Non Voting Behaviour Dalam Pemilu Presiden 2009 Suatu Studi Perilaku Tak Memilih Di Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan
NON VOTING BEHAVIOUR DALAM PEMILU
PRESIDEN 2009
SUATU STUDI PERILAKU TAK MEMILIH DI KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
D I S U S U N Oleh:
NAMA :PEBRINA ELISABETH SIBURIA
NIM : 050906068
DOSEN PEMBIMBING : Drs. P. ANTHONIUS SITEPU, M. Si DESEN PEMBACA : INDRA FAUZAN, SHI, M.Soc.Sc
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMETERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dan diperbanyak oleh: Nama : Pebrina Elisabeth Siburian
Nim : 050906068
Departemen : Ilmu Politik
Judul : Non Voting Behaviour dalam Pemilu 2009, Suatu Studi PerilaTak Memilih di Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Menyetujui Ketua
Departemen Ilmu Politik
(Drs. Heri Kusmanto, MA) NIP.196410061998031002
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
(Drs, P, Anthonius Sitepu, M.Si) (Indra Fauzan, SHI,M.Soc. Sc) NIP.195207011985111001 NIP.198102182008121002
Mengetahui Dekan FISIP USU
Drs. Humaizi, MA NIP. 195908091860111002
(3)
NON VOTING BEHAVIOUR DALAM PEMILU
PRESIDEN 2009
SUATU STUDI PERILAKU TAK MEMILIH DI KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Nama : Pebrina Elisabeth Siburian Nim : 050906068
ABSTRAKSI
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung terkait dengan peran serta masyarakat dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik dan kandidat yang ada. Proses pemilihan Presiden langsung ini akan menghadirkan perilaku politik dari masing-masing pemilih. Dan banyak faktor yang mempengaruhi preferensi kandidat dari pemilih tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah pendidikan yang dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku pemilih.
Sikripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Paranginan kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggamnarkan secara umum perilaku politik dari masyarakat Kecamatan Paranginan dan sekaligus untuk mengetahui seberapa besar partisipasi mereka terhadap pemilihan. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang sudah terdaftar dalam pemilihan Presiden di Kecamatan Paranginan. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini bahwa penelitian dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut memilih. Penelitian dilakukan terhadap responden yang telah berhak memilih yaitu yang telah berusia 17 tahun keatas atau sudah menikah. Metode yang dilakukan adalah metode kuantitatif yaitu metode dengan mengumpulkan data yaitu penelitian ini kepustakaan dan mengumpulkan data di lapangan serta penyebaran kuisioner. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel secara purposif sampling. Dan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane maka jumlah responden yang akan diteliti adalah 96 orang.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor ekonomi sangat mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Hal inilah penyebab masyarakata Kecamatan paranginan banyak tidak ikut dalam pemilihan Presiden. Selain itu juga selai dari karna faktor ekonomi partisipasi masyarakat kecamatan paranginan dalm hal pemilihan presiden sangat kurang dibanding dengan pemilihan-pemilihan yang lainya.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis pancatkan terhadap Tuhan Yesus Kristus yang maka pengasih dan penyayang dimana atas kasih dan berkatnya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan sikripsi ini dengan baik.
Skiripsi ini disusun melalui pengumpulan data melalui kepustakaan dan penyebaran kuisioner di lapangan. Dalam sikripsi ini digambarkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut memilih di Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dalam penyusunan sikripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik itu melalui bimbingan, petunjuk dan saran, keterangan-keterangan serta data yang diberikan secra tertulis maupun lisan oleh karenanya maka sikripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Terimakasih yang sebesar-besarnya buat Bapak/Mama tercinta L. Siburian/ R. Br.siregar trimakasih atas doa, dukungan serta dana yang dikeluarkan dalam penyelesaian perkuliahan penulis sampai selesai, kiranya kasih dan Anugerah Tuhan Yesus Kristus yang menyertai setiap langkah-langkah hidup bapak/mama makin diberikan kesehatan terutama buat bapak semoga cepat sembuh dari penyakitnya.
Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada 1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan bapak Prof. DR.
M. Arif Nasution, M. A
2. Bapak Drs. Heri Kusmanto, M. A. Selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU
(5)
3. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang rela Meluangkan Waktunya Bagi Penulis sehingga Sikripsi penulis dapat selesai kiranya Kasih Tuhan Yesus yang menyertai Bapak
4. Bapak Indra Fauzan, SHI, M. Soc. Sc Selaku Dosen Pembaca penulis dan yang selalu memberi nasehat dan arahan buat peneliti
5. Bapak Drs. A. Taufan Sebagai Dosen Akademik Peneliti yang selalu memberi arahan dalam proses pengambilan matakuliah dan perkuliahan 6. Semua Dosen-Dosen departemen Ilmu Politik yang tak bisa penulis satu
persatu
7. Bang Didi/Bang Hendra Sebagai Sekretaris Jurusan yang telah membantu penulis dalam urusan surat-urat
8. Bang Rusdi trimakasih bang atas semua bantuan Abang buat Penulis, dalam urusan surat-surat yang peneliti butuhkan
9. Bapak Camat Paranginan Haposman Sianturi yang telah memberikan izin buat peneliti untuk mengambil semua data yang peneliti butuhkan
10.Bapak Harafel Sianturi selaku bagian pemerintahan dari Kecamatan paranginan trimakasih banyak atas bantuan bapak buat penulis, baik dalam memberikan data, diskusi dan arahan bapak buat penulis
11.Kepada kakak-kakak, abang ipar penulis mengucapkan trimakasih buat semua bantuan dan doa kalian buat penulis terkhusus buat kakak dan abang aku Alida Siburian, SE, Jimmi Manurung, ST trimakasih atas bantuan kalian buat penulis baik berupa dana. Doa dan semuanya yang
(6)
12.Buat adek tercinta Jusuf Siburian trimakasih atas doa mu ya adek ku, moga sukses dalam kuliah mu dan tingkatkan Pelayananmu dalam Melayani Tuhan Yesus
13.Abang dan Eda aku trimakasih atas semuanya ya
14.Buata ponakan aku ada Adam Zerico, Christina, Agustina, Darosa, Nikholay, Ananda, Kezzya, William dan Jhonathan Rublenco mudah-mudahan jadi anak yang berguna bagi Negara terutama bagi Tuhan
15.Buat adek-adek ku Hunter Siburian, Hendrik Tennis, Yohana tetep tabah ya adek walaupun bapak dan mama tercinta tidak ada lagi tetap semangat ya jadikanlah Bapak Tua dan mama Tua sebagai orang tua kalian
16.Kepada seluruh keluarga besar Siburian/Siregar dan Keluarga besar Op.Parlinggoman Siburian.
17.Kepada sahabat-sahabat aku ada Hendrik, Maria, Rolas, FX. Oktavianus, Ronal dan yang tak bisa lagi penulis sebutkan trimakasih buat dukungan dan kebersamaan kita selama 5 tahun mulai perkuliahan sampai sekarang ini.
18.Buat para adek junior ada Isabella, Eka, Stella, Maria makasih atas doa dan semangat yang kalian berikan buat penulis semoga cepat menyusul ya...
19.Kepada teman-teman sepelayanan aku di Gereja GKPI Padang Bulan, terutama buata kakak aku, Samlina Nainggolan, Duarni Tinambunan dan
(7)
Dalam Skripsi ini penulis menyadari banyak kekurangan, baik kekurangan dalam menulis, kuripan dan yang lainya penulis berharap bagi orang-orang yang membaca penulis berharap bagi para pembaca dapat memakluminya.
Akhir kata, salam manis dan hangat buat para peminat yang membaca tulisan ini mudah-mudahan apa yang terdapat dalam Skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, 09 Juni 2010 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
Abstraksi ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... vi
BAB I PENDAHULUAN... 1
1. Latar Belakang Masalah ... 1
2. Perumusan Masalah ... 10
3. Tujuan Penelitian... 11
4. Manfaat Penelitian... 11
5. Kerangka Teori ... 11
5.1. Perilaku Pemilih... 12
5.1.1 Pendekatan Sosiologis... 12
5.1.2 Pendekatan Psikologis ... 13
5.1.3 Pendekatan Rasional ... 14
5.1.4 Pendekatan Kepercayaan Politik ... 16
5.2 Pemilihan umum ... 16
5.2.1 Sistem Pemilihan Umum ... 17
5.2.2 Partai Politik... 19
5.2.3 Sistem Kepartaian... 21
5.2.4 Pemilihan Presiden Secara Langsung ... 22
5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak Ikut memilih ... 23
5.1 Faktor Ekonomi ... 23
5.2 Faktor Pendidikan ... 25
5.3 Faktor Budaya... 26
6. Metode Penelitian... 27
6.1 Jenis Penelitian... 27
6.2 Lokasi Penelitian... 28
6.3 Populasi Sampel... 28
6.4 Teknik Pengumpulan Data... 31
(9)
6.6 Sistematika Penulisan... 33
BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian... 34
1. Sejarah Kecamatan Paranginan... 34
2. Letak Geografis, Demokgrafi dan perekonomian ... 37
2.1.1 Geografis ... 37
2.1.2 Keadaan Demokgrafis ... 38
2.1.3 Perekonomian... 40
2.2 Pekerjaan ... 41
2.3 Agama ... 42
2.4 Pendidikan ... 43
BAB III Penyajian Data dan Analisi Data... 45
3.1 Karakteristik responden... 45
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat yang sudah Terdaftar Sebagai Pemilih Tetap Tetapi Tidak Ikut Dalam Pemilihan Presiden ... 48
BAB IV Kesimpulan dan saran ... 62
Kesimpulan ... 62
Saran ... 64
(10)
NON VOTING BEHAVIOUR DALAM PEMILU
PRESIDEN 2009
SUATU STUDI PERILAKU TAK MEMILIH DI KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Nama : Pebrina Elisabeth Siburian Nim : 050906068
ABSTRAKSI
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung terkait dengan peran serta masyarakat dalam memberikan dukungan suara kepada partai politik dan kandidat yang ada. Proses pemilihan Presiden langsung ini akan menghadirkan perilaku politik dari masing-masing pemilih. Dan banyak faktor yang mempengaruhi preferensi kandidat dari pemilih tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah pendidikan yang dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku pemilih.
Sikripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Paranginan kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggamnarkan secara umum perilaku politik dari masyarakat Kecamatan Paranginan dan sekaligus untuk mengetahui seberapa besar partisipasi mereka terhadap pemilihan. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilih yang sudah terdaftar dalam pemilihan Presiden di Kecamatan Paranginan. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini bahwa penelitian dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut memilih. Penelitian dilakukan terhadap responden yang telah berhak memilih yaitu yang telah berusia 17 tahun keatas atau sudah menikah. Metode yang dilakukan adalah metode kuantitatif yaitu metode dengan mengumpulkan data yaitu penelitian ini kepustakaan dan mengumpulkan data di lapangan serta penyebaran kuisioner. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel secara purposif sampling. Dan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane maka jumlah responden yang akan diteliti adalah 96 orang.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor ekonomi sangat mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Hal inilah penyebab masyarakata Kecamatan paranginan banyak tidak ikut dalam pemilihan Presiden. Selain itu juga selai dari karna faktor ekonomi partisipasi masyarakat kecamatan paranginan dalm hal pemilihan presiden sangat kurang dibanding dengan pemilihan-pemilihan yang lainya.
(11)
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu Negara yang menganut paham demokrasi, rakyat merupakan pemengang kedaulatan tertinggi. Berhak turut dalam menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya akan menentukan kebijakan umum.
Pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasi dalam menentukan wakil-wakilnya baik di lembaga legislatif maupun eksekutif juga sebagai sarana ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Demokrasi di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan pasca runtuhnya rezim orde baru. Kehidupan berdemokrasi jauh menjadi lebih baik, rakyat dapat dengan bebas mengeluarkan pendapat dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik yang sangat dibatasi pada orde baru. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun, bangsa Indonesia telah melaksanakan pemilihan umum (pemilu) yang membuat bangsa-bangsa lain terperangah dan harus mengakui bahwa bangsa-bangsa Indonesia mampu mengatasi masa kritis dalam melakukan transformasi politik. Kontestasi politik tersebut dilakukan secara maraton dan masih sejak pemilu legislatif 1999, dan dilanjutkan dengan pemilu anggota DPR, DPRD, DPD, serta pemilu presiden/wakil presiden secara langsung.1
Sementara itu pada tingkat lokal, Juni 2005 sampai dengan November 2007 telah dilakukan kontestasi politik untuk memilih kepala daerah lebih dari tiga ratus kali. Suatu proses politik yang mempunyai tingkat percepatan dan jumlah
(12)
yang belum pernah ditandingi oleh negara lain mana pun di dunia. Secara umum pemilu yang dilakukan secara maraton tersebut dapat dilaksanakan secara damai dan adil. Secara universal pemilihan umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan sebuah pemerintahan perwakilan (representative
government) yang menurut Dahl, merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi
suatu pemerintahan demokrasi di zaman modern. Bahkan pengertian demokrasi itu sendiri secara sederhana tidak lain adalah suatu sistem politik di mana para pembuat keputusan kolektif tertinggi dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala. Karena itu, pemilu bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan pemerintah akan keabsahan kekuasaanya, melainkan juga, bahkan barangkali yang terpenting, sebagai sarana bagi rakyat untuk mengartikulasikan aspirasindan kepentingan mereka dalam kehidupan bersama.
Menurut Syamsuddin Haris2 pemilu mempunyai beberapa fungsi yang takbisa dipisahkan satu sama lain. Pertama, sebagai sarana legitimasi politik. Fungsi legitimasi itu terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik yang mewadahi format pemilu yang berlaku. Melalui pemilu, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu juga program dan kebijakan yang dihasilkanya. Kedua, fungsi perwakilan politik. Fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat, baik dalam rangka mengevaluasi maupun mengontrol perilaku pemerintah dan program serta kebijakan yang dihasilkanya. Pemilu dalam kaitan ini merupakan mekanisme demokrasi bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakil yang dapat di percaya yang akan duduk dalam pemerintahan maupun lembaga
2
(13)
legislatif. Ketiga, pemilu sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit penguasa. Keterkaitan pemilu dengan sirkulasi elit didasarkan pada asumsi bahwa elit berasal dari dan berfungsi mewakili masyarakat luas.
Secara teoritis, hubungan pemilu dengan sirkulasi elit dapat dijelaskan dengan melihat proses mobilitas kaum elit atau non elit yang menggunakan jalur institusi politik, pemerintahan, dan lembaga masyarakat seperti DPR, DPRD, partai politik, dan organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk menjadi anggota elit tingkat nasional, yakni sebagai anggota kabinet dan jabatan yang setara. Dalam kaitan itu, pemilu merupakan sarana dan jalur langsung untuk mencapai posisi elit penguasa. Dengan begitu maka melalui pemilu diharapkan bisa berlangsung pergantian atau sirkulasi elit penguasa secara kompetitif dan demokrasi. Keempat,
sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat. Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersifat langsung, terbuka, dan massal, yang diharapkan bisa mencerdaskan pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi. Dalam konteks Indonesia, fungsi pemilu sebagai sarana pencerdasan politik bagi rakyat ini menjadi penting lagi jika dihubungkan dengan cita-cita republik kita mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kaitan ini maka struktur, proses, maupun fungsi pemilu diharapkan bisa mencerdaskan dan mencerahkan wawasan masyarakat, sehingga secara berangsur kehidupan politik pun dapat dipulihkan kearah yang lebih demokratis.
Dalam pelaksanaan pemilu di kecamatan paranginan mayoritas yang menyalurkan/menyuarakan suaranya dan yang datang ke TPS adalah masyarakat
(14)
yang pekerjaanya di luar bertani (Pegawai Negeri, Guru dan pensiunan PNS) dan keluarga dekat PNS tersebut, tetapi masyarakat petani mereka lebih memilih pergi melaksanakan kegiatan yang lain ketimbang datang ke TPS untuk ikut memilih, dan ada pula masyarakat yang datang ke wilayah pemilihan tetapi tidak mau ikut memilih alasan dari masyarakat ini tidak jelas kenapa tidak mau ikut memilih, dan masyarakat lainya yang tidak datang sama sekali ke TPS tanggapan mereka bahwa pemerintah itu tidak independen kepada rakyatnya dan tidak bersikap adil kepada masyarakat yang tinggal di pedesaan, mereka berpendapat bahwa sikap pemerintah Indonesia itu yang sering diperhatikanya adalah lembaga-lembaga tertentu saja.
Salah satu yang membinggungkan masyarakat Kecamatan Paranginan bahwa pemilu pada tahun 2009 ini sangat rumit dan susah, karena sistemnya adalah sistem mencontreng, padahal pemilu-pemilu yang lewat cara memilihnya adalah sisitem mencoblos, dalam hal ini masyarakat Kecamatan Paranginan kebanyakan kebingungan dan tidak tahu apa yang akan dipilih ketika sudah sampai pada tempat memilih atau kertas suara sudah ada ditangan si pemilih, menurut wawancara sipeneliti terhadap bapak Marolop Sianturi3 selaku ketua pelaksanaan pemilihan Kecamatan Paranginan sebelum pelaksanaan pemilihan umum bapak ini beserta stafnya telah melaksanakan sosialisasi dan menerangkan bagai mana cara mencontreng pilihanya, tetapi masyarakat kurang tangkap dalam hal itu dan akibat dari situ pas pelaksanaan pemilihan itu sudah berlangsung dan
3
(15)
sampai pada penghitungan suara kertas suara banyak yang tidak tercontreng, banyak yang salah dalam pencontrengan.
Demokrasi mempunyai pengertian yang jauh lebih mendasar daripada serangkaian pemilu. Ia adalah bangunan peradaban yang memuat nilai-nilai dasar manusia yang dijadikan fondasi bagi kehidupan bersama. Nilai-nilai tersebut adalah hak-hak dasar manusia yang meliputi antara lain kesetaraan, penghargaan terhadap perbedaan, serta perlindungan minoritas oleh mayoritas. Oleh sebab itu, membangun demokrasi bukan hanya menyelenggarakan prosedur pemilihan. Mengganggap demokrasi hanya sebagai prosedur adalah pendapat yang menyesatkan. Bangsa yang telah puas berdemokrasi dengan sekadar menjalankan prosedur formal akan terjebak kepada ingar-bingar kehidupan politik yang anarkis dan tidak akan menghasilkan apa pun kecuali rakyat tidak akan percaya kepada demokrasi.
Hal yang sama tersesatnya adalah mengganggap demokrasi sekadar medan pertarungan perebutan kepentingan. Ungkapan, apalagi perilaku yang mereduksi makna demokrasi semacam itu, lambat atau cepat akan membunuh demokrasi itu sendiri. Sebagai sebuah bangunan peradaban politik dalam tatanan, demokrasi tidak sekadar pertarungan kepentingan kekuasaan, tetapi bagaimana kekuasaan dapat menghasilkan kebijakan yang menyejahterakan warganya. Refleksi tersebut sangat perlu dilakukan agar dalam menapak masa depan transformasi politik berjalan berdasarkan paradigma serta landasan pemikiran yang jelas dan benar. Oleh sebab itu, 2008, tahun kesepuluh berlangsungnya proses demokrasi, harus
(16)
dapat dijadikan tonggak penyempurnaan kehidupan politik di masa depan. Momentum tersebut harus diambil dengan memanfaatkan penyempurnaan paket Undang-Undang (UU) Politik. Beberapa gagasan yang berkembang dalam masyarakat tentang penyempuranaan RUU tersebut menyentuh hal-hal yang cukup mendasar.4
Pemilu presiden tahun 2009 calon yang akan dipilih adalah 3 pasangan calon yakni dari partai Demokrat, Golkar dan P-DIP tetapi pada pemilihan tahun 2009 ini yang unggul adalah partai Demokrat yaitu pasangan SBY dan Boediono, sama dengan halya di Kecamatan Paranginan yang unggul/suara yang paling banyak adalah untuk pasangan SBY dan Boediono dan masyarakat Kecamatan Paranginan yang banyak memilih adalah masyarakat yang memiliki pendidikan yang lumayan tinggi yakni para Guru, Pegawai Negeri dan masyarakat diluar pegawai dan masyarakat bertani tidak ikut memilih akibat dari sinilah tingkat golput (golongan putih) di Kecamatan Paranginan itu tinggi, pada hal berdasarkan jumlah penduduk masyarakat Kecamatan Paranginan menurut pendataan bagian kemasyarakatan kecamatan bahwa jumlah penduduknya kebanyakan masyarakat petani orang-orang inilah yang tidak datang ke TPS walaupun sudah terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap.
Akibat dari permasalahan yang sudah terjadi di kecamatan Paranginan kurangnya partisipasi masyarakat dalam politik (pemilihan) penulis tertarik dan terdorong untuk mengangkat judul :
4
(17)
NON VOTING BEHAVIOUR DALAM PEMILU PRESIDEN 2009
SUATU STUDI PERILAKU TAK MEMILIH DI KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan masyarakat kecamatan paranginan tidak melakukan hak suaranya pada saat pemilihan presiden peneliti berniat mengangkat judul ini karna pada saat pemilihan anggota legislatif masyarakat Kecamatan Paranginan yang sudah terdaftar sebagai pemilih tetap mayoritas datang ke TPS dan menyuarakan suaranya, menentukan siapa pilihanya. Hampir 80% masyarakat Kecamatan Paranginan ikut dalam pemilihan anggota legislatif, tetapi pada pemilihan presiden masyarakat Kecamatan Paranginan yang datang ke TPS hanya sekitar 50%, untuk itulah penulis berniat untuk mengangkat judul ini faktor apakah yang mengakibatkan masyarakat itu tidak memilih.
