27
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lokasi
penelitian terpilih di Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul dan Desa Bengkel Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Penilaian
daerah tersebut untuk kecamatan Dolok Masihul dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi sukun yang terbanyak dari keseluruhan
Kabupaten Serdang Bedagai dan Kecamatan Perbaungan dipilih dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra pengolahan dan pemasaran di daerah
itu. Untuk mengetahui jumlah tanaman di daerah penelitian tersebut dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3. Jumlah Tanaman Sukun Per Desa di Kecamatan Dolok Masihul
No Desa
Jumlah Tanaman Pohon
1. Aras panjang 75
2. Bah Krapu 95
3. Baja Ronggi 120
4. Bantan 280
5. Batu 12 70
6. Batu 13 85
7. Blok 10 150
8. Bukit Cermin Hilir 65
9. Dame 40
10. Dolok Menampang 95
11. Dolok Sagala 145
12. Durian Puloan 80
13. Hevea 50
14. Huta Nauli 70
15. Kota Tengah 75
16. Krapu 165
17. Mala Sore 45
18. Martebing 125
19. Pardomuan 85
20. Pekan Dolok Masihul 175
21. Pekan Kemis 95
Universitas Sumatera Utara
22. Pertambatan 165
23. Sarang Ginting 45
24. Sarang Terap 35
25. Silau Merawan 50
26. Tanjung Meriah 55
27. Tegal Sari 85
28. Ujung Silau 100
J u m l a h 2270
Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan Untuk mengetahui jumlahunit pengolahan dan pemasaran sukun dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 4. Jumlah Unit Usaha Pengolahan Sukun Per Dusun di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan
No Dusun
Jumlah Industri Pengolahan unit
1. Dusun 1
1 2.
Dusun 2 3
3. Dusun 3
4 4.
Dusun 4 -
5. Dusun 5
-
Jumlah 8
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel
Metode Penentuan Sampel 1. Petani
Jumlah penduduk di Desa Bantan sebesar 1230 KK. Populasi petani sukun sebanyak 125 KK, pengambilan sampel dilakukan secara
Simple Random Sampling yaitu 110 dari jumlah populasi yaitu sebanyak 13 sampel Black, 1999.
2. Pengolahan
Populasi industri pengolahan sukun sebanyak 8 KK. Pengambilan sampel untuk industri pengolahan sebanyak 8 KK dilakukan secara
Sensus.
Universitas Sumatera Utara
Metode Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari data hasil wawancara langsung
antara peneliti dan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan kuisioner yang telah disiapkan sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh
peneliti dari lembaga atau instansi serta dinas yang terkait dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, kemudian ditabulasi dan selanjutnya di analisis sebagai berikut :
Hipotesis 1, 2, 6, dan 7 dianalisis dengan analisis perhitungan Titik Impas Break Event Point yaitu keadaan kembali modal sehingga usaha tidak untung
dan tidak rugi, atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Ada tiga ukuran yang digunakan yaitu titik impas Pendapatan, Produksi, dan Harga dengan
rumus sebagai berikut :
BEP Pendapatan :
pendapatan tetap
tidak Biaya
1 Tetap
Biaya
BEP Produksi :
arga Pendapatan
BEP
BEP Harga :
Produksi tal
Produksi Biaya
otal
Kriteria : - Bila BEP 1, maka usaha dinyatakan melampaui titik impas - Bila BEP 1, maka usaha dinyatakan tidak melampaui titik impas
- Bila BEP = 1, maka usaha dinyatakan impas tidak rugiuntung Wasis, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis 3 dan 8 dianalisis dengan menggunakan rumus :
Pd = TR-TC
Keterangan : Pd : Pendapatan dari usahatani, usaha pengolahan dan pemasaran sukun
Rp TR :Total Penerimaan usahatani, usaha pengolahan dan pemasaran
sukun Rp TC : Total Biaya usahatani, usaha pengolahan dan pemasaran sukun Rp
Kriteria uji : Untung apabila TR TC Soekartawi, 1995.
