Tabel 2. Luas Tanam Ha, Produksi Kwintal, dan Produktivitas KwintalHa Komoditi Sukun Per Kecamatan di Kabupaten Deli
Serdang Sebelum PemekaranTahun 2003-2004
No Kecamatan
Tanam Ha
Tahun 2003 Tanam
Ha Tahun 2004
Produksi Kw
Produktivitas KwHa
Produksi Kw
Produktivitas KwHa
1. Lububk Pakam 0,4
2,0 5,0
0,5 5,0
10,0 2. Pagar Merbau
0,2 2,0
10,0 0,2
2,0 10,0
3. Beringin 10,0
75,0 7,5
10,0 10,0
9,6 4. Perbaungan
2,0 18,0
9,0 2,0
20,0 10,0
5. Pantai Cermin 1,0
9,0 9,0
1,0 9,0
9,0 6. Sei Rampah
5,1 48,0
9,4 5,1
50,0 9,8
7. Teluk Mengkudu -
- -
- -
8. Tj. Beringin -
- -
- -
9. Tebing Tinggi 2,5
22,0 8,8
2,5 24,0
9,6 10. Bandar Khalifah
2,0 19,0
9,5 2,0
20,0 10,0
11. Dolok Merawan -
- -
- -
- 12. Sipispis
2,0 19,0
9,5 2,0
19,0 9,5
13. Dolok Masihul 12,0
116,0 9,7
12,0 120,0
10,0
14. Galang -
- -
- -
- 15. Bangun Purba
0,3 2,0
6,7 0,2
1,0 5,0
16. Kotarih -
- -
- -
- 17. Gunung Meriah
1,0 1,0
9,0 1,0
9,0 9,0
18. Biru-biru -
- -
- -
- 19. Patumbak
1,0 9,0
9,0 1,0
7,0 7,0
20. STM Hulu -
- -
- -
- 21. Deli Tua
- -
- -
- -
22. Pancur Batu -
- -
- -
- 23. Namorambe
- -
- 2,0
19,0 9,5
24. Sibolangit -
- -
- -
- 25. Kutalimbaru
- -
- -
- -
26. Sunggal -
- -
- -
- 27. Hamparan Perak
0,03 0,3
10,0 0,1
1 10,0
28. Labuhan Deli 0,4
4,0 10,0
1,0 6,0
6,0 29. Batang Kuis
1,0 9,0
9,0 1,0
9,0 9,0
30. Percut Sei Tuan 1,0
6,0 8,6
1,0 9,0
9,0 31. Pantai Labu
0,1 1,0
10,0 -
- -
32. Tjg. Morawa 0,7
7,0 10,0
1,0 9,0
9,0 33. STM Hilir
- -
- -
- -
Sumber : Dinas Pertanian Deli Serdang, 2008
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Jumlah Pohon Phn, Produksi Kwintal, dan Produktivitas KwintalPohon Komoditi Sukun Per Kecamatan di Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2005-2007
No Kecamatan
Tanaman Produktif
Yang sedang
Menghasil kan Phn
Tahun 2005
Tahun 2006
Tanaman Produktif
Yang sedang
Menghasil kan Phn
Tahun 2007
Produk si
Kw Produktivi
tas KwPhn
Produk si
Kw Produktivi
tas KwPhn
Produk si
Kw Produktivi
tas KwPhn
1. Perbaungan
390 720
1,85 646
1,66
200 331
1,66
2. Pantai Cermin
335 510
1,52 551
1,64
170 280
1,65
3. Sei Rampah
950 1.829
1,93 1.558
1,64
150 246
1,64
4. Teluk Mengkudu
47 71
1,51 77
1,64
80 129
1,61
5. Tj. Beringin
- -
- -
-
- -
-
6. Tebing Tinggi
490 882
1,8 800
1,63
700 1143
1,63
7. Bandar Khalifah
72 81
1,13 117
1,63
42 68
1,62
8. Dolok Merawan
50 -
- -
-
110 98
0,90
9. Dolok Masihul
1.590 1.783
1,12 2.601
1,64
2720 4449
1,64
10. Sipispis
- -
- -
-
- -
-
11. Kotarih
19 26
1,37 31
1,63
9 15
1,67
Sumber : Dinas Pertanian Serdang Bedagai, 2008 Dari data pada Tabel 2 dan 3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Dolok
Masihul pada tahun 2003 memiliki tanaman sebanyak 12 Ha, dengan produksi sebesar 116 Kw dan produktivitas sebesar 9,7 KwHa. Pada tahun 2004 memiliki
tanaman sebanyak 12 Ha dengan produksi sebesar 120 Kw dan produktivitas sebesar 10 KwHa. Pada tahun 2005 memiliki tanaman sebanyak 1.590 pohon
dengan produksi sebesar 1.783 Kw dan produktivitas sebesar 1,12 KwPhn. Pada tahun 2006 Kecamatan Dolok Masihul memiliki tanaman sebanyak 1.590 pohon
dengan produksi sebesar 2.601 Kw dan Produktivitas sebesar 1,64 kwPhn. Sedangkan pada tahun 2007 memiliki tanaman sebanyak 2.720 pohon dengan
produksi sebesar 4.449 Kw dan produktivitas sebesar 1,64 Kwphn.
