Pajak Penghasilan Final Laporan Keuangan Fiskal

pajak yang berkenaan atas usaha atau pekerjaan di luar negeri. Pajak atas penghasilan yang dibayarkan di luar negeri adalah pajak atas penghasilan dari modal dan penghasilan lainnya di luar negeri misalnya bunga, deviden, royalty.

2.1.4.3 Pajak Penghasilan Final

Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan kena pajak yang bersifat final, yang artinya penghasilannya tidak diperhitungkandimasukkan ke dalam penghitungan pajak penghasilan terhutang akhir tahun. Jumlah PPh final yang telah dipotong pihak lain ataupun dibayar sendiri tidak dapat dijadikan kredit pajak penghasilan terhutang. Penghasilan yang dapat dikenai PPh final yaitu : 1 penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi 2 orang pribadi; penghasilan berupa hadiah undian; 3 penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; 4 penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah danatau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah danatau bangunan; dan 5 penghasilan tertentu lainnya. Universitas Sumatera Utara

2.1.4.4 Laporan Keuangan Fiskal

Pajak tidak mengatur secara khusus mengenai cara atau alur dalam menyusun sebuah laporan keuangan. Oleh karena itu, wajib pajak dapat mengikuti alur penyusunan laporan keuangan yang terdapat dalam akuntansi komersial. Karena terdapat beberapa perbedaan antara komersial dan pajak maka untuk kepentingan pajak, laporan keuangan komersial disesuaikan dengan ketentuan pajak yang berlaku sehingga diperoleh sebuah laporan keuangan fiskal. Penyesuaian laporan keuangan komersial dengan ketentuan pajak lebih dikenal dengan sebutan rekonsiliasi fiskal. Penyebab terjadinya koreksi fiskal adalah perbedaan pengakuan secara komersial dan secara fiskal pajak, Perbedaan tersebut adalah beda tetap dan beda waktu. Beda tetap adalah perbedaan atas penghasilan biaya yg secara fiskal pajak tidak dapat diakui tetapi di komersial dapat diakui, Contoh : Sumbangan, hibah, deviden, PPh, dll. Beda waktu adalah perbedaan pengakuan atas penghasilan biaya karena selisih waktu pengakuannya saja artinya sama – sama tetap diakui tetapi dalam waktu yang berbeda. Contoh : Penyusutan secara komersial dibebankan selama 5 tahun tetapi menurut fiskal hanya 4 tahun. Jenis koreksi fiskal dibedakan menjadi dua yaitu koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. 1. Koreksi fiskal positif bersifat menambah atau memperbesar penghasilan kena pajak berdasarkan laporan keuangan komersial atau mengurangi biaya-biaya komersial yang akibatnya akan menambah jumlah pajak yang terutang. Koreksi Universitas Sumatera Utara fiskal positif yang mengakibatkan bertambahnya laba bersih kena pajak atau penghasilan kena pajak adalah: • Biaya yang dibebankan dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham, sekutu, atau anggota. Penyesuaian ini berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf b UU PPh, pengeluaran perusahaan untuk pembelian perbaikan rumah atau kendaraan pribadi, biaya perjalanan pribadi keluarga, biaya premi asuransi pribadi keluarga, dan pengeluaran lainnya untuk kepentingan pemegang saham, sekutu, atau anggota, tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. • Pembentukan atau pemupukan dana cadangan Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf c UU PPh, pembentukan atau pemupukan dana cadangan secara fiskal tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. Namun untuk jenis-jenis usaha tertentu yang secara ekonomis memang diperlukan adanya cadangan untuk menutup beban atau kerugian yang akan terjadi di kemudian hari, secara fiskal diperkenankan, yang terbatas pada : piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi financial lease , cadangan klaim dan cadangan kerugian untuk usaha asuransi, serta cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 80 KMK.04 1995 s.t.d.t.d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 204 KMK.04 2000 Universitas Sumatera Utara • Penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan. Namun pemberian natura berupa penyediaan makanan minuman di tempat kerja bagi seluruh pegawai, demikian pula pemberian natura dan kenikmatan di daerah terpencil yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, serta pemberian natura atau kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya seperti : pakaian dan peralatan khusus untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan, antar-jemput pegawai, serta akomodasi untuk awak kapal , dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466 KMK.04 2000; Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep- 213 PJ 2001; Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep- 220 PJ 2002 • Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham pihak yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf