpendapat, media memainkan peranan penting. Media tidaklah secara sederhana dipandang refleksi dari konsensus, 1 Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011, h. 113. 18 tetapi media mereproduksi dan memapankan definisi dari situasi yang mendukung dan melegitimasi suatu struktur, mendukung suatu tindakan dan mendelegitimasi tindakan lain. 2 Menurut Hall, pandangan realitas yang didominasi oleh kelompok sosial di masyarakat memberikan pengaruh pada pembentukkan ideologi melalui mana representasi dari realitas dunia tersebut tampak sebagai natural atau alami. Dalam proses pembentukkan realitas tersebut, ada dua titik perhatian Stuart Hall. Pertama,bahasa. Bahasa, sebagaimana dipahami oleh kalangan strukturalis, merupakan sistem penandaan. Realitas dapat ditandakan secara berbeda pada peristiwa yang sama. Makna yang berbeda dapat dilekatkan pada peristiwa yang sama. Makna timbul dari proses pertarungan sosial, di mana masing-masing pihak atau kelompok saling mengajukan klaim kebenarannya sendiri. Wacana di sini dipahami sebagai arena pertarungan sosial, dan semuanya diartikulasikan lewat bahasa. Bahasa dan wacana disini dianggap sebagai arena pertarungan sosial, dan bentuk pendefinisian realitas. Jadi, kenapa A harus ditafsirkan seperti ini dan bukan seperti itu, dikarenakan lewat pertarungan sosial dalam memperebutkan dan memperjuangkan makna, pada akhirnya penafsiran atau pemaknaan tertentu yang menang dan lebih diterima. 3 Bahasa yang ditampilkan oleh media melalui proses pertarungan sosial dan dalam skripsi ini proses pertarungan sosial tersebut ditandai dengan 2 Eriyanto, ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011, h. 27-28. 3 Eriyanto, ANALISIS WACANA: PengantarAnalisisTeks Media, Yogyakarta:PT. LKiS Printing Cemerlang, 2011, h.29-30. 19 wacana dan pernyataan yang dikemukakan oleh Narasumber terkait dengan permasalalah obat-obatan haram, melalui beberapa narasumber yang membantah pernyataan Menteri Kesehatan, Nafsiyah Mboi mengenai bolehnya obat-obatan haram dikonsumsi karena darurat. Objek dari berbagai praktik ini adalah makna dan pesan dalam bentuk komunikasi atau bahasa mana pun melalui pengoperasian kode dalam rantai sintagmatik diskursus. Maka berbagai aparatus, relasi, dan praktik produksi itu muncul, pada momen tertentu dalam bentuk wahana simbolik yang tercipta dalam aturan bahasa. 4 Hall dalam studi tentang kajian media menggunakan isi media sebagai pemicu, untuk memulai sebuah kerangka kerja yang mengungkap lebih banyak lagi apa yang secara umum didefinisikan sebagai peran „ideologis’ media. Pendekatan yang terakhir ini mendefinisikan media sebagai kekuatan cultural dan ideologis yang besar, yang berada dan dengan cara bagaimana pembentukkan dan transformasi ideologi populer dalam diri para audiens ditangani. 5 Kedua, politik penandaan, yakni bagaimana praktik sosial dalam membentuk makna, mengontrol, dan menentukkan makna. Titik perhatian Hall di sini adalah peran media dalam menandatangani peristiwa atau realitas dalam pandangan tertentu, dan menunjukkan bagaimana kekuasaan ideologi di sini berperan. Ideologi menjadi bidang di mana pertarungan dari kelompok 4 Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa Yogyakarta :Jalasutra, 2011, h. 214. 5 Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe dan Paul Willis, Budaya, Media, Bahasa, h. 214.