Identifikasi Masalah
1. Berapa jumlah hasil produksi minimal usahatani sukun dan harga jual hasil produksi minimal usahatani sukun agar dapat memberi keuntungan dan
melampaui titik impas Break Event Point di daerah penelitian ?
Universitas Sumatera Utara
2. Berapa biaya produksi maksimal usahatani sukun agar dapat memberi keuntunganmelampaui titik impas Break Event Point di daerah penelitian?
3. Berapakah besar pendapatan petani minimal dari usahatani sukun di daerah penelitian ?
4. Apakah ada pengaruh nyata luas lahan, tenaga kerja, pupuk terhadap produksi sukun di daerah penelitian ?
5. Bagaimana tingkat kelayakan usahatani sukun di daerah penelitian ? 6. Berapakah jumlah hasil olahan minimal dan harga jual minimal agar usaha
pengolahan sukun melampaui titik impas Break Event Point di daerah penelitian?
7. Berapa biaya pengolahan maksimal agar usaha pengolahan sukun dapat memberi keuntunganmelampaui titik impas Break Event Point di daerah
penelitian ? 8. Berapakah besar pendapatan usaha pengolahan sukun minimal di daerah
penelitian ? 9. Berapa peningkatan nilai tambah Value Added produk yang diperoleh dari
usaha pengolahan sukun di daerah penelitian ? 10. Bagaimana tingkat kelayakan usaha pengolahan sukun di daerah penelitian ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jumlah produksi minimal usahatani sukun dan harga jual minimal usahatani sukun yang memberi keuntungan dan melampaui titik
impas Break Event Point di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui biaya produksi maksimal usahatani sukun yang memberi keuntunganmelampaui titik impas Break Event Point di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui pendapatan petani minimal dari usahatani sukun di daerah penelitian.
4. Untuk mengetahui pengaruh nyata luas lahan, tenaga kerja, pupuk terhadap produksi sukun di daerah penelitian.
5. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani sukun di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui jumlah hasil olahan minimal dan harga jual minimal hasil
usaha pengolahan sukun agar melampauii titik impas Break Event Point di daerah penelitian.
7. Untuk mengetahui biaya pengolahan maksimal komoditi sukun yang memberi keuntunganmelampaui titik impas Break Event Point di daerah penelitian.
8. Untuk mengetahui pendapatan minimal dari usaha pengolahan sukun di daerah penelitian.
9. Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah Value Added produk yang diperoleh dari usaha pengolahan sukun di daerah penelitian.
10. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pengolahan komoditi sukun di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi petani dan usaha pengolahan sukun di dalam mengembangkan usahanya.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap pengembangan komoditi sukun baik untuk pertimbangan akademis maupun
ekonomis. 3. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan topik
penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
12
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Tanaman sukun, Artocarpus altilis Park. Dapat digolongkan menjadi sukun yang berbiji disebut breadnut dan yang tanpa biji disebut breadfruit. Sukun
tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah
yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat
tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu
cadangan pangan nasional Koswara, 2006. Tanaman sukun dalam sistematika taksonomi tumbuh-tumbuhan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Kelas
: Dicotyledonae Ordo
: Urticales Famili
: Moraceae Genus
: Artocarpus Spesies
: Artocarpus altilis Park Triwiyatno, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga spesies sukun yang banyak terdapat di lapangan yaitu : 1. Buahnya berukuran kecil, daunnya menyirip, tepi daun bercangap dengan
lekuk dangkal. Kedudukan daun agak menguncup ke atas 2. Buahnya agak besar medium. Daunnya menyirip, tepi daun bercangap
dengan lekuk dangkal. Kedudukan daun agak menguncup ke atas. Spesies ini jarang didapati di lapangan
3. Buahnya besar, Daunnya menyirip, tepi daun bercangap dengan lekuk dalam, kedudukan daun mendatar Pitojo, 1992.
Pohon sukun umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan
klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus hingga 8 m, akarnya memanjang. Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-
besar yang tersusun berselang-seling, lembar daun 20-40 × 20-60 cm menyirip ke dalam, liat agak keras seperti kulit, warna hijau tua mengkilap di sisi atas, serta
kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah
putih lateks apabila dilukai Anonimous, 2007. Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam
bulir berbentuk gada panjang yang menggantung 15-25 cm, buah berwarna hijau muda dan menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan
angin. Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8-10 cm, hijau. Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk,
dengan diameter 10-30 cm. Forma tak berbiji sukun biasanya memiliki kulit buah hijau kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset
Universitas Sumatera Utara
segi-4 atau segi-6 di kulitnya. Biji sukun berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun
tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi daging buah sukun Anonimous, 2007.
Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200 m dpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per
tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah 6-7. Tanaman sukun relatif toleran
terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air,
tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah Anonimous , 2005. Buah sukun berbentuk bulat telur atau lonjong atau bulat panjang. Kulit
buah cenderung berduri, namun ada juga yang berkulit halus. Buah berwarna hijau kekuningan dan tidak berbiji Triwiyatno, 2003.
Sukun menyukai iklim tropis, suhu panas 20-40 C, curah hujan 2000- 3000 mm pertahun dan kelembaban 70-90, dan lebih cocok di dataran rendah,
di bawah 600 m dpl, meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, namun kemudian membutuhkan matahari
penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur, dalam dan berdrainase baik,
akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain
Anonimous, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam
satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5-6 tahun, dan 700-800 buah per tahun pada umur 8 tahun Koswara, 2006.
Landasan Teori
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petaniprodusen dapat mengalokasikan sumberdaya yang
mereka miliki yang dikuasai sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran output yang melebihi
masukan input Soekartawi, 1995. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah tersebut dan sebagainya Mosher, 1987.
Menurut Mubyarto 1989 fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik output dengan faktor-faktor
produksi input. Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan
diantara tingkat produksi suatu barang dengan sejumlah faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi produk tersebut. Hukum
Universitas Sumatera Utara
hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan tentang pokok dari
hubungan diantara tingkat produksi dan faktor produksi untuk mewujudkan produksi tersebut Sukirno, 2003.
Gambar 1. Grafik Produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata- rata
Ada beberapa konsep biaya dalam ilmu ekonomi yaitu : a Biaya tetap total Total Fixed Cost adalah biaya yang tidak berubah
mengikuti perubahan keluaran sebuah perusahaan. Dalam jangka pendek perusahaan tidak mampu menghindari atau mengubahnya bahkan apabila
produksinya nol. b Biaya variabel total Total Variable Cost adalah biaya yang tergantung pada
tingkat keluaran yang dipilih dengan kata lain biaya ini berubah-ubah mengikuti kesibukan usaha tersebut.
c Biaya total Total Cost adalah penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel total.
AP MP
TP
Input Jumlah
Produksi
Universitas Sumatera Utara
d Biaya tetap rata-rata Average Fixed Cost adalah biaya tetap total dibagi kuantitas keluaran. Ketika keluaran naik, biaya tetap rata-rata menurun karena
total yang sama ditangung oleh kuantitas keluaran yang semakin besar. e Biaya variabel rata-rata Average Variabel Cost adalah biaya variabel total
dibagi kuantitas keluaran. f Biaya total rata-rata Average Cost adalah biaya total dibagi kuantitas
keluaran. ATC sama juga dengan jumlah biaya tetap rata-rata dan biaya variabel rata-rata.
g Biaya marginal Marginal Cost adalah naiknya biaya total yang diakibatkan oleh memproduksi satu unit keluaran lagi. Bagi marginal mencerminkan
perubahan biaya variabel serta menghitung biaya masukan tambahan yang diperlukan untuk memproduksi masing-masing unit keluaran berikutnya.
h Biaya kesempatan adalah biaya atau pengorbanan yang harus dilakukan untuk memperbanyak produksi dengan mengorbankan produksi barang lain. Dengan
kata lain semakin banyak suatu barang misalnya barang industri, maka biaya kesempatan yaitu penurunan produksi pertanian untuk memperoleh satu unit
tambahan barang tersebut menjadi semakin besar Sukirno, 2003.
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :
TR = Y. PY
TR = Total Penerimaan Rp
Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani Kg
PY = Harga Y Rp
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya Soekartawi, 2002.
Income statement adalah suatu ringkasan dari pendapatan dan pengeluaran untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai alat kontrol untuk alat
evaluasi suatu usaha. Ada beberapa pembagian tentang pendapatan yaitu : 1. Pendapatan bersih Net Income adalah pendapatan usaha dikurangi biaya.
