Latar Belakang Permasalahan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan yang tidak dapat dipisahkan dari diri setiap individu. Keinginan mendapatkan pelayanan yang baik tidak memandang kaya atau miskin, tua maupun muda. Semua lapisan menginginkan diberi pelayanan yang terbaik. Pelayanan publik pada dasarnya diberikan melalui beberapa organisasi birokrasi pemerintah. Karena pemerintahlah yang memiliki hak untuk memonopoli atau menyediakan barang atau jasa publik kepada setiap warga negara mulai dari seorang warga negara itu lahir sampai akhir hayatnya. Paradigma baru mengenai organisasi pelayanan publik pada dasarnya berasal dari tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari waktu ke waktu. Tuntutan tersebut semakin berkembang seiring dengan tumbuhnya kesadaran bahwa warga negara memiliki hak untuk dilayani dan kewajiban bagi pemerintah untuk dapat memberikan pelayanan, karena pada hakekatnya pemerintahan memang memberi pelayanan pada rakyatnya. Paradigma baru mengenai pelayanan publik tersebut menuntut perubahan dalam orientasi pelayanan, dari yang suka mengatur berubah menjadi yang suka melayani. Semenjak diberlakukannya UU pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004, pemerintah daerah secara terus-menerus meningkatkan pelayanan publik. Seiring dengan hal itu tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas terus meningkat dari waktu ke waktu. Tututan tersebut semakin berkembang seirama dengan tumbuhnya kesadaran bahwa warga negara memiliki hak untuk dilayani dan kewajiban pemerintah daerah untuk dapat memberikan pelayanan. Tantangan yang dihadapi dalam pelayanan publik adalah bukan hanya menciptakan sebuah pelayanan yang efisien, namun juga bagaimana pelayanan juga dapat dilakukan tanpa membeda-bedakan status sosial masyarakat Universitas Sumatera Utara yang dilayani, atau dengan kata lain bagaimana menciptakan pelayanan yang adil dan demokratis. Beberapa hal di atas menjadi salah satu latar belakang masyarakat Kecamatan Depati VII yang menginginkan terjadinya pemekaran kecamatan. Alasan lain pemekaran kecamatan di Kecamatan Depati VII terjadi karena adanya tuntutan dan keluhan dari masyarakat yang disampaikan kepada kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat di desa masing-masing. Sebelumnya masyarakat Kecamatan Depati VII ini tergabung dalam Kecamatan Air hangat. Kecamatan Air Hangat, terlalu luas cakupan wilayah kerjanya sehingga ada beberapa masyarakat merasa terabaikan karena begitu banyak yang mengantri untuk mengurus keperluannya ke kantor kecamatan. Terabaikan disini misalnya ada sebagian masyarakat yang sudah mengantri lama menunggu begitu sampai gilirannya pegawai sudah istarahat atau sibuk mengerjakan berkas- berkas lain sehingga kepentingan masyarakat yang sudah mengantri tadi terabaikan dan harus kembali datang esok harinya. Selain itu, ada beberapa masyarakat desa yang mengeluhkan terlalu jauhnya jarak desa mereka ke kantor kecamatan dan hal itu terkadang membuat mereka malas atau kurang bersemangat berurusan kekantor kecamatan karena belum tentu sampai disana urusan mereka dapat diselesaiakan saat itu juga Wirnadi, 17 Juli 200917.20 WIB Namun tidak hanya itu saja yang menjadi alasan pemekaran kecanatan ini dirasa perlu. Selain menginginkan adanya perbaikan peningkatan efektifitas pelayanan publik masyarakat juga berharap pemekaran kecamatan ini juga dapat mempermudah penyaluran dana pembangunan walaupun dana yang diberikan tidak terlalu besar. Sebelumnya dana pembangunan sering di fokuskan ke ibu kota kecamatan saja dan desa-desa di sekitar ibu kota kecamatan sehingga timbul kecemburuan sosial pada masyarakat di desa-desa lainnya. Azmal, 20 Januari 200911.30 WIB Berlakunya Undang-Undang Otonomi membuka kesempatan kepada setiap daerah untuk mengembangkan daerahnya dan mendapatkan hak otonom seperti membentuk provinsi baru, kabupaten atau kota baru, membentuk kecamatan baru dengan melepaskan diri dari provinsi, Universitas Sumatera Utara kabupaten, atau kecamatan induknya. Salah satu contohnya yaitu adanya pemekaran kecamatan di Kabupaten Kerinci yang semula berjumlah 9 sembilan kecamatan setelah adanya pemekaran menjadi 12 tujuh belas kecamatan. Banyak kalangan meragukan apakah dengan adanya otonomi daerah maka dengan sendirinya pemerintahan daerah akan memberikan layanan yang baik atau malah sebaliknya. Efektifitas merupakan unsur pokok dalam aktivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan dengan pencapaian sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana efektifitas dapat diartikan sebagai bentuk penyelesaian yang telah ditentukan sebelumnya. Agar organisasi tetap dihargai keberadaannya karena efektifitas pelayanan publiknya yang sangat baik, maka organisasi tersebut harus memperhatikan kedudukan tugas dan fungsi organisasi dalam menghadapi lingkungan yang cenderung berubah-ubah. Pelayanan publik menjadi semakin penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki keaneka ragaman kepentingan dan tujuan. Salah satu dari filosofi otonomi daerah sebenarnya adalah semakin mendekatkan pelayanan yang baik dan lebih efektif kepada masyarakat. Tjandra dkk, 2005:2 Jika tingkat kekecewaan masyarakat pengguna jasa terhadap pelayanan yang diberikan oleh birokrasi masih relatif tinggi, maka hal ini akan menunjukkan bahwasanya kinerja pelayanan aparat birokrasi belum sepenuhnya mampu mewujudkan nilai-nilai akuntabilitas, responsivitas, dan efisiensi pelayanan. Karena hal-hal tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Efektifitas Pelayanan Publik” dengan mengambil studi kasus pada Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Universitas Sumatera Utara

I.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH KECAMATAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (Kecamatan Pesanggrahan sebagai Kecamatan Induk dan Kecamatan Siliragung sebagai Pemekaran Wilayah di Kabupaten Banyuwangi)

0 5 2

DAMPAK PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK (Studi Pada Kecamatan Kangayan, Sebagai Hasil Pemekaran Dari Kecamatan Arjasa Kabupaten Sumenep)

0 6 3

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH PADA PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN BINAKAL KABUPATEN BONDOWOSO

2 18 63

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PASCA PEMEKARAN KECAMATAN (Studi di Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung)

5 36 94

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PELAYANAN PUBLIK DAN KESEJAHTERAAN Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Publik dan Kesejahteraan Masyarakat : Studi di Kecamatan Ngusikan Kabupaten J

0 4 19

PENGARUH PEMEKARAN KECAMATAN TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PELAYANAN PUBLIK Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Publik dan Kesejahteraan Masyarakat : Studi di Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang Jawa Timur.

0 2 13

PENDAHULUAN Pengaruh Pemekaran Kecamatan Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Publik dan Kesejahteraan Masyarakat : Studi di Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang Jawa Timur.

0 2 30

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENENGANAN DIARE DI DESA KUBANG KECAMATAN DEPATI VII KABUPATEN KERINCI.

0 0 11

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH KECAMATAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK : STUDI KASUS PEMEKARAN KECAMATAN KRANGGAN KOTA MOJOKERTO Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 12

Telaah Hukum Kelayakan Pemekaran Kecamatan (Studi Kasus: Pemekaran Calon Kecamatan Danau Kerinci Barat Kabupaten Kerinci) - Repository Unja

0 0 21