Dalam upaya mewujudkan terlaksananya pemilihan presiden secara langsung pemerintah membentuk undang-undang dalam pemilihan presiden, uu pemilu itu selalu berpedoman kepada UUD 1945 yang berlaku sejak 17 Agustus 1950 dan memuat 146 pasal. Adapun undang-undang dalam pelaksanaan pemilihan umum adalah sebagai berikut ini, undang-undang ini dilakukan supaya pelaksanaan pemilihan umum itu tidak semena-mena dilaksanakan melainkan untuk di taati dan untuk dipahami, undang-undang pemilu itu adalah: Undang-undang pemilu No. 27 Tahun 1948. Undang-undang-Undang-undang ini belum mengatur ketentuan
(18)
pelaksanaan pemilu secara lengkap, tetapi baru mengatur ketentuan susunan DPR.5
Dalam upaya mewujudkan terlaksananya pemilihan presiden secara langsung pemerintah membentuk undang-undang dalam pemilihan presiden, uu pemilu itu selalu berpedoman kepada UUD 1945 yang berlaku sejak 17 Agustus 1950 dan memuat 146 pasal. Adapun undang-undang dalam pelaksanaan pemilihan umum adalah sebagai berikut ini, undang-undang ini dilakukan supaya pelaksanaan pemilihan umum itu tidak semena-mena dilaksanakan melainkan untuk di taati dan untuk dipahami, undang-undang pemilu itu adalah: Undang-undang pemilu No. 27 Tahun 1948. Undang-undang-Undang-undang ini belum mengatur ketentuan pelaksanaan pemilu secara lengkap, tetapi baru mengatur ketentuan susunan DPR.
Setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) disahkan menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna DPR di Jakarta kemarin . UU PIlpres yang baru ini akan digunakan sebagai landasan untuk pelaksanaan Pilpres tahun 2009 mendatang. Mengenai syarat dukungan terhadap Capres dan Cawapres yang selama ini menjadi perdebatan menemui titik temu dan dapat disepakati. Sembilan fraksi yang ada di DPR (FPG, FPDIP, FPPP, FKB, FPD, FPDS, FPKS, FBPD dan FPBR) menyetujui syarat dukungan terhadap Capres dan Cawapres ditentukan sebesar 20% perolehan kursi di DRR atau 25% perolehan suara sah Pemilu nasional. Namun dalam UU Pilpres yang baru ini tidak diatur mengenai
5
(19)
rangkap jabatan Capres dan Cawapres terpilih dengan pimpinan Parpol. Melihat aturan dalam UU Pilpres yang baru ini, maka dalam Pilpres tahun 2009 mendatang, hanya akan diikuti maksimal empat pasangan Capres dan Cawapres
Dengan UU Pilpres yang baru ini semoga bisa menjadikan pelaksanaan Pilpres tahun 2009 berlangsung lebih demokratis dan mampu menciptakan sitem pemerintahan yang kuat di negeri ini. Dan semoga UU Pilpres ini pun masih bisa dapat dijadikan sebagai landasan pada pelaksanaan Pilpres 5 tahun berikutnya yakni pada tahun 2014, tanpa adanya perubahan. Dan akan menunjukkan bahwa sejatinya UU Pilpres yang baru ini bukan sekedar untuk kepentingan saat ini saja, namun untuk seterusnya dan bukan untuk kepentingan segelintir golongan tertentu saja, namun untuk kepentingan bangsa dan negara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum, menimbang :
1. Bahwa Pemilihan Umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Bahwa sesuai dengan tuntutan dan perkembangan dinamika masyarakat sebagaimana diungkapkan dalam Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan
(20)
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang. Bahwa pemilihan umum perlu diselenggarakan secara lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya dan dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
Tabel 1
Tingkat Partisipasi Pemilih
No. Pemilu Partisipasi Pemilih
1. 1955 91, 45 %
2. 1971 94, 02 %
3. 1977 90, 93 %
4. 1982 91, 20 %
5. 1987 91, 20 %
6. 1992 73, 16 %
7. 1997 97, 51 %
8. 1999 93, 30 %
9. 2004 84, 10 %
10. 2009 60, 30 %
sumber: http/ shodid.com/2009/07/hasil-quick-count Elvan dany sutrisno, detik pemilu
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang ingin peneliti rumuskan adalah :
2.1Mengapa masyarakat di Kecamatan Paranginan yang sudah terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT), tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Presiden pada bulan juli tahun 2009 lalu?
(21)
2.2Faktor apa yang mempengaruhi masyarakat Kecamatan Paranginan tidak menggunakan hak pilihnya?
2.3Bagaimana tingkat kepedulian masyarakat terhadap masalah politik dan masalah berdemokrasi
3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian ilmiah senantiasa diupayakan kearah terwujudnya tujuan yang di inginkan. Adapau yang menjadi tujuan dalam penelitian adalah:
3.1 Untuk mengidentifikasikan profil pemilih yang tidak ikut memilih
3.2 Untuk mengetahui alasan pemilih, mengapa tidak menggunakan hak pilihnya
3.3 Untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat dalam hal partisipasi politik dan berdemokrasi.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian ilmu di bidang ilmu politik khususnya kajian kaderisasi partai politik
4.2 Secara teoritis penelitian ini diharapkan jadi salah satu pengetahuan dalam pengembangan dari pada teori-teori politik lainya
4.3 Hasil penelitian ini secara praktis kiranya bermanfaat bagi lembaga / instansi pemerintahan seperti, Departemen Dalam Negeri, Pemerintahan Daerah dan KPU dalam kaitanya dengan perilaku pemilih.
5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan penjelasan titik tolak ataupun landasan pemikiranya dalam memecahkan atau menyoroti masalahnaya. Untuk itu perlu
(22)
disusun kerangka teori yang membuat pokok-pokok pemikiran yang menggambarkan sudut mana masalah penelitian yang akan disoroti.6
Kerangka teori merupakan landasan untuk melakukan penelitian dan teori dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi dan proporsi menerangkan sesuatu fenomena sosial secara sistematik dengan cara merumuskan hubungan antara konsep
5.1 Perilaku Pemilih
Secara teoritis ada dua penjelasan teori mengapa seseorang tidak ikut memilih dalam pemilihan. Penjelasan pertama bersumber dari teori-teori mengenai perilaku pemilih (Voter behavior). Penjelasan ini memusatkan perhatian pada individu. Besar kecilnya partisipasi pemilih (Voting turnout) dilacak pada sebab-sebab dari individu pemilih.
Secara umum analisa-analisa mengenai ” Voting Behaviour ” atau perilaku pemilih didasarkan pada empat pendekatan model yaitu7
5.1.1 Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis, yang sering disebut Mazhap Columbia (The
Columbia School Of Elektoral Behaviour), merupakan pendekatan yang
menekankan pada peran faktor-faktor sosiologis dalam membentuk perilaku politik seseorang. Pendekatan ini menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan-pengelompokan sosial seperti umur (tua/muda), jenis kelamin
6
. Hadawi Nawawi, Metode Penelitian Bidang Social, Yogyakarta: Gaja Mada Universty Press, 1995
7
. Masri Singarimbun dan Sofian Efendy, Metode penelitian survey, Jakarta Rajawali Perss, 1999 hal 122
(23)
(Pria/Wanita), agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku pemilih.
Dari berbagai ragam perbedaan dalam struktur sosial, faktor sosial merupakan unsur yang juga berpengaruh terhadap pemilihan politik seseorang, terutama dihampir semua negara-negara industri. Di Eropa, kelompok berpenghasilan rendah dan kelas pekerja cenderung memberikan suara kepada partai sosialis atau komunis, sedangkan kelas menengah dan atas biasanya menjadi pendukung partai konservatif.
5.1.2 Pendekatan Psikologis
Berbeda dengan pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis yang sering disebut Muzhab Michigan (The Michigan Survey Reseach Center) lebih menekankan pada pengaruh faktor psikologis seseorang dalam menentukan perilaku atau pilihan politik. Menurut penganut pendekatan psikologis, secara metodologis pendekatan sosiologis dianggap sulit di ukur, seperti bagaimana mengukur secara tepat sejumlah indikator kelas sosial, tingkat pendidikan, agama, dan sebagainya.
Pendekatan psikologis ini mengembangkan konsep psikologis. Khususnya konsep sikap dan sosialisasi dalam menjelaskan perilaku seseorang. Konsep merupakan variabel sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih karena menurut Greenstein ada 3 fungsi sikap yakni; pertama, sikap merupakan fungsi penting. Artinya, penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, munat dan kepentingan orang tersebut. Kedua, sikap merupakan penyesuaian diri. Artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan keiginan orang itu untuk sama
(24)
atau tidak sama dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya. Ketiga, sikap merupakan sikap eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya, sikap seseorang itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang mungkin berujud mekanisme pertahanan (Defensce Mechanisme).
Dengan demikian, konsep identifikasi partai merupakan variabel sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih dalam pendekatan psikologis ini. Dalam hal ini, hubungan pengaruh antara identifikasi partai dengan perilaku pemilih sudah menjadi aksioma.
Identifikasi partai merupakan dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain tanpa disadari. Identifikasi partai dilakukan oranag kepada seseorang kandidat atau partai politik yang dianggapnaya ideal dimata pemilih.
5.1.3 Pendekatan Rasional
Dua pendekatan terdahulu menempatkan pemilih pada waktu dan ruang kosong baik secara implisit maupun eksplit. Pemilihan ibarat wayang tidak mempunyai kehendak bebas kecuali atas kemauan dalangnya. Karasteristik sosiologis, latar belakang keluarga pembelahan kultural atau identifikasi partai melalui proses sosialis dan pengalaman hidup merupakan variabel yang secara sendiri-sendiri maupun komplomenter mempengaruhi perilaku atau pilihan politik seseorang.
Tetapi pada kenyataanya, ada sebagian pemilih yang mengubah pilihan politiknya dari suatu pemilu kepemilu lainya. Ini disebabkan oleh ketergantungan pada peristiwa-peristiwa politik tertentu yang bisa aja mengubah preferensi pilihan politik seseorang. Ada faktor-faktor situasional yang ikut berperan dalam
(25)
mempengaruhi pilihan politik seseorang dalam pemilu. Dengan begitu, pemilihan bukan hanya pasif, melainkan juga individu. Faktor-faktor situasional, bisa berupa isu-isu politik atau kandidat yang dicalonkan, mempunyai peranan penting dalam menentukan pilihan politik seseorang.