Hipotesis 4 dianalisis dengan meggunakan analisis regresi linier berganda Multiple Regresi, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS
dengan alat bantu SPSS 13, secara matematis ditulis sebagai berikut : Y = b
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ µ Dimana :
Y = Produksi Sukun Buah
b = Intercept
X
1
, X
2
, X
3
= Koefisien Regresi Input Produksi Luas lahan Ha, Tenaga Kerja HKP, Pupuk Kg
µ = Faktor Lain yang mempengaruhi Sastrosupadi, 2003.
Untuk melihat apakah variabel berpengaruh terhadap produksi sukun, maka digunakan uji f, yaitu :
f-hitung =
r k1
1 k
n r
2 2
Universitas Sumatera Utara
r
2
=
2
Y reg
jk
Dimana : r
2
= Koefisien Determinasi n
= Jumlah Sampel k
= Jumlah Variabel Bebas Kriteria uji untuk uji F adalah :
f-hitung f-tabel.................... Hipotesis Ho diterima f-hitung f-tabel..................... Hipotesis Ho ditolak
Untuk mengetahui secara persial dapat diuji melalui uji t, yaitu : t-hitung
=
i i
Sb b
S
2
y
1
= 1
2
k n
y y
Dimana : b
i
= Parameter i=1,2,3 n-k-1 = Derajat Bebas
Sb
i
= Standar Error Parameter b S
2
y
1
= Standar Error Estimates Kriteria uji t adalah :
t-hitung t-tabel ................. Hipotesis Ho diterima t-hitung t-tabel ................. Hipotesis Ho ditolak
Hasan, 2002. Untuk hipotesis 9, dianalisis dengan menggunakan rumus :
NT = NP NBB + NBP
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : NT
= Nilai Tambah RpKg NP
= Nilai Produksi Hasil Olahan RpKg NBB = Nilai Bahan Baku RpKg
NBP = Nilai Bahan Pembantu yang digunakan dalam proses produksi RpKg
Suryana, 1995. Untuk hipotesis 5 dan 10, dianalisis dengan menggunakan analisis
kelayakan yaitu Net BC, dan IRR yaitu : Untuk memperoleh nilai Benefit Cost Ratio BC yaitu :
Net BC =
n t
t t
t n
t t
t t
i B
C i
C B
1 1
t t
t t
C B
untuk C
B untuk
Dimana : Net BC
: Net Benefit Cost Ratio B
t
: Benefit sosial kotor usaha pada waktu t C
t
: Cost sosial kotor sehubungan dengan usaha pada waktu t i
: Tingkat suku bunga yang berlaku t
: Jangka waktu usahatani sukun n
: Umur ekonomis usaha Kriteria yang dipakai adalah :
Bila BC 1 maka usaha tersebut layak di kembangkan atau di usahakan Bila BC 1 maka usaah tersebut tidak layak di usahakan
Nilai IRR di hitung dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
IRR =
1 2
2 1
1 1
i i
NPV NPV
NPV i
Dimana :
IRR : Internal Rate Return NPV
1
: Net Present Value yang pertama NPV
2
: Net Present Value yang kedua i
1
: Tingkat bunga yang pertama i
2 :
Tingkat bunga yang kedua Kriteria yang dipakai adalah :
Bila IRR i maka usaha tersebut layak untuk diusahakan Bila IRR i maka usaha tersebut tidak layak diusahakan
Gray , dkk, 2002.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam usulan penelitian ini, maka dibuat defenisi
dan batasan operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Produksi adalah hasil panen yang diperoleh dalam satu kali musim tanam. 2. Usahatani adalah suatu kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu
modal, alam, tenaga kerja, dan keahlian skill yang ditunjukkan untuk proses produksi yang nantinya menghasilkan output dan keberhasilannya
tergantung pada kemampuan petani pengelolanya.
Universitas Sumatera Utara
3. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan untuk menghasilkan suatu produk.
4. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani sukun, pengolahan dan pemasaran dikurangi dengan biaya produksi selama proses
berlangsung. 5. Penerimaan adalah harga dikalikan dengan hasil produksi komoditi sukun,
usaha pengolahan dan pemasaran sukun yang dihitung dalam rupiah. 6. Proses pengolahan sukun adalah proses pengolahan bahan baku menjadi
produk akhir dengan menggunakan faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, teknologi dan bahan baku.
7. Nilai tambah Value Added adalah nilai produk dikurangi dengan nilai bahan baku dalam bahan penunjang yang digunakan dalam proses
produksi. 8. Harga jual adalah biaya total ditambah atau dikurangi untung atau rugi
dinyatakan dalam rupiah. 9. Biaya tetap adalah biaya penyusutan dan pemeliharaan alat.
10. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pengolahan sukun yang terdiri atas biaya bahan penunjang dan kebutuhan lain yang
digunakan selama pengolahan. 11. Titik impas Break Event Point adalah suatu keadaan impas atau kembali
modal sehingga usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, atau hasil penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
12. Kelayakan secara finansial adalah kelayakan yang hanya dinilai pada bagian benefit dan biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan
suatu usaha atau proyek.
Batasan Operasional
1. Penelitian di laksanakan pada bulan Maret-April tahun 2008. 2. Lokasi penelitian adalah Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul dan Desa
Bengkel Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan sukun dan pengusaha
industri pengolahan sukun di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI DAN INDUSTRI PENGOLAHAN
Deskripsi Daerah Penelitian Desa Bantan Letak Geografis, Batas, Luas Wilayah dan Iklim
Penelitian ini dilakukan di Desa Bantan Kecamatan Dolok Masihul yang merupakan salah satu desa sentra produksi sukun di Kabupaten Serdang Bedagai.
Desa Bantan terletak di wilayah dataran 150 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, Desa Bantan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Pekan Kamis
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kebun Tanjung Maria
Sebelah Barat : berbatasan dengan Martebing
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Batu 12
Desa Bantan merupakan salah satu dari 28 desa di Kecamatan Dolok Masihul dengan luas desa sebesar 622,841 Ha. Desa Bantan mempunyai iklim
tropis dengan suhu 26 C. Posisi wilayah Desa Bantan terletak 7 Km dari ibu kota
Kecamatan Dolok Masihul.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Bantan sebanyak 4.456 jiwa. Di desa ini jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dibanding jumlah penduduk laki-laki. Jumlah
penduduk perempuan terdiri dari 2.318 jiwa dan 2.138 jiwa jumlah penduduk laki-laki dengan total kepala keluarga 1.230 KK. Distribusi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007
No Kelompok Umur
tahun Laki-laki
jiwa Perempuan
jiwa Jumlah
jiwa Persentase
1 0-14
821 909
1.730 38,82
2 15-64
768 803
1.571 35,26
3 64 keatas
549 606
1.155 25,92
4
Jumlah 2.138
2.318 4.456
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan, 2008 Tabel 6 menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling besar adalah
kelompok umur 0-14 tahun yaitu sebesar 1.730 jiwa 38,82. Kemudian kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.571 jiwa 35,26 dan yang paling kecil
kelompok umur 64 tahun keatas sebesar 1.155 jiwa 25,92. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa
Bantan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007
No Tingkat Pendidikan
Jumlah jiwa Persentase
1 Tingkat Pendidikan Dasar
Belum Sekolah 785
36,58 Tidak Tamat SD
160 7,45
SD 630
29,36 2
Tingkat Pendidikan Menengah
- SLTP 300
13,98 - SLTA
220 10,25
3 Tingkat Pendidikan Tinggi
- Sarjana S1 51
2,38
Jumlah 2.146
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan, 2008 Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dasar belum sekolah,
tidak tamat SD dan SD sebanyak 1.575 jiwa 73,39, tingkat pendidikan menengah SLTP dan SLTA sebanyak 520 jiwa 24,23 dan tingkat pendidikan
tinggi S1 sebanyak 51 jiwa 2,38.