f UU PPh, pembayaran gaji, honorarium, dan imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 4 UU PPh, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sepanjang jumlahnya tidak melebihi kewajaran. Universitas Sumatera Utara • Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf g UU PPh, bagi Wajib Pajak pemberi bantuan atau sumbangan dan harta hibahan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf h UU PPh, bahwa Pajak Penghasilan badan serta kredit pajak bukan merupakan biaya perusahaan, tetapi sebagai kredit pajak. Sedangkan pajak selain pajak penghasilan seperti pajak bumi dan bangunan PBB, Bea Materai dapat dibiayakan tidak dikoreksi fiskal. • Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau cv yang modalnya tidak terbagi atas saham. • Sanksi administrasi. Penyesuaian berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf k UU PPh, sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan bukan merupakan biaya perusahaan sehingga harus dikoreksi fiskal. • Selisih penyusutan danatau amortisasi komersial di atas penyusutan fiskal. Apabila terjadi selisih penghitungan penyusutan danatau amortisasi yang mengakibatkan penyusutan danatau amortisasi menurut pajak lebih kecil dari penyusutan danatau amortisasi komersial. • Biaya yang ditangguhkan pengakuannya. Penyesuaian berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000, dengan Keputusan Universitas Sumatera Utara Direktur Jenderal Pajak dapat ditetapkan saat pengakuan biaya dalam hal- hal tertentu dan bagi Wajib Pajak tertentu sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah. Seperti biaya bunga yang belum dibayar bunga kredit macet. • Penyesuaian fiskal positif lainnya. Contoh penyesuaian fiskal positif lainnya adalah : Pembagian laba dalam bentuk apapun, deviden dll Pasal 9 1 UU PPh, biaya telepon seluler hanya dapat dibebankan 50 KEP- 220PJ2002, biaya kendaraan penyusutan dan pemeliharaan sedan dan sejenisnya untuk perusahaan hanya dapat dibebankan 50. KEP- 220PJ2002, biaya untuk mendapatkan penghasilan yang bukan obyek pajak. Contoh: CV Cofia menerima sumbangan dari Walikota Surabaya, tetapi untuk mendapatkan sumbangan tersebut dikeluarkan biaya sebesar Rp. 500.000,- untuk biaya administrasi. Atas biaya tersebut dikoreksi positif karena biaya untuk mendapatkan penghasilan yang bukan obyek pajak. 2. Koreksi fiskal negatif bersifat mengurangi penghasilan kena pajak berdasarkan laporan keuangan komersial dan menambah beban komersial sehingga mengakibatkan berkurangnya besarnya pajak penghasilan.Koreksi fiskal negatif yang mengakibatkan berkurangnya laba bersih kena pajak atau penghasilan kena pajak adalah : • Selisih penyusutan danatau amortisasi komersial di bawah penyusutan danatau amortisasi fiskal. Apabila penyusutan danatau amortisasi Universitas Sumatera Utara menurut pajak lebih besar dari komersial maka selisihnya adalah koreksi fiskal negatif yang mengakibatkan laba menurut pajak menjadi lebih kecil. • Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya. Penyesuaian berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000, dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak dapat ditetapkan saat pengakuan penghasilan dalam hal-hal tertentu dan bagi Wajib Pajak tertentu sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah. Contohnya adalah penangguhan penghasilan dari pendapatan bunga macet diakui pada saat bunga tersebut berhasil ditagihdibayar. • Penyesuaian fiskal negatif lainnya. Penyesuaian berdasarkan ketentuan umum Pasal 6 UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang tidak diakui secara komersial akan tetapi dapat diakui secara fiskal.

2.1.4.5 Penghitungan Pajak Penghasilan Badan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014

0 72 99

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap pajak Penghasilan Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2009 sampai dengan 2011)

2 71 132

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Perusahaan Telekomunikasi dan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

4 72 105

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

8 104 89

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2010-2012

0 6 6

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014

1 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap pajak Penghasilan Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang

0 0 34

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap pajak Penghasilan Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Studi Empiris: Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2009 sampai dengan 2011)

0 0 8

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Perusahaan Telekomunikasi dan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

0 1 27