Dalam pendekatan rasional, terdapat dua orientasi yang menjadi daya tarik pemilih, yaitu orientasi isu dan orientasi kandidat. Dampak peristiwa tertentu, pengaruh isu dan kandidat yang ditawarkan terhadap perubahan situasional perilaku pemilih membuat beberapa pakar melirik model peristiwa konsumen produk bisnis sebagai salah satu pendekatan dalam memahami perilaku pemilih. Bahwa perilaku pemilih, menurut Him Melweit, merupakan pengambilan keputusan cepat dan pengambilan keputusan tersebut tergantung situasi sosial politik tertentu yang tidak berbeda dengan pengambilan keputusan lainnya.
Pendekatan rasional mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa para pemilih benar-benar rasional. Para pemilih melakukan penilaian yang valid terhadap visi, misi dan program kerja partai dan kandidat. Pemilih rasional memiliki motivasi, prinsip, pengetahuan dan informasi yang cukup. Perbedaan antara pendekatan rasional dengan lainnya bahwa pemilih rasional adalah pemberi suara yang responsitif dan tidak permanen.8
8
(26)
5.1.4 Pendekatan Kepercayaan Politik
Penggunaan variabel kepercayaan politik untuk menjelaskan perilaku politik
nonvoting, sebenarnya diadopsi dari variabel kepercayaan untuk menjelaskan
keaktifan atau ketidak aktifan seseorang dalam kegiatan politik. Ketidak aktifan dalam konsep ketidak percayaan politik sendiri selalu mengandung pengertian ganda. Pertama, ketidak aktifan dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi atas kepercayaan yang rendah terhadap sistem politik atau sebagai suatu ekspresi atas perasaan keterasingan (alienasi). Kedua, ketidak aktifan juga dapat diinterpretasikan sebagai ekspresi kepercayaan yang tinggi, di mana ketidak aktifan seseorang dalam bilik suara menendakan bahwa mereka puas terhadap sistem politik yang ada, atau tidak khawatir dengan keadaan politik yang ada.
5.2 Pemilihan Umum
Indonesia telah berulang kali melaksanakan pemilihan umum yang disebut sebagai pesta demokrasi pancasila rakyat indonesia, baik sewaktu orde baru, orde lama, sampai reformasi baru-baru ini. Pemilihan umum disebut juga dengan ”
Political Market ”. Artinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/ masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (Perjanjian Masyarakat) antara peserta pemilihan umum (Partai Politik) dengan pemilih (Rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktifitas politik yang meliputi kampanye, propoganda, iklan politik melalui media massa. Untuk bisa memilih, umumnya calon pemilih harus terdaftar sebagai pemilih terlebih dahulu. 9
9
(27)
5.2.1 Pengertian Pemilihan Umum
Pemilihan merupakan lembaga dan sekaligus praktek politik yang mempunyai dua dimensi, yang dilihat dari luar nampak berseberangan. Pemilihan dimengerti sebagai sarana bagi perwujudan kedaulatan rakyat yaitu sarana artikulasi kepentingan warga untuk menentukan wakil-wakil mereka, pemilihan juga merupakan sarana evaluasi dan sekaligus kontrol baik langsung maupun tidak langsung terhadap pemerintah dan kebijakan yang dibutuhkanya. Pemilihan juga diartikan sebagai salah satu sarana untuk memberikan dan memperkuat legitimasi politik. Pemilihan sebagai sarana pencarian kesepakatan yang tak pelak lagi, akan merupakan sebuah ruang dimana kontestasi dan tawar menawar politik antara negara dan elit penguasa di satu pihak dan masyarakat pengelompokan didalamnya.Partai politik dan pemilihan umum merupakan suatu kegiatan politik yang tidak mungkin dipisahkan. Menurut Ali Murtopo pemilihan adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatan dan merupakan lembaga demokrasi.10
5.2.2 Sistem Pemilihan Umum
Dalam sistem pemerintahan yang demokratis haruslah diatur sedemikian rupa, sehingga seluruh rakyatnya ikut serta dalam pemerintahan negara baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut sistem demokrasi langsung seluruh rakyat yang telah dewasa menjadi anggota dari suatu permusyawaratan rakyat yang bertugas untuk menetapkan dan menjalankan peraturan dari negara yang bersangkutan akan tetapi dalam sarana ketatanegaraan sistem demokrasi
10
. Syamsudin Haris Op. Cit., Hal 49-50
(28)
langsusng tidak pernah dapat diwujudkan seluruhnya. Pemilihan umum harus dilukukan dengan bebas, yang berarti bahwa para pemilih bebas sepenuhnya memberikan suaranya kepada calon-calonnya. Untuk itu harus ada jaminan, bahwa seorang pemilih tidak boleh mendapat tekanan, ancaman dengan maupun tanpa kekerasan dari siapa pun juga. Berkenan dengan pemilihan yang bebas maka pemberian suara itu harus dilaksanakan dengan rahasia tak seorang pun mengetahui kepada siapa pemilih memberikan suaranya. Untuk menjamin kebebasan dan rahasia dari pemilihan umum.11
Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum, akan tetapi umumnya berkisar pada prinsip pokok yaitu :
1. Single-Member constituency (satu daerah pemilihan memilih suatu wakil
biasanya disebut sistem Distrik).
2. Multi-Member constituency (satu daerah memilih memilih beberapa wakil, biasanya dinamakan proportional representation atau perwakilan atau perwakilan berimbang).
Secara umum sistem pemilihan umum dapat diklasifikasikan dalam dua sistem yaitu :
1. Sistem Distrik
Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan didasrkan atas kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena kecilnya daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu daerah pemilihan dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat
11
(29)
dalam perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah distrik. Calon yang dalam satu distrik memperoleh suara yang tetbanyak menang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecilnya selisih kekalahanya.
2. Sistem Proporsional.
Sistem Pemilu proporsional memiliki asumsi dasar yang berbeda. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap suara haruslah diperhitungkan. Dengan menggunakan asumsi tersebut, istilah pemenang sesungguhnya bukanlah mereka yang mengalahkan kontestan lainnya; melainkan peraih suara terbanyak karena selain mereka masih ada kontestan lainnya yang juga diperhitungkan perolehan suaranya walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit. Oleh karena itu, sistem proporsional ini lebih cocok untuk mencari wakil penduduk dan bukannya wilayah dan sering dipergunakan untuk negara-negara yang memiliki masyarakat yang cenderung plural. Derajat keterwakilan sistem ini relatif lebih baik, namun masih kalah oleh sistem distrik dalam hal kedekatan antara kontestan dengan pemilih. Beberapa variasi diperkenalkan oleh sistem ini untuk mengurangi kelemahan itu dengan mengambil beberapa prinsip sistem distrik dalam hal pemilih menentukan sendiri siapa kandidat yang disukainya di samping tanda gambar.12
5. 3 Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan
(30)
kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik menurut Carl J. Friedrich partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pemimpin partainya.
Salah satu sarana untuk berpartisipasi adalah partai politik, partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Singmud Neuman mengatakan bahwa partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yaitu mereka yang memusatkan perhatianya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda- beda. Dengan demikian partai politik merupakan perantara besar yang menghubungkan kekuatan kekuasaan dan idiologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkanya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.
Dalam negara demokrasi, partai politik menyelenggarakan 4 fungsi sebagai sarana yaitu :
1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah, artinyawah berjalan dari atas kebawah dan dari bawah keatas. Kedudukan partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara ” mereka yang memerintah” dengan mereka yang diperintah.
(31)
Sosialisasi politik adalah proses dimana seseorang memperoleh pandangan orientasi dan nilai-nilai masyarakat dimana dia berada. Proses itu juga mencakup proses dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai- nilai dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Proses sosialisasi politik sudah dimulai dari masa kecil dan diselenggarakan melalui berbagai lembaga dan kegiatan, seperti pendidikan formal, media massa seperti radio, TV dan partai politik.
3. Sarana Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik. Dengan didirikanya organisasi- organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita dan sebagainya kesempatan untuk berpartisipasi diperluas. Rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai sekaligus merupakan salah satu cara untuk menyeleksi calon-calonya.
4. Sarana Pengatur Konflik
Dalam negara demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka adanya perbedaan dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar.
5. 3.1 Sistem Kepartaian
Sistem kepartaina yang dianut Negara Indonesia adalah sistem Multi partai (banyak Partai), sistem multi partai adalah salah satu varian dari beberapa sisitem paratai yang dianut Indonesia. Andrew Heywood berpendapat bahwa sistem partai politik adalah sebuah jaringan dari hubungan dan interaksi antara partai politik
(32)
didalam sebuah sistem politik yang berjalan. Sistem kepartaina adalah sebuah pengaturan mengenai hubungan partai politik yang berkaitan pembentukan pemerintah, dan sarana yang lebih spesifik apakah kekuatan partai memberikan prospek untuk memenangkan atau berbagai kekuasaan pemerintah. Sistem Multi partai dikenal di Indonesia sejak zaman Soekarno yaitu sejak pemilu pertama di yang telah dilaksanakan Negara Indonesi yaitu pada tahun 1955 yang di ikutu 29 partai dan pemilu 2009 di ikuti 36 partai politik. Dari pengalaman pemilu 1955 inilah Indonesia menjadi menganut sisitem kepartaian menjadi Multi partai hingga pada pemili-pemilu berikutnya pun menjadi seperti itu.
5.4 Pemilihan Presiden Secara langsung
Pemilihan presiden dilaksanakan secara langsung, dan dilaksanakan masyarakat yang sudah berhak mengeluarkan hak suaranya, masyarakat yang sudah memiliki usia 17 tahun keatas atau masyarakast yang sudah menikah, dan sudah terdaftar pada Daftar Pemilih Tetap (DPT). Pemilihan umum lembaga dan sekaligus praktek politik yang mempunyai dua dimensi, yang dilihat dari luar tampak saling berseberangan. Pada dimensi pertama, pemilu umumnya dimengerti sebagai sarna bagi perwujutan kedaulatan rakyat, ia adalah sarana artikulasi penting warga negara untuk menentukan wakil-wakil mereka. Dalam pengertian ini, maka pemilu merupakan juga sarana evaluasi dan sekaligus kontrol, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap pemerintah dan kebijakan yang dibuatnya. Dimensi kedua, yang ada pemilu yaitu sebagai salah satu sarana untuk memberikan dan memperkuat legitimasi poloitik pemerintah, sehingga
(33)
keberadaan, kebijaksanaan, dan program-program yang dibuatnya dapat diwujudkan dengan lebih mudah dan mempunyai ikatan sanksi yang kuat.