Universitas Sumatera Utara
Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian utama penduduk di daerah penelitian adalah petani, tetapi ada juga bekerja sebagai pedagang, pegawai negeriswasta, karyawan,
buruh dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel berikut ini :
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007
No Jenis Mata Pencaharian
Jumlah jiwa Persentase
1 Bertani
855 85,5
2 Pegawai Negeri
5 0,5
3 PengusahaPedagang
20 2,0
4 Karyawan
20 2,0
5 Buruh
100 10
Jumlah 1000
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan, 2008 Mayoritas penduduk Desa Bantan hidup dari pertanian. Hal itu dapat
dilihat pada Tabel di atas dimana penduduk Desa yang bekerja sebagai petani sebanyak 855 jiwa 85,5, penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri
sebanyak 5 jiwa 0,5, penduduk yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 20 jiwa 2, penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 20 jiwa 2 dan
penduduk yang bekerja sebagai buruh sebanyak 100 jiwa 10.
Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam suatu desa akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Semakin baik sarana dan
prasarana maka akan semakin cepat laju perkembangan suatu desa. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Bantan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bantan Tahun 2007
No Sarana dan Prasarana
Jumlah unit
1 Sekolah Dasar
2 2
Mesjid 9
3 Puskesmas
3 4
Gedung Balai Desa dan LKMD 1
5 Kantor Kepala Desa
1 6
Tali Air 4
7 Sarana Transportasi
- Jalan Tanah
- Jalan Batu
14 Km 10 Km
Sumber : Kantor Kepala Desa Bantan, 2008 Sarana dan prasarana Desa Bantan saat ini dinilai relatif memadai. Hal ini
dapat dilihat dari sarana yang tersedia baik sarana angkutan maupun sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan angkutan
pedesaan roda empat. Sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi juga dalam penjualan hasil karena sarana
transportasi cukup tersedia.
Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel pada penelitian ini dicirikan oleh faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan, umur tanaman dan
pengalaman bertani. Karakteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bantan Tahun 2008
No Uraian
Range Rataan
1 Umur tahun
30-80 57,77
2 Tingkat Pendidikan tahun
6-9 6,46
3 Jumlah Tanggungan jiwa
0-4 1,31
4 Luas Lahan Ha
0,025-0,019 0,01
5 Umur Tanaman tahun
15-35 11,92
6 Pengalaman Bertani tahun
10-45 20,38
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata luas lahan yang digunakan oleh petani sukun di Desa Bantan adalah 0,01 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa
petani sukun mempunyai luas lahan yang sedikit. Rata-rata umur petani sukun adalah 57,77 tahun. Hal ini berarti bahwa
petani di daerah penelitian masih tergolong usia yang produktif sehingga petani masih potensial untuk mengembangkan usahatani sukun.
Rata-rata tingkat pendidikan petani sukun di daerah penelitian adalah 6,46 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani setingkat dengan
SD. Rata-rata jumlah tanggungan petani di daerah penelitian adalah 1,31 jiwa.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan yang masih dalam usia produktif masih bisa dimanfaatkan untuk membantu proses usahatani sukun terutama
penyediaan tenaga kerja dalam keluarga. Rata-rata umur tanaman sukun adalah 11,92 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa tanaman sukun sudah dapat menghasilkan produksi yang cukup banyak dan berpotensial untuk menghasilkan produksi yang lebih besar lagi. Rata-rata
pengalaman bertani adalah 20,38 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani telah memiliki pengalaman yang cukup lama dalam mengusahakan usahatani sukun,
sehingga dapat menghasilkan produksi sukun yang lebih banyak.
Deskripsi Daerah Penelitian Desa Bengkel Letak Geografis, Batas, Luas Wilayah dan Iklim
Penelitian ini dilakukan di Desa Bengkel Kecamatan Perbaungan yang merupakan salah satu desa sentra pengolahan dan pemasaran sukun di Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Serdang Bedagai. Desa Bengkel berada pada ketinggian 11-13 meter di atas permukaan laut. Suhu berkisar antara 23-28
C. Secara administratif, Desa Bengkel mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Suka BerasPematang Sijonam
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Karang Anyer
Sebelah Barat : berbatasan dengan Pematang SijonamTualang
Sebelah Timur : berbatasan dengan Deli Muda Ilir
Luas wilayah Desa Bengkel adalah 1.390 km
2
. Posisi wilayah Desa Bengkel terletak 5 Km dari ibu kota Kecamatan Perbaungan, 12 Km dari Desa Sei
Rampah, dan 42 Km dari Kotamadya Medan.
