kelapa sawit untuk kelangsungan pabrik; dan bersama petani menjaga kelestarian dan keamanan lingkungan di sekitar unit usaha Bekri.
Jika kita amati berdasarkan keterangan informan di atas maka dapat disimpulkan dampak yang diharapkan dari pengembangan kelapa sawit melalui pola kemitraan
yaitu: meingkatkan pendapatan dan mengentaskan kemiskinan petani mitra; meningkatkan hasil produksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif komoditi
ekspor perkebunan rakyat; meningkatkan efisiensi dan produktifitas pemanfaatan SDA khususnya dalam penggunaan lahan; mempercepat alih teknologi,
management dan kelembagaan kepada petani mitra; mengembangkan daerah di sekitar perusahaan dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya; terakhir merupakan
wujud kerjasama yang paling menguntungkan antara petani mitra dan PTPN VII.
2. Landasan Dasar Pola Kemitraan
Awal tahun 1992 pemerintah mulai membuat regulasi untuk mendorong pelaksanaan kemitraan dan sebagai acuan dasar bagi BUMN khususnya PTPN VII
dalam mengimplementasikan kemitraan, antara lain dengan diterbitkannya UU No. 12 Tahun 1992 tentang sistem budaya tanaman. Pasal 47, 48, dan 49
mengenai pengarahan badan usaha untuk berkerjasama secara terpadu dengan usaha petani. Hal ini berarti pemerintah menugaskan badan usaha untuk
mendorong kerjasama, keterpaduan budidaya, pemasaran dan industri. GBHN 1993 mempertegas hal ini dengan mengamanatkan bahwa pengembangan dan
pembinaan usaha nasional harus didorong melalui perluasan kerjasama antara usaha sekala besar, menengah, dan kecil termasuk di dalamnya usaha informal
dan tradisional berdasarkan kemitraan usaha yang saling mendukung dan saling
menguntungkan. SK Menkeu No. 316KMK0161994 turut menginstruksikan pemanfaatan dana bagian laba BUMN untuk pelaksanaan kerjasama tersebut.
Sementara itu, UU No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan menengah atau besar disertai pembinaan, pengembangan dengan memperhatikan perinsip saling
membutuhkan, memperkuat dan menguntungkan. Kemudian diikuti PP No. 44 Tahun 1997 menjelaskan bahwa usaha menengah atau besar yang melaksanakan
kemitraan dengan usaha kecil bekewajiban memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kemitraan, menunjuk penanggung jawab kemitraan,
menaati dan melaksanakan ketentuan yang telah diatur dalam perjanjian kemitraan serta, melakukan pembinaan kepada mitranya.
Peraturan-peraturan di atas, menjadi landasan bagi PTPN VII untuk menjalankan kemitraan yaitu sebagai proses penglibatan masyarakat pemilik lahan di sekitar
unit usaha. Harapannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus mengaktualisasikan peran sosial perusahaan agar esistensinya dapat dirasakan
oleh masyarakat sekitar sehingga kerjasama tersebut saling menguntungkan dan berkesinambungan. Pilihan ini cukup strategis apalagi dengan pengembangan
komuditas kelapa sawit melalui: pengalihan teknologi terapan, kemandirian pengelolaan agribisnis, meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi pedesaan, dan
pasokan bahan baku olah pabrik. Bentuk kerjasama yang dilaksanakan dalam program ini adalah berupa pengadaan bibit kelapa sawit yang berkualitas, dan hal
ini dapat langsung dirasakan atau mengena pada petani.
3. Bentuk – bentuk Kemitraan yang Dikembangkan PTPN VII Persero