Gramsci, menyatakan dalam setiap proyek hegemoni kesepakatan yang dih13asilkanya selalu berada dalam situasi cair dan tak stabil. Pemilu sebagai sarana pencarian kesepakatan itu, tak pelak lagi akan merupakan sebuah ruang dimana konsestasi dan tawar menawar politik antara negara dan elit penguasa di satu pihak dan masyarakat dan pengelompokan didalamnaya dipihak lain terjadi. Pemilihann umum adalah suatu alat yang penggunaanya tidak boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi bahkan menimbulkan hal-hal yang menderitakan rakyat, tetapi harus meminjam suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya pancasila dan dipertahankanya UUD 1945.1
5.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Untuk Tidak Memilih 5.1 Faktor Ekonomi
Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat kecamatan Paranginan untuk tidak ikut memilih karna diakibatkan dengan faktor ekonomi, kondisi ekonomi seseorang sangat mempengaruhi tingkat kebutuhanya. Artinya orang yang tingkat kebutuhanya tinggi (kaya) dengan orang yang tingkat ekonominya rendah (miskin). Gagasan tentang pembaharuan desa telah lama bertebaran banyak individu maupun) antara keduanya berada dalam memenuhi kebutuhanya. Orang kaya cenderung lebih banyak kebutuhanya dari orang miskin misalnya dalam hal melengkapi kebutuhan keluarganya. Lembaga telah lama mempromosikan pembaharuan agraria sebagai jalan untuk menciptakan keadilan
(34)
sosial bagi rakyat desa. Kini, di era reformasi lebih banyak eleman masyarakat membikin wacana pembaharuan desa semakin membana tetapi tidak terlaksana. Kebutuhan manusia relatif tak terbatas disisi lain kebutuhan itu terbatas apabila relasinya mencukupi, dalam hal ini ilmu ekonomi mengajarkan bagaimana manusia atau sekelompok manusia mampu membuat pilihan-pilihannya dengan baik sebagaimana yang di kemukakan Paul Samuelson bahwa studi mengenai bagaimana orang dan masyarakat memilih dengan tanpa menggunakan uang untuk mendapatkan sumber-sumber daya produktif yang langka demi memproduksi berbagai komoditi dari waktu kewaktu dan mendistribusikanya untuk dikonsumsi.14 Seperti halnya dalam masyarakat Kecamatan Paranginan bahwa faktor ekonomi itu sangat mempengaruhi dalam pemilihan dimana pendapatan masyarakat dalam kebutuhan hidup mayoritas dalam hasil bertani akhir-akhir ini perekonomian dari masyarakat Paranginan itu menurun padahal masyarakat bisa bertahan hidup karana dari hasil pertanian yang diperolehnya. Dalam pemilu 2009 itu masyarakat Paranginan banyak yang tidak ikut dalam pemilihan dimana perekonomianya merosot yang diakibatkan dengan hasil dari tanamanya tidak begitu bagus berikut lagi dengan faktor krisis global, dan cuaca yang buruk yang mengurangi semangat dalam berpartisipasi dalam pemilihan tersebut. Kecamatan Paranginan itu jumlah masyarakatnya 12.867 jiwa dan kebanyakan masyarakat hidupnya tergantung dari hasil pertanianya, dan masyarakat Paranginan itu mayoritas hidupnya sederhana (miskin). Jumlah masyarakat Paranginan yang bertani sebanyak 9.547 jiwa, dan pendapatan yang
14
(35)
diperoleh setiap bulannya Rp 500.000 – 1.000.000, belum lagi biaya hidup sehari-hari dan biaya hidup anak dan biaya yang lainnya.15
5.2 Faktor Pendidikan
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan sesorang akan baanyak mempengaruhi keinginan seorang (Manusia) dalam memenuhi kehidupan. R. Hayar mengatakan bahwa pendidikan itu adalah usaha untuk membentuk manusia menjadi partisipan yang bertanggungjawab dalam politik dan kekuasaan. Politik dapat diartikan sebagai aktifitas, perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan yang sah berlaku ditengah masyarakat. Pendidikan politik itu merupakan proses mempengaruhi individu agar dapat memperoleh informasi lebih lengkap, wawasan lebih jernih dan keterampilan yang mantap.16 Sekolah adalah tempat kita untuk mendapatkan segudang ilmu, disekolah kita dapat mengetahui segala apa yang ada didalam dan sekitar lingkungan kita. Memperoleh pendidikan itu sangat sulit apabila tidak ada kemauan dan tidak adanya fasilitas yang memadai hal inilah yang dialami masyarkat Paranginan pendidikanya masih minim yang mengakibatkan masyarakat itu tidak tau apa itu kekuasaan dan tidak tahu apa itu politik, sehingga dalam proses pelaksanaan pemilihan umum masyarakat bingung dengan apa yang akan dilakukanya pada saat pemilu tiba akhirnya banyak memilih untuk tidak datang ketempat pemungutan suara yang telah disediakan.
15
(36)
5.3 Faktor Budaya
Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Namun setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya seperti masyarakat umum dan para elitnya. Indonesia yang dikenal sebagai Hindia Belanda sebelum 1945 adalah sebuah negara yaang multi etnis dan multi agama yang memiliki penduduk sekitar 179 juta orang kelompok etnis terbesar adalah suku jawa yang jumlahnya hampir mendekati 50% dari jumlah penduduk keseluruhan. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat, namun setiap unsur masyarakat berbeda pula politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitnya. Kehidupan manusia didalam masyarakat memiliki peranan penting dalam sistim politik suatu negara. Manusia dalam kedudukanya sebagai mahluk sosial senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain untuk berinteraksi dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Almond dan Verba mendefenisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada didalam sistem itu.17
17
. Leo Suryadinata, Golkar dan Militer, studi tentang ilmu politik, Jakarta : LP3 ES. 1992, Hal 4-5
(37)
6. Metode Penelitian 6. 1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode studi khasus, Yin (1984), mendefinisikan penelitian studi kasus sebagai peneliti empiris yang menyelidiki suatu fenomena (gejala) kontemporer dalam konteks kenyataan (real life) dimana batas-batas antara fenomena dan konteks tersebut masih belum jelas.
Peneliti menggunakan metode studi kasus dengan alasan sebagai berikut:
1. Masalah pemilih yang tidak memilih merupakan isu kontemporer yang banyak menarik perhatian peneliti untuk mengetahui lebih jauh. Dalam setiap pemilihan umum masalah ini selalu menjadi bahan pembicaraan sehingga menarik untuk mengetahui masalah yang sebenarnya
2. Gejala dan konteks yang terjadi dalam setiap pemilihan umum tersebut dalam situasi kenyataanya belum jelas sehingga diperlukan penelitian penelitian yang mendalam.
3. Penelitin ini bertujuan untuk mengungkap beberapa pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan ” apa ”, ” mengapa ”, dan ” bagaimana ” gejala yang terjadi dalam masalah penelitian ini.
4. Penelitian ini menggunakan berbagai sumber dan teknik pengumpulan data sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian.
(38)
6.2 Lokasi Penelitian
Lokasi tempat penelitian adalah Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini akan meneliti 25 TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang ada di Kecamatan Paranginan. Dalam hal ini peneliti akan mengambil semua TPS ini sebagai sampel dalam penelitian ini.
6.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbu -tumbuhan, gejala, nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karesteristik tertentu dalam penelitian.18
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Desa kecamatan paranginan yang terdaftar sebagai pemilih, tetapi tidak memilih pada pemilihan Presiden 2009. Jumlah dan identitasi dari pemilih yang tidak menggunakan haknya ini dilakukan dengan mencocokkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan catatan pemilih yang menggunakan haknya. Pemilih yang terdaftar dalam DPT tetapi tidak menggunakan haknya inilah yang diidentifikasi sebagai populasi dalam pemilihan ini. Jumlah TPS yang ada di kecamatan Paranginan sebanyak 25 TPS. Dari total TPS tersebut peneliti mengambil semua TPS sebaggai sampel. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, penulis menggunakan rumus Taro Yamane:
18
(39)
Yaitu : n = N _________ N. d 2 + 1
Keterangan :
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
d2 = Presesi ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Dari Rumus di atas maka diambil sampel sebagai berikut : n = 2627
______________ 2627. 0,01+ 1 n = 2627
_________________ 27, 27
n = 96 Orang
Untuk menentukan jumlah sampel masing-masing sampel di setiap Desa tersebut maka jumlah seluruh sampel didistribusikan pada tiap-tiap Desa berdasarkan jumlah persentase responden yang ada disetiap desa masing-masing
(40)
Tabel 2
Jumlah Responden dari Seluruh Desa/ Dusun di Kecamatan Paranginan
No. Nama Desa
Masyarakat yang tersaftar sebagai pemilih Masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih dan yang menggunakan hak pilihnya Masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih tetep tetapi tidak menggunakan hak pilihnya
1 Sihonongan 1137 713 419
2 Lumban Barat 1063 614 449
3 Lobutolong Habinsaran 547 361 184
4 Lobutolong 777 533 244
5 Lumban Sialaman 341 248 93
6 Lumban Sianturi 173 132 41
7 Pearung 457 349 108
8 Paranginan Selatan 714 510 204
9 Paranginan Utara 780 526 524
10 Siborutorop 899 547 352
11 Pearung Silali 755 478 277
Jumlah 7643 5016 2627
Sumber: Hasil Pemilu Tahun 2009 di Kecamatan Paranginan
1. Sihonongan : 2. Lumban Barat :
419 449
x 100 % = 15 x 100 % = 17
2627 2627
3. Lobutolong Habinsaran : 4. Lobutolong :
186 244
x 100 % = 7 x 100%= 9
(41)
5. Lumban Sialaman: 6.Lumban Sianturi :
93 41
x 100 % = 3 x 100% = 2
2627 2627
7. Pearung : 8. Paranginan Selatan :
108 204
x 100 % = 4 x 100 % = 7
2627 2627
9. Paranginan Utara : 10. Siborutorop :
254 352
x 100 % = 9 x 100 % = 13
2627 2627
11. Pearung Silali :
277
x 100 % = 10 2627
Maka jumlah sampel yang digunakan adalah : 96 Orang
6.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik penelitian data sebagai berikut:
(42)
1. Penelitian kepustakaan, yaitu mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan, laporan-laporan serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan penelitian.
2. Penelitian lapangan, yaitu pengumpulan data dan dialong langsung dengan terjun langsung, yaitu dengan cara wawancara dan menggunakan kuisioner.
6.5 Teknik Analisa Data
Pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kuantitatif, yaitu teknik tanpa menggunakan alat bantu atau rumus statistik.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Pertama: pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti akan menggumpulkan data,
baik dari buku, koran, majalah, jurnal, kliping dan situs-situs yang memuat tentang perilaku pemilih dan juga dari bahan wawancara dan kuisioner. Kedua,
penilaian atau menganalisis data. Dalam hal ini setelah peneliti mengumpulkan dan mendapatkan semua data yang mendukung atau membantu dan memandang sangat dibutuhkan dalam penelitian ini maka penulis akan menelaah, kategorisasi, melakukan tabulasi data dan atau mengkombinasikan bukti untuk menjawab pertanyaan peneliti. Ketiga, penyimpulan data yang di peroleh. Tahap ini adalah tahap terakhir pada penelitian ini. Dari hasil penilaian dan analisis yang penulis lakukan maka penulis mengambil kesimpulan yang dapat lebih bermanfaat dalam memahami penelitian ini.