Tata Guna Tanah
Luas wilayah desa ini adalah 350 Ha yang penggunaannya adalah areal pertanian sawah dan ladang, pemukiman penduduk dan industri, dan untuk sosial
budaya misalnya : balai desa yang berfungsi sebagai tempat pertemuan masyarakat, dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 11. Tata Guna Tanah di Desa Bengkel Tahun 2007
No Jenis Penggunaan Tanah
Luas Ha Persentase
1 Pertanian Sawah dan Ladang
230,50 65,86
2 Pemukiman Penduduk dan Industri
70,00 20,00
3 Sarana dan Prasarana
39,50 11,28
4 Lahan Tidur
10,00 2,86
Jumlah 350,00
100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008 Berdasarkan Tabel 11 dapat dikemukakan bahwa penggunaan lahan
terbesar adalah untuk areal pertanian sawah dan ladang sebesar 230,50 Ha 65,86, pemukiman penduduk dan industri sebesar 70,00 Ha 20,00, sarana
dan prasarana sebesar 39,50 Ha 11,28 dan lahan tidur sebesar 10 Ha 2,86.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Bengkel sebanyak 4.030 jiwa. Di desa ini jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dibanding jumlah penduduk laki-laki. Jumlah
penduduk perempuan terdiri dari 2.126 jiwa dan 1.904 jiwa jumlah penduduk laki-laki dengan total kepala keluarga 992 KK. Distribusi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 12. Distribusi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Bengkel Tahun 2007
No Kelompok Umur
tahun Laki-laki
jiwa Perempuan
jiwa Jumlah
jiwa Persentase
1 0-5
229 238
467 11,6
2 6-12
151 150
301 7,5
3 13-16
425 445
870 21,6
4 17-59
1.015 1.134
2.149 53,3
5 60
84 159
243 6,0
Jumlah 1.904
2.126 4.030
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008 Tabel 12 menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling besar adalah
kelompok umur 17-59 yaitu sebesar 2.149 jiwa 53,3. Kemudian kelompok umur 13-16 sebesar 870 jiwa 21,6, kelompok umur 0-5 sebesar 467 jiwa
11,6, kelompok umur 6-12 sebesar 301 jiwa 7,5 dan kelompok yang paling kecil umur 60 sebesar 243 jiwa 6,0.
Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan formal di Desa Bengkel dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 13. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bengkel Tahun 2007
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa Persentase
1 Tingkat Pendidikan Dasar
TK 71
5,75 SD
376 30,40
2 Tingkat Pendidikan Menengah
- SLTP 521
42,20 - SLTA
208 16,80
3 Tingkat Pendidikan Tinggi
- D1
- D2
- D3
- S1
- S2
24 7
11 16
1 1,94
0,60 0,89
1,30 0,08
Jumlah 1.235
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008
Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dasar TK dan SD sebanyak 447 jiwa 36,15, tingkat pendidikan menengah SLTP dan SLTA
sebanyak 729 jiwa 5,90 dan tingkat pendidikan tinggi D1, D2, D3, SI dan S2 sebanyak 59 jiwa 4,81.
Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian utama penduduk di daerah penelitian adalah Petani, Pedagang, Pegawai Negeri, ABRIPOLRI, karyawan, Jasa, Buruh dan lain-lain.
