70
5.2.2. Aktivitas
Aktivitas utama pada jalan Bulan adalah memperjual-belikan sayur mayur dan buah-buahan dalam jumlah yang lebih kecil eceran. Dikarenakan
kuantiti yang dijual berbeda dengan jalan Sutomo, maka aktivitas yang terjadi pun sedikit kurangnya berbeda. Pada jalan Sutomo dapat terlihat lebih banyak
penjual daripada pembeli, sedangkan pada jalan Bulan terlihat lebih banyak pembeli daripada penjual. Pada jalan Sutomo, mayoritas dari penjualnya sudah
memiliki pembeli tetap dan beberapa diantaranya memesan barang dagangannya melalui telepon dan penjual akan mengirimnya dengan becak barang, sehingga
transaksi tatap muka pun tidak terjadi. Penjual dan pembeli di jalan Sutomo juga susah dibedakan dikarenakan pembelinya juga merupakan penjual eceran pada
pasar lainnya. Hal yang berbeda terjadi di jalan Bulan dimana setiap pembeli yang datang melakukan tawar menawar dengan penjual, memilih sayur,
menimbangnya, dan membayar untuk barang tersebut. Penjual dan pembeli pada jalan Bulan juga mudah dibedakan. gambar 5.21
Gambar 5.21. Perbedaan aktivitas di jalan Sutomo dan jalan Bulan Sumber : Data primer diolah,2014
Universitas Sumatera Utara
71
Namun, aktivitas-aktivitas yang terjadi di jalan Bulan tersebut belum terakomodasi sepenuhnya oleh setting fisik jalan Bulan. Hal ini mengakibatkan
para pedagang perlu membawa kitperalatan berdagang mereka masing-masing seperti meja, tenda, kursi, dan timbangan. Namun, kit tesebut tidak akan dibawa
pulang setiap harinya oleh pedagang, tetapi dititipkan kepada penduduk setempat atau hanya ditinggalkan di pinggir jalan.
Toko-toko pada Jl.Bulan, yang memiliki fungsi mix-used sebagai toko dan tempat tinggal, sudah beroperasi sekitar jam 3 - 4 dini hari pada waktu yang
bersamaan dengan para PKL Jl.Bulan tersebut gambar 5.22. Para PKL dan
pemilik toko juga melakukan interaksi mutualisme yang saling menguntungkan
seperti menitipkan kit jualan kursi, timbangan, tenda, dll kepada pemilik toko yang dibayar per bulannya. Selain itu, beberapa PKL juga menumpang kamar
mandi kepada toko yang berada di sekitar tempat jualannya sehingga ia tidak perlu membayar Rp 1.000,- tiap kali menggunakan toilet umum di Pajak Bulan,
yang letaknya juga cukup jauh. Dari jenis barang yang diperjual-belikan oleh para PKL dan toko pun saling terkait dan melengkapi. Barang yang dijual pada
toko di Jl.Bulan merupakan bahan pokok kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak, sabun, dll. Di sisi lain, para PKL menjual sayur-mayur, buah-buahan,
dan daging, sehingga seluruh kebutuhan pokok pengunjung dapat ditemukan di Pajak Bulan. Dengan begitu aktif dan vitalnya aktivitas-aktivitas yang terjadi di
jalan Bulan, maka jalan Bulan dapat dikatakan sudah menjadi sebuah koridor komersil
.
Universitas Sumatera Utara
72
Sesuai dengan teori Sarwono 1992, terdapat dua jenis perilaku penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya, yang pertama adalah
mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungannya yang disebut dengan
adaptasi dan yang kedua adalah mengubah lingkungan agar sesuai dengan
tingkah lakunya yang disebut dengan adjustment. Pada Pajak Bulan, pengguna
ruang penjual,pembeli, dan penduduk hanya melakukan penyesuaian adaptasi. Adaptasi dapat berupa tindakan langsung maupun penyesuaian mental. Beberapa
wujud adaptasi pedagang yang berupa tindakan langsung, antara lain:
Membawa kitperalatan berdagang yang tidak tersedia di Pajak Bulan, tindakan ini tidak merubah lingkungan karena peralatan tersebut
berbentuk tidak permanen dan dapat dibongkar-pasang. Lampu yang disimpan oleh PD Pasar dan kit dagang yang dititipkan
kepada penduduk. Perilaku seperti ini menunjukkan adaptasi penjual terhadap keamanan setempat.
Gambar 5.22. Toko-toko mix-used pada Jl.Bulan Sumber : Data primer diolah,2014
Universitas Sumatera Utara
73
Tetap berjualan dikala hujan, para penjual yang tidak memiliki tenda mengaku hanya menggunakan jas hujan meminjam payung.
Pembeli yang menggunakan sepatu boot ke pasar. Perilaku ini merupakan wujud adaptasi pembeli terhadap keadaan pasar yang becek dan kotor.
Wujud adaptasi pengguna ruang yang berupa penyesuaian mental adalah
masalah kebisingan dan kekotoran pasar. Sebuah pasar tetap saja tidak akan lepas dari kebisingan dan kekotoran, sehingga pengguna ruang hanya dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut dan secara bertahap akan terbiasa dengan lingkungannya.
Penjual-penjual pada jalan Bulan lebih sering melakukan interaksi dengan pembelinya daripada penjual di jalan Sutomo. Hal ini dikarenakan
aktivitas ekonomi pada jalan Sutomo yang lebih kompleks dan sibuk sedangkan penjual pada jalan Bulan memiliki waktu yang panjang dan tatap muka yang
lebih banyak dengan pembeli-pembelinya. Namun seluruh penjual pada Pajak Bulan memiliki hubungan sosial yang baik dan saling mengenal satu sama
lainnya, hal ini sudah terbukti dari hasil kuisioner yang terlampir sebelumnya dalam gambar 5.7.
– 5.10.
Person-centered mapping salah satu penjual pada Pajak Bulan dapat
dilihat pada gambar 5.23. Pemetaan ini menggambarkan aktivitas seorang pedagang petai eceran yang datang ke pasar jam 4.30 WIB dengan becak
barangnya. Penjual tersebut lalu membuka tenda dan mejanya, dan mulai menyusun sayur mayur dagangannya. Sambil mengupas petainya, beberapa
Universitas Sumatera Utara
74
pembeli sudah mulai berdatangan. Pada jam 7 – 8 WIB merupakan puncak
kesibukan dari penjual ini. Saat pasar sudah mulai menyepi, penjual pun mulai membereskan barangnya dan. Sekitaran jam 9.30, becak langganannya akan
datang, penjual pun menaikkan sisa dagangannya, dan meninggalkan pasar tersebut. Urutan kegiatan seperti ini dilakukan setiap harinya oleh penjual
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
75
Gambar 5.23. Person-centered Mapping seorang penjual di jalan Bulam. Sumber: Data primer diolah,2014
Universitas
Sumatera
Utara
76
5.2.3. Waktu