(43)
6.6Sistematika Penelitian
Penulisan penelitian ini akan disajikan kedalam 4 bab, yakni : Bab I Pendahuluan: pada Bab ini terdapat latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori penelitian dan metodologi penelitian.
Pada Bab II akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu gambaran umum wilayah kecamatan Paranginan yang dilihat dari geografis dan luas wilayah, komposisi kependudukan, perekonomian masyarakat, sarana dan prasarana serta struktur organisasi dan personalia.
Pada Bab III nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang didapat dari lapangan dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis dari data dan fakta tersebut.
Pada Bab IV pada penulisan penelitian adalah Bab penutup yang didalamnya berisikan, saran dan kesimpulan yang akan diperoleh dari Bab-Bab sebelumnya
(44)
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Sejarah Kecamatan Paranginan
Atas prakarsa dan aspirasi masyarakat pada tahun 1985 yang membuat permohonan pada Bupati tapanuli Utara tentang permohonan bahwa sejak dulu Parangianan merupakan suatu kedewaaan untuk dibentuk menjadi suatu kecamatan. Pada tahun 1987 Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara menerbitkan surat keputusan menjadi satu Kacamatan Pembantu Paranginan di kabupaten Tapanuli Utara. Tanggal 20 Desembar 2000 Kecamatan perwakilan diresmikan oleh Bupati Tapanuli Utara menjadi Kecamatan paranginan dengan dasar surat Gubernur Sumatera Utara Nomor 132/1593/2000 tanggal 30 september 2000 tentang Pembantu paranginan menjadi Kecamatan Paranginan.
Kecamatan Paranginan adalah salah satu dari 10 (sepuluh) Kecamatan di kabupaten Humbang Hasundutan yang beribu kotakan Onan Raja Desa Sihonongan, dimana kecamatan ini adalah pemekaran dari kecamatan Lintong Nihuta, Kecamatan Paranginan berpisah dari Kecamatan Lintong Hihuta pada tanggal 10 Desember tahun 2000 dengan PERDA TAPUT Nomor 09 Tahun 2000 tentang pemekaran Kecamatan Purba Tua dan Kecamatan Paranginan sebelum pemekaran Kabupaten Humbang Hasundutan dari Kabupaten Tapanuli Utara. Sebelum Kabupaten Humbang Hasundutan diresmikan menjadi salah satu Kabupaten, yang diresmikan pada tanggal 28 Juli tahun 2003 yang diresmikan oleh bapak Gubernur Rijal Nurdin, kecamatan Paranginan berkabupaten pada Kabupaten Tapanulu Utara, setelah Kabupaten Humbang Hasundutan resmi
(45)
menjadi sebuah Kapupaten, Kecamatan Paranginan menjadi salah satu Kecamatan dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Melihat dari mudahnya Kecamatan Parangian ini orang mengatakan bahwa parangian ini belum memiliki kemajuan, dalam hal pembangunan memang Kecamatan Parangian belum begitu maju, tetapi dalam hal pendidikan kecamatan Paranginan sudah tergolong maju, dimana oarang tua dari kecamatan ini mengharapkan supaya anak-anaknya memiliki pengetahuan yang lebih tinggi, masyarakat Kecamatan Paranginan telah menyekolakan anak-anaknya sampai pada tingkat Perguruan Tinggi, karena masyarakat Kecamatan Parangian mengutamakan pada istilah orang batak
Anakkon Hi Do Hamoraon Diau. Kecamatan Parangian ini memiliki desa
sebanyak 11 desa yaitu : Desa Sihonongan (Ibu kota Kecamatan), Desa Lobutolong, Desa Lumban Barat, Desa Pearung, Desa Lobutolong Habinsaran, Desa Pearung Silali, Desa Lumban Sialaman, Desa Lumban Sianturi, Desa Siborutorop, Desa Paranginan Selatan, Desa Paranginan Utara. Masyarakat di Kecamatan Paranginan mayoritas orang batak toba, adapun orang lain seperti : Melayu, Padang, Jawa itu adalah orang perantau, dan agama yang dianut di Kecamatan Paranginan adalah agama Kristen Protestan.
Kecamatan Paranginan terletak didataran tinggi dengan udara sejuk, dan sumber penghasilan masyarakat Kecamatan Paranginan mayoritas bertani, dan sebagian kecil berdagang kecil-kecilan, dan kehidupan masyarakat Paranginan masih ketat dalam adat istiadat dan yang dipadu denga tatanan Dalihan Na Tolu
yaitu, Somba Marhula-hula, Manat mardongan tubu, Elek marboru, dan yang
(46)
meningkatkan taraf hidup masyarkat menuju Paranginan yang indah, aman dan sejahtera serta Huta idamanku dengan Motto: Marsiurupurupan Mangula Ulaon Na Maol, Marsibetabetaan Mangula Ulaon Nadenggan.
Untuk mempercepat laju pembangunan laju pembangunan sangat di perlukan motivasi dalam menggerakkan masyarakat agar tidak hanya objek pembangunan namun turut sebagai subjek/pelaku pembangunan itu sendiri bersama-sama pemerintah mengoptimalkan seluru potensi yang ada.
Menyadari hal tersebut diatas sebagai staf dari bagian pemerintahan Kecamatan Paranginan yang dimulai dari tanggal 16 Maret 2004, sejak itulah kami mengamati bahwa masyarakat masih tertinggal akibat SDM yang masih minim terutama dibidang pertanian yang masih menganut pola tradisional dan hal itulah perlu disikapi tanpa menunggu reaksi lebih lama demi peningkatan taraf hidup yang lebih maju.
Kebutuhan dalam bidang organisasi adalah pada dasarnya kebutuhan yang adanya interaksi sosial yang mempersatukan serta yang mengutuhkan dalam kelompok organisasi tersebut, organisasi juga bisa dikatakan perkumpulan beberapa orang yang memiliki motifasi dan memiliki tujuan yang ingin membangun. Selain membuat suatu perkumpulan dalam masyarakat masyarakat juga memiliki pundasi yang kuat untuk lebih meningkatkan kebutuhan sesama dan tolong-menolong.
Organisasi masyarakat yang di bentuk masyarakat Kecamatan Paranginan adalah sebagai berikut:
(47)
1. Pendidikan Kesejahteran Keluarga (PKK) dengan jumlah organisasinya 11, yaitu setiap desa yang ada di Kecamatan Paranginan ada organisasi PKKnya
2. Organisasi Pemuda Sebanyak 4 Organisasi, yaitu yang membentuk organisasi pemuda itu, desa Lumban Barat, Lobutolong Habinsaran, Pearung, dan desa Sihonongan
3. Kelompok tani pemuda 5 kelompok
4. Kelompok gotong-royong sebanyak 11 kelompok
Selain dari organisasi yang tertera di atas masyarakat Kecamatan Paranginan memiliki organisasi di bidang politik yaitu partai-partai politik yang memiliki pengurus cabang di kecamatan Paranginan maupun pengurus ranting di kelurahan-kelurahan yang ada di Kecamatan Paranginan adalah sebagai berikut: Partai persatuan banteng kemerdekaan (PNBK), Partai Demokrat, Partai PDI-P, Partai damai Sejahtera (PDS).
2. Letak Geografis, Demografi dan Perekonomian 2.1.1 Geografis
Wilayah Kecamatan Paranginan terletak antara Lintang Utara 20 13’ – 2o 20’ dan Bujur Timur 98o 57’ dengan luas wilayah 54 km2 terletak di atas permukaan laut 1000 – 1500 m, dan jumlah penduduk 12. 969 jiwa serta batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Muara
Sebalah Selatan : Kecamatan Siborong-borong Sebelah Timur : Kecamata Muara
(48)
Sebalah Barat : Kecamatan Lintong Nihuta
Untuk mengetahui luas wilayah dan jumlah dusun menurut desa di Kecamatan Paranginan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3
Luas Wilayah dan Jumlah Dusun menurut Desa Kecamatan Paranginan
No. Paraninan/Desa Luas (Km 2
)
Jumlah Lingkung
an
Rasio Terhadap Luas Kecamatan
(%)
1 Sihonongan 619,23 6 12,96
2 Lumban Barat 638,01 6 13,35
3 Lobutolong Habinsaran 618, 44 5 6,66
4 Lobutolong 389, 19 6 8, 15
5 Lumban Sialaman 340, 15 3 7, 12
6 Lumban Sianturi 260, 30 3 5, 45
7 Pearung 248, 08 4 5, 19
8 Paranginan Selatan 619, 73 4 12, 97
9 Paranginan Utara 530, 84 5 11, 11
10 Siborutorop 441, 97 6 9, 25
11 Pearung Silali 372, 12 5 7, 79
Jumlah 4.778, 06 100 53
Sumber: Profil Kecamatan Paranginan Pebruari 2010
2.1.2 Keadaan Demografi
Berdasarkan pendataan yang di peroleh bagian pemerintahan kecamatan Paranginan pada Bulan Agustus 2009 Jumlah penduduk kecamatan Paranginan 13.099 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki 6.405 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 6.694 jiwa. Untuk lebih memperjelas, komposisi penduduk Kecamatan Paranginan dapat dilihat berdasrkan umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan dan agama.
(49)
Jenis Kelamin dan Umur
Klasifikasi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Paranginan
No. Kelompok Umur
Laki - laki Perempuan Jumlah
1 0 – 4 920 881 1. 801
2 5 – 9 776 739 1. 515
3 10 – 14 726 635 1. 361
4 15 – 19 537 422 959
5 20 – 24 456 348 804
6 25 – 29 474 404 878
7 30 – 34 380 336 716
8 35 – 38 306 340 646
9 40 – 44 308 352 660
10 45 – 49 265 296 561
11 50 – 54 251 275 526
12 55 – 59 185 207 392
13 60 – 64 180 242 422
14 65 – 69 119 166 285
15 70 – 74 100 120 220
16 75- 85 147 229
Jumlah 6. 065 5. 910 13. 099
Sumber: Profil Kecamatan Paranginan Pebruari 2010
Menurut data statistika yang terakhir di data di Kecamatan Paranginan diketahui bahwa jumlah penduduk kecamatan Paranginan terdiri atas 13.099 jiwa dan data penduduk ini sudah ikut semua desa-desa yang ada di Kecamataan Paranginan memiliki desa sebanyak 11 desa. Jika dilihat dari faktor jenis kelamin, maka penduduk Kecamatan Paranginan terdiri dari, jumlah laki-laki 6.405 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan 6.694 jiwa, melihat jumlah penduduk
(50)
Kecamatan Paranginan sedikit banyaknya jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dari pada jumlah penduduk laki-laki.