Unutk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel berikut ini :
Tabel 14. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bengkel Tahun 2007
No Jenis Mata Pencaharian
Jumlah jiwa Persentase
1 Pegawai Negeri
71 10,7
2 ABRIPOLRI
9 1,3
3 Bertani
161 24,2
4 PengusahaPedagang
198 29,7
5 Karyawan
77 11,6
6 Buruh
123 18,5
7 Jasa
27 4,0
Jumlah 666
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008
Universitas Sumatera Utara
Mayoritas penduduk Desa Bengkel hidup dari berdagang. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 14 dimana penduduk Desa yang bekerja sebagai pedagang
sebanyak 198 jiwa 29,7, penduduk yang bekerja sebagai petani sebanyak 161 jiwa 24,2, penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 71 jiwa
10,7, penduduk yang bekerja sebagai ABRIPOLRI sebanyak 9 jiwa 1,3, penduduk yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 77 jiwa 11,6, penduduk
yang bekerja sebagai jasa sebanyak 27 jiwa 4,0 dan penduduk yang bekerja sebagai buruh sebanyak 123 jiwa 18,5
Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam suatu desa akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Semakin baik sarana dan
prasarana maka akan semakin cepat laju perkembangan suatu desa. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Bantan dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 15. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bengkel Tahun 2007
No Sarana dan Prasarana
Jumlah unit
1 Sekolah Dasar
3 2
Mesjid 2
3 Mushola
7 4
Rumah Sakit 1
5 Puskesmas
1 6
Kantor Kepala Desa 1
7 Tali air
2 8
Sarana Transportasi - Jalan Aspal
- Jalan Tanah - Jalan Batu
2,6 Km 1 Km
0,4Km
Sumber : Kantor Kepala Desa Bengkel, 2008 Berdasarkan Tabel 15 dapat dikemukakan bahwa sarana dan prasarana
Desa Bengkel saat ini dinilai relatif memadai. Hal ini dapat dilihat dari sarana yang tersedia baik sarana angkutan maupun sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai
dengan menggunakan kendaraan roda dua dan angkutan pedesaan roda empat.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi juga dalam penjualan hasil karena sarana transportasi cukup tersedia.
Karakteristik Pengolah Sampel
Karakteristik pengolah sampel pada penelitian ini dicirikan oleh faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas bangunan, dan pengalaman
bertani. Karakteristik pengolah sampel dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 16. Karakteristik Pengolah Sampel di Desa Bengkel Tahun 2008
No Uraian
Range Rataan
1 Umur tahun
25-56 38,38
2 Tingkat Pendidikan tahun
6-12 9,75
3 Jumlah Tanggungan jiwa
1-5 2,25
4 Pengalaman Berusaha tahun
5-15 8,88
Sumber : Data diolah dari lampiran 18 Dari Tabel 16 rata-rata umur pengolah sukun adalah 38,38 tahun. Hal ini
berarti bahwa pengolah di daerah penelitian masih tergolong usia yang produktif sehingga pengolah masih potensial untuk mengembangkan usaha pengolahan
sukun. Rata-rata tingkat pendidikan pengolah sukun di daerah penelitian adalah
9,75 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengolah sukun setingkat dengan SLTP.
Rata-rata jumlah tanggungan pengolah adalah 2,25 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan yang masih dalam usia produktif masih
bisa dimanfaatkan untuk membantu proses usahatani sukun terutama penyediaan tenaga kerja dalam keluarga.
Rata-rata pengalaman mengolah sukun adalah 8,88 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengolah telah memiliki pengalaman yang cukup lama
Universitas Sumatera Utara
dalam mengusahakan usaha pengolahan sukun, sehingga dapat menghasilkan produksi sukun yang lebih banyak.
Universitas Sumatera Utara
47
ANALISIS USAHATANI DAN USAHA PENGOLAHAN SUKUN
I. Analisis Usahatani Sukun Biaya Produksi
Biaya produksi dalam usahatani sukun meliputi biaya input produksi pupuk, tenaga kerja, dan biaya penyusutan peralatan. Setiap kegiatan usahatani
membutuhkan biaya produksi untuk dapat menjalankan usahatani dengan baik. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani sukun mulai dari
kegiatan pengolahan tanah sampai pada kegiatan panen. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap
variabel cost. Total biaya produksi yang dikeluarkan petani adalah jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan
dan pajak tanah. Sementara biaya tidak tetap adalah biaya pupuk, bibit, dan tenaga kerja.