2. Pendapatan tenaga kerja Labour Income adalah jumlah seluruh penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.
3. Pendapatan tenaga kerja keluarga Family s Labour Income adalah total pendapatan tenaga kerja ditambah tenaga kerja dalam keluarga.
4. Pendapatan keluarga petani Family s Income adalah pendapatan bersih ditambah nilai tenaga kerja keluarga Kusumo, 1990.
Kurva FC bentuknya adalah horizontal karena nilainya tidak berubah walau berapapun banyaknya produksi, sedangkan kurva VC bermula dari titik nol
dan semakin bertambah tinggi, ini menggambarkan ketika tidak ada produksi VC = 0 dan semakin besar nilai VC. Keadaan tersebut dapat dilihat pada grafik di
bawah ini Sukirno, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Grafik Biaya Total, Biaya Variabel dan Biaya Tetap
Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali harga. Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali
periode produksi. Secara grafik pendapatan maksimum oleh suatu usaha dapat ditunjukkan dengan grafik yang menggambarkan biaya total dan hasil penjualan
penerimaan, seperti grafik di bawah ini Samuelson, 2001.
Gambar 3. Grafik Biaya dan Penerimaan
Break Event Point BEP adalah titik pulang pokok dimana Total Revenue sama dengan Total Cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usahatani,
terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan sebuah usahatani dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta
TC VC
FC Jumlah
h B
i a
y a
Jumlah Produksi
TR TC
Jumlah Penerimaan
Universitas Sumatera Utara
biaya modal lainnya. Perpotongan antara garis Biaya Total TC dan Penerimaan Total TR disebut dengan Titik Break Event Point. Titik ini menunjukkan bahwa
pada jumlah produksi tersebut tidak ada rugi dan untung karena jumlah biaya dan total penerimaan tepat sama besarnya Gilarso, 1994.
Analisa Break Event Point BEP merupakan salah satu metode untuk mempelajari hubungan penjualan, biaya, dan laba. Jumlah pendapatan, penjualan
sama besarnya dengan jumlah biaya Wasis, 1992.
Gambar 4. Grafik Break Event Point BEP
Nilai tambah adalah produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi tersebut. Dengan kata lain,
nilai tambah merupakan sejumlah nilai jasa return terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, keterampilan dan manajemen Suryana, 1995.
Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut :
1. Meningkatkan Nilai Tambah Jumlah
Produksi TC
BE
P VC
FC Jumlah
Penerimaan TR
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses.
Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, ketrampilan mengolah
hasil, mesin pengolah, dan lain-lain. Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang
pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.
2. Kualitas Hasil Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas.
Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja
menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.
3. Penyerapan Tenaga Kerja Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.
Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif lebih besar pada kegiatan pengolahan.
4. Meningkatkan ketrampilan Dengan ketrampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan
ketrampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yag lebih besar.
5. Peningkatan Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya
petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total
penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar Soekartawi b, 1993. Karakteristik produk pertanian yang digunakan sebagai bahan baku
berbeda satu dengan yang lain. Produk pertanian mempunyai ciri khusus yaitu bersifat musiman, sehingga sulit tersedia sepanjang tahun, produk pertanian sulit
disimpan dalam waktu yang relatif lama dan juga bersifat bulky, artinya volumenya besar tetapi nilainya relatif kecil. Agar bahan baku perusahaan
agroindustri dapat tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu dan tepat kualitas serta kontiniunya terjamin maka pengusaha agroindustri perlu berpikir secara
jangka panjang Soekartawi b, 1993. Penggolongan dan standard mutu yang seragam yang dilaksanakan dalam
pengolahan telah memperoleh dukungan luas dikalangan pertanian. Sebab hal ini memberikan sumbangan yang berarti bagi pelaksanaan sistem pemasaran
pertanian. Penyeragaman itu memperlancar perdagangan dan pada umumnya memperbaiki efisiensi alokasi dalam proses penetapan harga Kristanto, dkk 1988
Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persekutuan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek telah dikembangkan
berbagai macam cara yang dinamakan investment criteria atau kriteria investasi. Ada tiga macam kriteria investasi yang umum dikenal antara lain ; Internal Rate
of Return IRR dan Net Benefit Cost Net BC. Keuntungan bersih suatu usaha adalah pendapatan kotor dikurangi sejumlah biaya Gray, dkk, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pemikiran