Menurut data statistika yang terakhir di data di Kantor Camat Paranginan pada bulan Agustus 2009 bahwa jumlah penduduk sebesar 13.099 jiwa, sudah termasuk anak yang baru lahir dan penduduk yang baru datang (pendatang) serta sudah dikurangi masyarakat yang sudah meninggal di seluruh desa kecamatan paranginan. Menurut pendataan yang diperoleh kantor camat Paranginan bahwa jumlah penduduk yang sudah dewasa, dibandingkan dengan jumlah penduduk anak-anak dan orang tua. Dalam hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Paranginan mempunyai modal tenaga kerja yang cukup.
2.1.3 Perekonomian
Mata pencaharian masyarakat Paranginan umumnya adalah bertani sesuai dengan kondisi alam, maka potensi pertanian terdiri dari :
1. Tanaman Pangan :
Padi dengan luas lahan : 2.200 Ha
Jagung dengan luas lahan : 400 Ha
Jumlah : 2.600 Ha
2. Tanaman Holtikultural :
Wortel dengan luas lahan : 300 Ha
Tomat dengan luas lahan : 200 Ha
Kentang : 55 Ha
Kol dengan luas lahan : 100 Ha
(51)
Cabe dengan luas lahan : 65 Ha
Kacang-kacangan dengan luas lahan : 25 Ha
Bawang : 25 Ha
Jumlah : 795 Ha
3. Tanaman Keras :
Kopi dengan luas lahan : 2.500 Ha
Kulit manis dengan luas lahan : 30 Ha
Kemiri : 25 Ha
Mangga : 50 Ha
Jumlah. : 2605
4. Hutan :
Hutan : 130 Ha
Hutan Raya Pinus : 50 Ha
Jumlah : 180 Ha
Dari data yang tertera diatas dari sinilah masyarakat Paranginan mendapatkan dan memperoleh perekonomian, inilah yang di kelolah untuk nafkah kehidupan mereka.
2.2 Pekerjaan
Masyarakat Kecamatan Paranginan mata pencariaanya setiap hari cukup bervariasi. Masyarakat Kecamatan Paranginan mayoritas pekerjaanya adalah bertani selebihnya masyarakatnya bekerja dibidang pendidikan (Guru), pemerintahan (Pegawai Sipil), perdangangan, transportasi dan lain-lain.
(52)
Tabel 5
Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan / Pekerjaan di Kecamatan Paranginan
No. Jenis Pekerjaan
(bidang) Jumlah Persentase
1 Sekolah 3. 316 28, 66%
2 Pertanian 7. 547 65, 24%
3 Jasa Pemerintahan 230 1, 98
4 Wiraswasta 120 1, 03%
5 Karyawan 26 0, 22%
6 Tarnsportasi 50 0, 43%
7 Perdangangan 280 2. 42%
Jumlah 11. 567 100
Sumber: Profil Kecamatan Paranginan Pebruari 2010
Dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja, terhitung 11.567 yang bekerja dari 13.099 jumlah penduduk Kecamatan Paranginan dengan demikian, penduduk yang bekerja sebesar 65,50% dari jumlah penduduk, yang berarti masyarakat Kecamatan Paranginan digolongkan lebih memilih untuk bekerja. Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa masyarakat Kecamatan Paranginan dari pekerjaan yang diperoleh masyarakat Paranginan rata-rata bekerja sebagai peteni yang sampai 65,50%, dari hal ini lebih tinggi persentase petani dari pada pekerja yang lain.
2.3 Agama
Penduduk Kecamatan Paranginan mayoritas menganut agama kristen protestan sekitar 80,50%. Kemudian diikuti agama Katholik, Islam agar dapat menggambar yang lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
(53)
Tabel 6
Penduduk menurut Desa/ lingkungan dan Agama yang dianut di Kecamatan Paranginan
N o.
Desa/Ling-kungan
Protestan Katholik Islam Budha Hindu Lainya Jumlah
1 Sihonongan 1117 10 10 - - - 1137
2 Lumban Barat
1063 - - - 1063 3 Lobutolong
Habinsaran
542 5 - - - - 547
4 Lobutolong 774 3 - - - - 777
5 Lumban Sialaman
341 - - - 341
6 Lumban Sianturi
173 - - - 173
7 Pearung 457 - - - 457
8 Paranginan Selatan 9 Paranginan
Utara
714 - - - 714
10 Siborutorop 899 - - - 899
11 Pearung Silali
755 - - - 755
Jumlah 7. 642 18 10 - - - 13099
Sumber: Profil Kecamatan Paranginan Pebruari 2010
2.4. Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana paling penting untuk kehidupan masyarakat guna meningkatkan sarana dan prasarana penduduk. Dengan adanya pendidikan yang cukup memadai maka untuk kedepanya nanti akan bisa membantu masyarakat guna untuk melestarikan lingkungan hidup yang baik dan guna untuk memajukan wilayah tersebut. Komposisi tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat dalam tabel berikut.
(54)
Tabel 7
Penduduk Menurut Desa/Lingkungan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kecamatan Paranginan
N
o Desa/Dusun
Tidak/ be-lum Sekola h Tidak Tamat
SD SD
SLT P SLT A Dip I-II Dip III S 1 S 2 Jlh
1 Sihonongan 209 228 133 265 388 8 7 8 2 1248
2 Lumban Barat
213 357 237 252 272 7 6 7 1 1352
3 Lobutolong Habinsaran
114 311 210 202 114 17 14 7 1 990
4 Lobutolong 252 238 271 258 486 12 10 7 1 1535
5 Lumban Sialaman
201 295 196 255 250 4 3 3 0 1207
6 Lumban Sianturi
364 10 360 425 220 5 2 2 0 1779
7 Pearung 242 354 203 334 339 8 7 5 0 1492
8 Paranginan Selatan
238 292 297 269 235 7 5 6 0 1349
9 Paranginan Utara
234 316 311 261 200 5 4 5 0 1336
10 Siborutorop 21 9 170 104 8 4 3 2 1 322
11 Pearung Silali
84 75 150 89 83 3 3 2 0 489
Jumlah 2172 2876 2538 2714 2595 80 64 5
4
6 1309 9 Sumber: Profil Kecamatan Paranginan Pebruari 2010
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa tingkat kesadaran masyarakat Paranginan dalam bidang Pendidikan sudah termasuk cukup tinggi, dan Masyarakat Paranginan sudah menyadari bahwa betapa pentingnya pendidikan itu untuk dimiliki, dengan hal ini dapat dikatakan pendidikan yang ada di Kecamatan Paranginan adalah baik.
(55)
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dianalis data yang diperoleh melalui penyebararan kuisioner kepada responden di Kecamatan Paranginan dengan responden sebanyak 96 orang. Data yang akan disajikan dan dianalisis adalah karakteristik umum responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat yang telah trdaftar sebagai pemilih tetapi tidak ikut memilih pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang lalu.
3.1 Karakteristik Responden
Berikut ini akan disajikan data yang berkaitan dengan identitas responden berdasarkan umur, jenis kelamin, etnis/suku, pendidikan dan suku.
Tabel 8
Karakteristik responden berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Persentase
1 17-20 20 20,83
2 21-25 24 25
3 26-30 11 11,45
4 31-35 9 9,37
5 36-40 7 7,29
6 41-45 10 10,41
7 46-50 5 5,20
8 51-55 6 46,25
9 56 keatas 4 4,16
Jumlah 96 100
(56)
Melihat tabel dari atas karakter umur responden yang paling banyak jumlahnya adalah responden yang umurnya 21-25 tahun (25%) dan yang berumur 26-30 tahun (11,45%). Dilihat dari komposisinya hal ini cukup baik dalam mewakili pandangan responden tentang alas an masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih tetapi tidak ikut memilih pada saat pelaksanaan pemilihan Presiden secara umum.
Tabel 9
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1 Laki-laki 39 40,20
2 Perempuan 57 59,37
3 Jumlah 96 100
Sumber: Kuisioner 2010
Perbedaan jenis kalamin bukanlah suatu ajang perbedaan atau faktor penentu bagi masyarakat untuk ikut atau tidak mau ikut dalam pemilihan, dimana adanya kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam hal memberikan sikap dalam berpolitik. Namun, kalau kita memandang dan melihat apa yang terjadi di Negara Indonesia bahwa pada umumnya laki-laki lebih dominan dan aktif memasuki dunia politik dibandingkan dengan perempuan. Walaupun demikian dari jumlah responden yang diambil jumlah laki-laki dan perempuan perbandingan ya tidak terlalu jauh. Oleh karena itu, komposisi berdasarkan jenis kelamin masih dianggap berimbang.
(57)
Tabel 10
Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah Persentase
1 Islam 5 5,28
2 Kristen Protestan 86 89,58
3 Kristen Katolik 5 5,28
Jumlah 96 100
Sumber: Kuisioner 2010
Masyarakat di Kecamatan Paranginan merupakan masyarakat yang beraneka ragam dalam segala hal, termasuk agama, dari table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang terdapat di Kecamatan Paranginan ini adalah yang beragama Kristen Protestan (89,58%) lebih dari setengah responden yang ada. Hal ini disebabkan karna masyarakat Paranginan memang memeluk agama Kristen Protestan. Dalam hal ini juga agama dapat juga mempengaruhi masyarakat untuk tidak ikut dalam pemilihan.
Tabel 11
Karakteristik Responden Berdasarkan Etnis/Suku
No Etnis/Suku Jumlah Persentase
1 Batak Toba 91 94,79
2 Jawa 5 5,20
Jumlah 96 100
Sumber: Kuisioner 2010
Secara umum masyarakat yang ada di kecamatan Paranginan adalah masyarakat yang sukunya batak toba hamper setengah penduduknya itu adalah batak toba adapun suku yang lain selain batak toba seperti Jawa, Melayu, Niasa
(58)
Sehingga dalam hal ini jumlah responden lebih banyak yang berasal dari suku batak toba yang sampai mencapai 94,79% hampir setengah dari jumlah responden yang ada.