Biaya Tenaga Kerja
Suatu proses produksi dalam usahatani tidak dapat berjalan tanpa adanya tenaga kerja, dimana tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting
dalam setiap usahatani. Tenaga kerja dalam usahatani sukun berasal dari dalam keluarga yang disingkat dengan TKDK. Upah per hari kerja di Desa Bantan yang
berlaku adalah Rp. 25.000,-HKP untuk pemeliharaan dan panen. Rata-rata jumlah tenaga kerja per Ha di Desa Bantan adalah 116,58 HKP dimana total biaya rata-
rata yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.909.344,27.
Universitas Sumatera Utara
Biaya Bibit
Bibit yang digunakan oleh petani sampel berupa akar yang tumbuh dari tanaman sukun tersebut. Akar tersebut ada yang berasal dari akar tanaman itu
sendiri dan ada juga yang dibeli dari petani lain. Harga bibit yang dibeli sebesar Rp. 4000bibit. Jumlah pohon sukun untuk 1Ha adalah sekitar 180 pohon dengan
jarak tanam sebesar 7,5 m x 7,5 m. Rata-rata biaya bibit per Ha di daerah penelitian sebesar Rp. 986.776,47 dengan 246,69 bibit.
Biaya Pupuk
Pupuk yang digunakan oleh petani sampel adalah pupuk kandang. Biasanya pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat sebelum
berbunga dan setelah panen raya. Rata-rata dosis pupuk yang diberikan adalah 5 kgtanaman, dimana harga 1 kg pupuk kandang adalah Rp. 300,-kg. Rata-rata
jumlah pupuk yang digunakan di daerah penelitian sebesar 2.466,94 kg. Rata-rata biaya pupuk per Ha sebesar Rp. 740.082,35
Biaya Penyusutan
Semua alat yang digunakan dalam usahatani sukun ini merupakan inventaris seperti pisau dan galah. Penilaian atas alat-alat pertanian ini dilakukan
dengan perhitungan penyusutan. Menurut Suratiyah 2008 menyatakan bahwa nilai biaya penyusutan peralatan dihitung dengan metode perhitungan penyusutan
yaitu harga beli Rp di bagi dengan umur ekonomis tahun dikurang dengan nilai residu.
Besarnya biaya penyusutan dipengaruhi oleh harga beli Rp dan masa pakai ekonomis alat tersebut. Biaya penyusutan ini dihitung per tahun. Umur
tahan pakai untuk masing-masing alat pertanian yang digunakan adalah pisau
Universitas Sumatera Utara
umur pakainya 5 tahun, dan galah bambu 5 tahun. Jadi total biaya penyusutan
seluruh sampel per Ha sebesar Rp. 4.999.709,81 Sedangkan rata-rata biaya
penyusutan setiap sampel sebesar Rp. 76.358,41
.
Tabel 17. Rataan Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Per Petani di Desa Bantan
Uraian Volume
Harga Satuan Rp
Jumlah Rp I.
Biaya Produksi
1. Bibit 2. Pupuk Kandang
3. TKDK 4. Peralatan :
- Galah - Pisau
5. Penyusutan Alat : -Galah
-Pisau
Total Biaya Produksi rata-rata per petani
2,23 Rumpun 22,31 Kg
1,09 HKP 1,15 buah
1,15 buah 4.000
300 25.000
10.461,54 4.807,69
8.923,08 6.692,31
25.870,82 12.307,69
5.576,92 955,22
1.115,38 42.841,98
II. Penerimaan
Jumlah Produksi x Harga Jual 127,10
1.107,69 146.673,08
III. Pendapatan Usahatani
Penerimaan Biaya Produksi 103.831,10
Sumber : Data diolah dari lampiran 2, 4, 6, 8, dan 13 Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa total biaya produksi rata-rata per
petani adalah Rp. 42.841,98
. Sedangkan besar penerimaan yang diperoleh per petani adalah Rp. 146.673,08 dan pendapatan usahatani
sebesar Rp.