Analisis usaha ini meliputi usahatani dan usaha pengolahan sukun. Dari usahatani sukun dapat diketahui produksi dan harga jual minimal komoditi sukun
serta biaya produksi maksimal dengan menggunakan analisa titik impas Break Event Point. Komoditi sukun belum dapat sepenuhnya dikatakan sebagai suatu
usahatani, karena belum sepenuhnya diusahakan seperti komoditi pertanian lainnya, maksudnya di Kabupaten Serdang Bedagai komoditi ini masih sedikit
diusahakan dapat dilihat dari jumlah pohon dan produksi di daerah tersebut. Disini petani sebagian besar bertindak sebagai pengumpul hasil. Dalam hal ini petani
juga dapat dikatakan sebagai pengusaha dalam pengolahan komoditi. Dalam pengolahan komoditi sukun juga dapat diketahui volume hasil
olahan dan harga jual minimal dalam usaha pengolahan serta biaya pengolahan maksimal dengan menggunakan analisa titik impas Break Event Point. Komoditi
sukun tersebut tidak dapat dikonsumsi dalam bentuk segar. Dalam mengkonsumsi sukun harus melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga memberikan nilai
tambah dan dapat di pasarkan sesuai dengan selera konsumen. Hasil produksi sukun baik berupa buah segar maupun produk olahan yang
memiliki nilai tambah Value Added harus disalurkan kepada pabrik pengolahan atau konsumen melalui pedagang perantara, ini terjadi karena keterbatasan petani
dalam menjalankan fungsi tataniaga. Baik keterbatasan kemampuan juga materil. Produk olahan dari komoditi sukun beraneka ragam seperti apem, bolu cup, cake,
donat, dodol, getuk, kroket, kolak, lapis, pastel, puding, risol, tape, wajik serta bisa dibuat lauk pauk seperti bregedel, rendang, sayur lodeh dan sambal goreng,
tetapi di daerah penelitian hanya keripik sukun sebagai hasil olahannya. Dari
Universitas Sumatera Utara
usahatani, pengolahan dan pemasaran komoditi sukun akan diperoleh penerimaan yaitu perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, sedangkan
pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisa proyek dengan
analisa finansial. Metode analisa proyek adalah analisa kuantitatif yang dapat menilai kelayakan usaha dan bagaimana baiknya usahatani, usaha pengolahan dan
pemasaran sukun tersebut. Metode analisa proyek menghitung indikator-indikator proyek antara lain, Net BC, Internal Rate of Return IRR, sukun layak
dikembangkan jika Net BC 1 dan IRR i tingkat suku bunga yang berlaku. Untuk lebih memperjelas mengenai Analisis Usahatani dan Usaha
Pengolahan Sukun, maka dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini Gambar 5.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
= Menyatakan Hubungan dan Keterkaitan
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran
Nilai Tambah
Analisis Kelayakan Usaha Net BC, IRR, BEP
Usahatani Sukun Usaha Pengolahan
Sukun
Produksi Sukun
Penerimaan
Pendapatan Usaha Biaya Produksi
Harga Jual
Produksi Keripik Sukun
Harga Jual
Biaya Pengolahan Produktivitas
SUKUN
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian
1. Jumlah hasil Produksi usahatani sukun dan harga jual hasil produksi usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas Break
Event Point. 2. Biaya produksi usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik
impas Break Event Point. 3. Pendapatan dari usahatani sukun di daerah penelitian telah melampaui titik
impas Break Event Point. 4. Faktor produksi luas lahan, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani sukun di daerah penelitian. 5. Secara ekonomis usahatani sukun layak untuk diusahakan di daerah
penelitian. 6. Jumlah dan harga jual hasil olahan usaha pengolahan sukun di daerah
penelitian telah melampaui titik impas Break Event Point. 7. Biaya pengolahan sukun di daerah penelitian telah melampaui titik impas
Break Event Point. 8. Pendapatan usaha pengolahan sukun di daerah penelitian telah melampaui
titik impas Break Event Point. 9. Ada peningkatan nilai tambah Value added produk yang diperoleh dari
usaha pengolahan sukun di daerah penelitian. 10. Usaha pengolahan sukun layak untuk diusahakan di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
27
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lokasi
penelitian terpilih di Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Penilaian
daerah tersebut untuk kecamatan Dolok Masihul dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi sukun yang terbanyak dari keseluruhan
Kabupaten Serdang Bedagai dan Kecamatan Perbaungan dipilih dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra pengolahan dan pemasaran di daerah
itu. Untuk mengetahui jumlah tanaman di daerah penelitian tersebut dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3. Jumlah Tanaman Sukun Per Desa di Kecamatan Dolok Masihul
No Desa
Jumlah Tanaman Pohon
1. Aras panjang 75
2. Bah Krapu 95
3. Baja Ronggi 120
4. Bantan 280