3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Yang sudah Terdaftar Sebagai Pemilih Tetap Tetapi Tidak Ikut dalam Pemilihan Presiden
Data ini diambil untuk mengetahui faktor apakah yang sebenarnya membuat masyarakat kecamatan Paranginan tidak ikut memilih apakah karna faktor pedidikan, pekerjaan, etnis, dan keluarga
Tabel 12
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 Sarjana (S1, S2, S3) - -
2 Diploma(D1,D2,D3) 9 9,37
3 Mahasiswa 13 13,54
4 SLTA/Sederajat 43 44,79
5 SLTP/Sederajat 20 20,83
6 SD 11 11,45
Jumlah 96 100
Sumber: Kuisioner 2010
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat apalagi melihat kondisi pada masa sekarang ini untuk memasuki dunia pekerjaan yang pertama kali diperhatikan adalah pendidikan. Dari tabel diatas dapat dilihat secara jelas bahwa responden yang tidak ikut memilih adalah masyarakat yang pendidikanya SLTA/Sederajat hingga mencapai 44,79%, sedangkan masyarakat yang pendidikanya di tingkat diploma hanya mencapai
(59)
9,37% melihat data yang diatas tingkat pendidikan yang terdapat di Kecamatan Paranginan cukup rendah.
Tabel 14
Distibusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Petani 30 31,25
2 Supir 9 9,37
3 Wiraswasta 19 19,79
4 Karyawan 7 7,29
5 Pedangang 4 4,16
6 Mahasiswa 27 28,12
Jumlah 96 100
Sumber: Kuisioner 2010
Dapat dilihat dalam table di atas bahwa kehidupan mayoritas masayarakat Kecamatan Paranginan adalah hidup dengan pertanian hingga mencapai 31,25% dan masyarakat yang lainnya kehidupanya berasal dari hasil supir, wiraswasta, karyawan toko dan karyawan salon serta karyawan yang lain-lainnya dan diikuti dengan berdagang kecil-kecilan serta mahasiswa.
Tabel 15
Jawaban Responden Apakah Terdaftar Sebagai Pemilih Atau Tidak
No Jawaban Responden Jumlah Persentase
1 Terdaftar 91 94,79
2 Tidak Terdaftar 5 5,20
3 Jumlah 96 100
(60)
Dari keterangan tabel diatas bahwa alasan masyarakat Paranginan tidak ikut memilih sebagian menggatakan karna tidak terdaftar dan sebagian lagi mengatakan terdaftar tetapi tidak mau ikut memilih dan yang mengatakan terdaftar itu mencapai 94,79%
Tabel 16
Jawaban Responden Apakah Pada Saat Pemilihan Ikut Memilih Pemilih Atau Tidak
No Jawaban Responden Jumlah Persentase
1 Ikut Memilih - -
2 Tidak Ikut Memilih 96 100
3 Jumlah 96 100
Sumber: Kuisioner 2010
Dari tabel diatas bahwa jawaban responden dapat dipastikan dan dipahami bahwa benar-benar tidak ikut dalam pemilihan.
Tabel 17
Jawaban Responden Terhadap Faktor Apakah Yang Mempengaruhi Tidak Ikut Memilih
No Jawaban Responden Jumlah Persentase
1 Tidak Terdaftar 5 5,20
2 Lalai/Lupa 1 1,04
3 Tidak Mau
Berpartisipasi dalam Pemilihan
90 93,75
Jumlah 96 100
(61)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Kecamatan Paranginan dapat dikatakan bahwa rasa dalam ikut serta dalam berpolitik dan saling ingin mendukung para pemimpin tidak begitu bagus hingga mencapai 93,75% masyarakat Kecamatan Paranginan dari jumlah responden mengatakan tidak mau berpartisipasi dalam pemilihan.
Tabel 18
Jawaban Responden Terhadap Faktor Apakah Pihak Keluarga Memberikan Pengaruh Dalam Hal Tidak Ikut Memilih
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Ya 22 22,91
2 Tidak 74 77,08
Jumlah 96 100
Sumber: Kuisioner 2010
Keluaraga adalah merupakan tempat kita/seseorang itu bertumbuh kembang serta mendapatkan kasih sayang sehingga keluarga sangat memberikan pengaruh besar bagi seseorang untuk bertindak dan memberikan sikap pada semua gejala yang ada. Keluarga juga yang membutuhi kebutuhan hidup dan biaya hidup yang sangat besar bagi pendidikan maupun perkembangan yang lainya. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa pihak keluarga tudak memberikan pengaruh untuk tidak ikut melihat dari tabel diatas bahwa jawaban responden pihak keluarga itu bukan suatu penghalang dalam hal pemilihan. Jumlah responden sebanyak 96 orang tetapi yang mengatakan bahwa pihak keluarga itu tidak memberikan pengaruh dalam pemilihan hingga 77,08% mengatakan tidak jadi pengaruh lebih banyak responden mengatakan Tidak ketimbang mengatakan Ya hanya 22,91%.
(1)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan membuat beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian penulis di Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan
yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak
memilih pada pemilihan Presiden tahun 2009 di Kecamatan Paranginan
Kabupaten Humbang Hasundutan. Kesimpulan merupakan hasil dari bab-bab
sebelumnya. Selain itu juga akan diberikan saran-saran yang menyangkut tentang
pemilihan dan untuk menegakkan.
1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini disimpulkan bahwa:
1. Pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk menyalurkan
aspirasi dalam menentukan wakil-wakilnya baik di lembaga legislatif
maupun eksekutif juga sebagai sarana ikut serta berpartisipasi dalam
kegiatan politik.
2. Pemilihan sebagai sarana pencarian kesepakatan yang tak pelak lagi, akan
merupakan sebuah ruang dimana kontestasi dan tawar menawar politik
antara negara dan elit penguasa di satu pihak dan masyarakat
pengelompokan didalamnya.
3. Faktor yang mempengaruhi masyarakat Kecamatan Paranginan untuk
tidak memilih(non voting behaviour) adalah faktor ekonomi, pendidikan
dan budaya, perekonomian Kecamatan Parangianan masih tergolong
(2)
4. Faktor sosiologis, psikologis, rasional dan Faktor ekonomo, pendidikan,
dan budaya ini adalah salah satu faktor yang mempengaruhi masyarakat
dalam menentukan siapa pada saat pemilihan umum. Dalam faktor
pendidikan sangat mempengaruhi orang untuk berperan dibidang
pemerintahan dan politik dimana melalui pendidikan yang diperoleh
seseorang itu adalah salah satu cara yang cepat/tangkap dalam
menganalisis dan memahami dibidang pemilihan, pemerintahan,
kemasyarakatan, dan bahkan di instansi lainya, untuk hal ini perlu
dilakukan pendidikan yang khusus bagi masyarakat dalam hal pemilihan
umum diberikan pendidikan yang khusus tujuanya adalah supaya
masyarakat tidak salah pilih dalam memilih wakil-wakilnya akan duduk
sebagai pemimpin mereka.
5. Masyarakat di Kecamatan Paranginan pada saat pemilihan Presiden
diadakan/dilaksanakan masyarakatnya banyak yang tidak ikut memilih
(3)
6. Dari hasil penelitian dan hasil wawancara bahwa masyarakat Kecamatan
Paranginan yang banyak memilih pada pelaksanaan pemilihan Presiden
adalah masyarakat yang pekerjaannya Guru, Pegawai kantoran dan bahkan
Honorer. Dari sekian banyak honorer yang ada di Kecamatan Parangianan
semua ini tidak ada yang tidak memilih rata-rata mengeluarkan hak
pilihnya.
7. Tingkat partisipasi politik Kecamatan Parangianan pada pemilu kepala
Desa, Bupati, Legislatif terhadap pemilihan Presiden sangat berbeda, dari
hal ini dapat dilihat bahwa faktor ekonomi itu sangat mempengaruhi
mereka dalam pemilihan dimana pada pemilihan kepala Desa, Bupati,
Legislatif semua kandidat memberikan sumber dana secara langsung
terhadap calon pemilih sedangkan pada pemilihan Presiden tidak ada
menyalurkan sumber dana pada masyarakat.
2. SARAN
Perilaku pemilih atau partisipasi masyarakat dalalam pemilihan adalah hal
yang sangat dibudayakan oleh masyarakat untuk tidak ikut dalam pemilihan.
Seperti halnya di Kecamatan Paranginan partisipasi masyarakat dalam pemilihan
(4)
alasan yang kuat dari masyarakatnya menurut surfai yang peneliti lakukan
dilapangan dan hasil dari wawancara dari pihak pemerintahan masyarakat
Kecamatan Paranginan dan panitia pelaksana pemilu partisipasi masyarakat
kecamatan Paranginan terhadap pemilihan kepala Desa, Bupati serta pemilihan
Anggota legislatif (DPRD) sangat berbeda dibandingkan dengan partisipasinya
terhadap pemilihan Presiden. Apalagi pada bulan ini Kabupaten Humbang
Hasundutan sebentar lagi akan melaksanakan pemiliham Bupati mudah-mudahan
hal ini tidak terjadi lagi dikalamgan masyrakat Kecamatan Paranginan. Oleh
sebab itu didalam proses penyelesaian penelitian ini peneliti membuat beberapa
saran yang akan menjadi harapan untuk masa yang akan datang.
1. Partisispasi masyarakat dalam hal pemilihan umum perlu ditingkatkan
terutama dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
2. Sebaiknya pihak instansi Pemerintahan hendaknya selalu menyimpan
segala berkas-berkasnya dengan baik baik itu berkas tentang wilahnya itu
sendiri, baik itu tentang keberadaan masyarakatnya, jumlah penduduk baik
yang pindah maupun orang pendatang, terutama lagi berkas dari hasil-hasil
pemilihan baik itu pemilihan kepala daerah, presiden dan bahkan hasil dari
pemilihan-pemilihan yang lainya karna sutusaan banyak orang yang akan
membutuhkanya. Dalam hal penelitian ini penulis banyak mendapatkan
kewalahan dalam pengumpulan data dimana karena terbatasnya data-data
yang disimpan oleh pihak pemerintahan kecamatan tersebut.
3. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemilihan umum dan partai
(5)
DAFTAR PUSTAKA Buku
Pabottingi, Mochtar, Mengugat pemilihan umum orde baru, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan PPW – LIPI
Sastroadmojo Sudijono Drs, Perilaku Politik, Semarang : IKIP Semarang Press 1995
Yin, Robert K, Studi kasus desain dan metode, Rajawali Perss, Jakarta, 1996
Budiardjo, Miriam, Partisipasi dan Partai Polotik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998
Nawawi, Hadari Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Prees, 1987
Deliarnov, Ekonomo Politik, Jakarta: Erlangga 2006
Kartini Kartono, DR, Pendidikan Politik, Bandung: LIPI 2006
Leo Suryadinata, Golkar dan Militer, Studi tentang Budaya Politik,Jakarta LP3 ES. 1992
Kansil. C. S. T, Memilih dan Dipilih, Jakarta: P.T Pradnya Paramita (Anggota IKAPI) Jakarta 1971
Rahman. A, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu 2007
Jurnal
Chaniago Andrinaf A, Pemilu 2004 dan Konsultasi Kita, Jurnal Ilmu Politik Vol. 4. No. 1, 2004,
(6)
http/ shodid.com/2009/07/hasil-quick-count Elvan dany sutrisno, detik pemilu