103.831,10.
Tabel 18. Rataan Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Per Ha di Desa Bantan
Uraian Volume
Harga Satuan Rp
Jumlah Rp I.
Biaya Produksi
1. Bibit 2. Pupuk Kandang
3. TKDK 4. Peralatan :
- Galah - Pisau
5. Penyusutan Alat : -Galah
-Pisau
Total Biaya Produksi rata- rata per Ha
246,69Rumpun 2.466,94 Kg
116,58 HKP 1,15 buah
1,15 buah 4.000
300 25.000
10.461,54 4.807,69
986.776,47 740.082,35
2.909.344,27 12.307,69
5.576,92 327.119,82
147.836,83 4.375.548,54
II. Penerimaan
Jumlah Produksi x Harga Jual 15.315,17
1.107,69 17.603.627,50
III. Pendapatan Usahatani
Penerimaan Biaya Produksi 13.228.078,96
Sumber : Data diolah dari lampiran 3, 5, 7, 9, dan 13
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa total biaya produksi rata-rata per Ha adalah Rp. 4.375.548,54
. Sedangkan besar penerimaan yang
diperoleh per Ha adalah Rp. 17.603.627,50 dan pendapatan usahatani sebesar Rp. 13.228.078,96.
II. Analisis Usaha Pengolahan Sukun Tata Laksana Pengolahan Keripik Sukun
Pengolahan keripik sukun di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan sebagai lokasi penelitian terdapat 8 unit industri pengolahanrumah produksi dan
seluruhnya menjadi sampel dalam penelitian. Tata laksana kegiatan pengolahan keripik sukun terdiri dari :
1. Kegiatan penyediaan bahan baku 2. Pengupasan
3. PemotonganPengirisan 4. Pewarnaan dan Penggaraman
5. Penggorengan 6. Pendinginan
7. Pengemasan dan Pengepakan 8. Pemasaran
Cara kerja dari masing-masing tahapan kegiatan diuraikan lebih lanjut di bawah ini.
1. Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan keripik adalah sukun. Bahan baku ini diperoleh dari daerah setempat atau daerah lain yang berada di
sekitar daerah penelitian tersebut. Dalam pengolahan keripik sukun biasanya tidak
Universitas Sumatera Utara
mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku karena bahan baku tersebut diantar oleh penjual yang biasanya mencari buah sukun.
Bahan baku utama pada pengolahan keripik sukun selain buah sukun juga minyak goreng, sedangkan pewarna, garam dan penyedap rasa merupakan bahan
baku penunjang yang bertujuan untuk menambah rasa dan warna pada pengolahan keripik sukun. Minyak goreng, garam, pewarna dan penyedap rasa dapat dibeli di
pasar yang ada di daerah penelitian. Ciri buah sukun yang baik adalah buahnya sudah tua, ukurannya
sedangbesar, warna kulit buah hijau. Garam yang digunakan adalah jenis garam dapur yang biasa digunakan untuk memasak. Pewarna yang digunakan adalah
pewarna yang biasa digunakan untuk makanan sehingga tidak berbahaya untuk digunakan. Penyedap rasa yang digunakan yaitu royko. Minyak goreng yang
digunakan adalah minyak goreng yang dijual di pasar.
2. Pengupasan
Buah sukun dikupas dengan menggunakan pisau. Biasanya kegiatan pengupasan lebih banyak dilakukan oleh wanita yang merupakan tenaga kerja luar
keluarga dengan upah tenaga kerja berdasarkan buah yang dikupas bukan berdasarkan HKP. Upah tenaga kerja dalam kegiatan ini adalah Rp.100buah.
Jumlah buah sukun yang dikupas dalam satu hari adalah 115-175 buah tergantung banyaknya buah yang diperoleh pengolah. waktu yang digunakan untuk kegiatan
pengupasan sekitar 5 jam dalam satu hari proses pengolahan.
3. PemotonganPengirisan