1. Howard D. Crosse J. Hemple Rivai, et al., 2007:540
“Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka
melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan para pemilik”.
2. F.E. Perry Rivai, et al., 2007:542
“Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan deposit dari nasabah, memberikan kredit, dan atau
menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali”.
3. Suyatno 2007:1
“Definisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Pertama, bank dilihat sebagai penerima kredit. Dalam pengertian pertama ini bank
menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk simpanantabungan, deposito, dan giro. Pengertian pertama ini
mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun uang dari pihak ketiga. Kedua, bank dilihat sebagai
pemberi kredit, ini artinya bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. Ketiga, bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyartakat
melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanantabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank”.
2.1.2 Fungsi Intermediasi Bank
Bank berfungsi sebagai intermediasi dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana
masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang
No.7 Tahun 1992 tentang perbankan dan telah diubah dengan Undang-undang No.10 tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penting bagi
bank untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat. Masyarakat berharap dana
yang mereka simpan di bank akan aman. Untuk itu bank harus menjaga tingkat kesehatannya karena bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh
pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya bank harus
memperhatikan likuiditasnya yaitu terjadinya penarikan dana simpanan maupun pinjaman dengan tetap berupaya menjaga profitabilitasnya, untuk itu bank harus
berhati-hati dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi perbankan adalah
Loan to Deposit Ratio LDR. Alasan LDR digunakan sebagai ukuran intermediasi karena LDR mengukur efektivitas perbankan dalam penyaluran
kredit melalui dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Jadi, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
2.1.3 Likuiditas Bank
Menurut Simorangkir 2004 “likuiditas adalah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang
sudah jatuh tempo dan memberikan pinjaman Loan kepada masyarakat yang memerlukan”.
Likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan Susilo, 2000 : 1. Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum
yang ditetapkan Bank Sentral. 2. Penarikan dana oleh para deposan.
3. Penarikan dana oleh debitur. 4. Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo.
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya
maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Secara umum dapat dikatakan bahwa penyimpanan dana untuk menjaga
masalah likuiditas dapat diklasifikasikan ke dalam empat hal Utari , 2011: a. Primary Reserve cadangan utama.
Primary Reserve dapat dikatakan sebagai kas suatu kegiatan perbankan atau rekening cadangan yang lebih besar dari legal
reserve yang dibutuhkan. b. Secondary Reserve cadangan kedua.
Secondary Reserve terdiri dari federal funds old dan surat-surat berharga pemerintah jangka pendek misalnya untuk Indonesia
adalah SBI=Sertifikat Bank Indonesia. Dapat ditambahkan disini bahwa surat-surat berharga yang masuk kedalam klasifikasi ini
adalah surat berharga yang harus mempunyai kualitas bagus sangat kecil risiko defaultgagal, jatuh tempo untuk jangka
pendek kurang dari satu tahun, dan mudah diperjualbelikan. c. Tertiary reserve cadangan ketiga.
Tertiary reserve adalah dirancang untuk memenuhi perlindungan likuditas terhadap perubahan-perubahan jangka panjang seperti
peningkatan permintaan peminjaman atau menurunnya deposit yang masuk. Surat-surat berharga pemerintah dengan masa jatuh
tempo sekitar 1 hingga 2 tahun adalah yang termasuk ke dalam klasifikasi ini.
d. Investment reserve cadangan investasi. Investment reserve adalah cadangan untuk antisipasi likuiditas
yang biasanya ditujukan kepada kemampuan untuk menghasilkan pendapatan. Biasanya yang termasuk ke dalam klasifikasi ini
adalah surat-surat berharga dengan masa jatuh tempo lebih besar dari dua tahun. Klasifikasi-klasifikasi cadangan ini menyebabkan
bank harus melakukan suatu investasi portofolio dengan masa jatuh tempo yang berbeda.
Kuncoro dan Suhardjono 2002 menyatakan bahwa: Pengelolaan likuiditas ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas
yang disebabkan oleh adanya kekurangan dana, sehingga dalam memenuhi kewajibannya bank tidak perlu harus mencari dana dengan
suku bunga yang relatif tinggi di pasar uang atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan kerugian yang relatif besar yang
akan mempengaruhi pendapatan bank. Apabila keadaan ini terjadi dan terus berlanjut tidak tertutup kemungkinan akan terjadi erosi
kepercayaan masyarakat terhadap bank.
2.2. Definisi Variabel 2.2.1